-sembilan-

64 9 3
                                    

Setelah dirasa cukup membaik, Cavaletta memutuskan untuk pulang ke rumah. Setelah bernegosiasi dengan dokter nindi akhirnya cava di perbolehkan pulang.

"Kamu benar sudah kuat cav?" tanya dokter nindi masih was was dengan keadaan cava. Sebenarnya ia masih ingin cava mengistirahatkan tubuhnya di rumah sakit ini sampai kondisinya benar- benar pulih. Namun cava tetaplah cava, si keras kepala yang kekeuh ingin pulang dengan alasan tak ingin keluarganya curiga mengapa ia pulang telat. Akhirnya dengan berat hati dokter nindi mengijinkannya.

"Iya dok, cava udah sehat kok" balasnya semangat. Dokter nindi lalu tersenyum, "ya sudah, kamu kesini bawa kendaraan kan?"
Pertanyaan dokter nindi cukup membuat seorang cavaletta terhenyak(duh thor, terhenyak apaan coba).

"Emm engga dok, tadi cava berangkat sekolah aja naik taksi"
Katanya jujur.

"Ya sudah kamu naik taksi lagi ya, biar saya yang ongkosin, ayo saya antar sampai depan"

Dokter nindi lalu menuntun cava turun dari ranjangnya dan membantunya berjalan keluar rumah sakit hingga cava mendapat taksi untuk pulang.

Kedua nya kini telah sampai di depan rumah sakit, menunggu taksi yang lewat.

"Nah itu taksinya sudah ada" kata dokter nindi lalu menyetop taksi tersebut. "Pak tolong antarkan gadis ini ke rumahnya ya, alamatnya biar dia yang kasih tau bapak nanti, ini ongkosnya, kalau ada lebih ambil saja ya pak" sang supir taksi lalu menerima uang dari dokter nindi dan mengucapkan terimakasih.

"Dok, cava pulang ya. terimakasih ongkosnya besok deh kapan kapan cava ganti traktir" kata cava setelah ia masuk kedalam taksi dan membuka jendelanya. "kamu ini ya, tidak usah di ganti cava, saya ikhlas"

"Dadah dokter" pamit cava melambaikan tangan setelah itu taksi yang cava tumpangi melaju meninggalkan rumah sakit.

"Ke jalan manggis 5 ya pak" cava memberi tau alamat tujuannya.
"Baik mbak" sahut supir taksi yang sudah nampak sedikit berumur itu, kira kira umurnya 50 tahunan ke atas.

***
Setelah sampai di depan rumahnya, sebisa mungkin cava merapikan dirinya, mengatur raut wajahnya agar tetap terlihat normal seperti orang yang sehat.

"Hufffh" helanya.

Cava pun membuka gerbang lalu masuk ke dalam rumahnya.

"Assalamualaikum cava cecan pulang" katanya setelah membuka pintu rumahnya.
Sampai di ruang tamu ternyata ada kakak laki-lakinya yang tengah mendudukan dirinya disana.
"Darimana dek? Jam segini baru sampe rumah. ga biasa biasanya" tanya adnan sedikit ada nada curiga didalamnya.

Deg
Satu detik
Lima detik
Tujuh detik, cava masih diam.

"Hah ada kakanda toh, kaget adinda" jawabnya pura pura syok.

"Jangan ngalihin kalo kakak ngomong cav." katanya tegas.

"Cav anu, emm it–" belum selesai cava bicara adnan telah memotongnya. "darimana. tinggal jawab apa susahnya!" tegasnya lagi yang membuat nyali cava ciut. Cava paling tidak suka kekerasan, hal kecil seperti bentakan saja ia tidak suka, ia takut di bentak.

"Kak Adnan kenapa bentak Cav!"
Sambarnya tak kalah membentak. Lalu cava pun berlari menuju kamarnya.

"Kamu belum jawab pertanyaan kakak Cavaletta." teriaknya yang di dengar cava.

Langkah cava terhenti, ia berbalik badan mengarah ke arah dimana kakaknya berada.

"Cava ga peduli!"
"Cava benci kak Adnan yang udah bentak Cava" setelahnya ia segera masuk ke kamarnya lalu mengunci pintu. Ia menangis sejadi jadinya di dalam kamar.
Mengapa kakak nya tega membentaknya, cava paling benci di bentak.

Adnan mendudukan diri di sofa ruang tamu lagi, sebenarnya apa yang di sembunyikan adik bungsunya itu. tak biasanya cava pulang telat. Mama lesya yang tadi sedikit mendengar keributan di rumahnya itu pun akhirnya menghampiri anak sulungnya di ruang tamu.

"Kak, ada apa? Kenapa sampai teriak teriak" tanya Lesya.

"Adnan cuma tanya ke Cava kenapa dia pulang telat mah, dia nya coba ngalihin gitu, Adnan tanya malah di tuduh ngebentak, terus dianya lari deh ke kamar" jelasnya. "oh gitu, mungkin memang Cava lagi badmood aja, kamu kan paham gimana adik bungsumu itu"

"Ada yang Cava sembunyiin mah, Adnan ngerasa aneh aja"

"Biar nanti mamah tanya sama Cava kalo gitu" Lesya coba menenangkan Adnan yang terlihat kesal sekali dengan adiknya, dari raut wajahnya kentara. Adnan hanya membalas dengan gumaman.

"Papah kapan pulang mah?" Adnan mencoba membicarakan topik lain, daripada membahas Cava yang ada malah tak ada habisnya. Makin kesal nanti.

"Besok papah pulang kok, sekangen itu kamu ya?"

"Ya cuma Adnan ngerasa sepi aja gitu gak ada si tukang perintah di rumah" katanya enteng yang membuat Lesya memukul bahu Adnan pelan.

"Gitu gitu dia babe mu loh"

Lalu obrolan hangat kedua nya pun berlanjut hingga tak lama Dhea pulang dari kuliahnya.




















4/6/20
TBC ya,sorry devarelnya gak ada disini jangan pada kangen ya, selanjutnya devarel udah ada lagi kok:)

Votenya jangan lupa
Sorry for typo


REGRET✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang