-empat-

69 32 7
                                    

Bel masuk terdengar di seluruh penjuru SMA Senapati.

Tampak ada beberapa siswa yang masih di koridor berlarian masuk ke kelas masing-masing.

Devarel salah satunya.
Ia terlambat dan ini gara gara abangnya yang iseng dengan dirinya.

Entah apa yang Sadam lakukan terhadap motornya yang jelas saat Devarel berangkat sekolah tadi, motornya tiba tiba mogok di tengah jalan.

Devarel menyesal telah meminjamkan motor kepada abang tercintanya kalau tau begini akibatnya. huh awas aja di rumah nanti. tunggu pembalasan dari Devarel.

Devarel benar benar ingin menonjok abangnya untuk saat ini, Ia jadi terlambat karena dirinya.

Devarel terlalu buru buru hingga tak sadar Ia menabrak seorang perempuan yang memiliki tinggi sebahunya.

"Awhh" rintih gadis itu sambil mengusap lututnya. perban di lututnya hampir terlepas.
Tunggu.
sepertinya luka nya kembali terbuka. padahal yang kemarin belum sepenuhnya kering.

Perih,sungguh!
Cava mati-matian menahan airmatanya agar tidak keluar untuk sekarang.

Damn!
itu perempuan yang selalu membuat Devarel merasa bersalah sejak kemarin.

"Huh. Lo lagi Lo lagi! gak ada manusia lain apa di dunia ini." galak Cava.

"Ck,galak" balas Devarel singkat.

"Itu mulut cuma bisa ngomong dua kata?"Cava memutar bola matanya malas.
"Gak." balas Devarel lagi singkat.

"Bantuin gue berdiri" Cava sebenarnya ogah memohon bantuan kepada orang di depannya itu.
namun bagaimana lagi hanya laki-laki itu yang ada di dekat nya saat ini. Dan juga laki-laki itulah yang membuatnya terjatuh untuk kedua kalinya.

"Ogah." Devarel lalu berjalan menuju ke kelasnya. Ia sudah telat.

"Lo tuh laki-laki bukan sih? gak punya rasa tanggung jawab banget!" teriak Cava asal.
tentu suaranya terdengar di koridor karena koridor saat ini sepi.

"Gak yakin gue kalo lo laki" kata Cava meremehkan.

Cava benar benar membangunkan singa yang sedang tidur.

Ia berhasil membuat Devarel naik pitam.

Sialan!
Devarel tidak terima di katakan seperti itu.

Lantas Devarel berbalik menuju ke arah dimana Cava berada.

"Lo bilang apa?" tanya nya dingin.

"Apa? gue gak ngomong apa apa" balas Cava tak kalah sengit.

"Lo bilang gue banci?"

"Oh itu, ya emang bener kan"
"Lo banci,"
"Kalau lo laki harusnya lo tanggung jawab."
Jawab Cava enteng, tanpa menyadari bahwa apa yang Ia ucapkan semakin membuat emosi laki-laki di hadapan nya memuncak.

"Untung cewek lo, kalo cowok udah gue abisin detik ini juga"

"Abisin ya tinggal abisin, ribet banget idup lo"

"Lo tuh ya.." Devarel tidak melanjutkan kata katanya.
"Apa?gue cantik?emang dari orok." kekeh Cava santai seolah tak terjadi apa-apa.

Devarel sudah muak dengan makhluk di depannya ini.
daripada berujung aksi yang tidak diinginkan Devarel lebih memilih meninggalkan gadis menyebalkan baginya itu.

Tapi sebelum benar benar pergi,
Devarel berbalik dan kembali mengatakan sesuatu kepada Cava.

"Heh lo! inget ya,urusan kita belum selesai." lalu Devarel masuk ke kelasnya.

Cava malas menanggapinya, Ia justru teringat sesuatu.

Tadi niat awalnya adalah membolos, Ia berniat menghindari pelajaran Fisika pagi ini. tetapi malah Ia bertemu makhluk menyebalkan seperti cowok tadi, Cava tak tahu namanya.

"Apes banget gue pagi ini" keluhnya sambil berjalan santai menuju gerbang sekolah,sedikit pincang karena jujur lututnya sakit jika di paksa berjalan normal.

Lagi-lagi kesialan Cava bertambah.

Suara guru kesayangan nya mengentikan langkah nya.
Cava diam. lalu berbalik badan.

Benar saja.
guru kesayangannya, Bu Fitri mengikutinya.

"Eh ibu guru" sapa Cava pura-pura sopan.
"Mau kemana kamu, bolos?" tanya Bu Fitri.
"Nah itu ibu tau. udah ya bu, Cava pamit. Assalamualaikum" Cava lalu menyalami tangan Bu Fitri. Bu Fitri membalas nya juga menjawab salamnya.

Bu fitri itu guru yang latah, makanya Cava sayang.

Cava pun berjalan menuju gerbang. kembali berniat menjalankan aksi membolosnya.
Bu Fitri juga berjalan menuju kemana kelas yang akan Ia ajar saat ini. tetapi Bu Fitri yang sadar akan sesuatu kemudian berteriak mengejar murid nakalnya tadi.

"Heh Cava! Jangan kabur kamu, kembali!!" katanya kencang.
Ia terus mengejar Cava.
hingga akhirnya Ia berhenti karena kelelahan.

Cava yang sudah sampai di atas tembok melihat ke arah guru kesayangannya berada, lalu terkekeh.

"Makanya bu,jangan lari lari. capek kan? inget umur" Katanya merasa sok bijak. lalu Cava melemparkan botol minumnya ke arah Bu Fitri, katakan lah tidak sopan. tetapi mau bagaimana lagi, ia sudah terdesak untuk sekarang ini.

botol minumnya diterima oleh Bu Fitri.

"Minum yang banyak ya guru Cava tersayang" lalu Ia turun dari atas tembok. berhasil sudah aksi membolosnya.
"Yes akhirnya" Cava senang akhirnya Ia dapat membolos hari ini.

"Kurang ajar, Cava kembali kamu!" Teriak Bu Fitri lagi menyadari bahwa Ia telah ditipu dua kali pagi ini oleh Cava.

Sementara Cava telah benar benar pergi dari sekolahnya.










7/2/20
Sedih cerita ini ga ada pembacanya huaaaaa:(

YoYoAyoYoYoAyo dibaca dibaca di vote di kritik di kasih masukan eaaaaaa

Bubayyyyyyy

Salam hangat,
Wandaaa:))

REGRET✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang