Sandiwara Risa

15 0 0
                                    

Bryn keluar dari ruangan itu. Di luar masih ada Agatha, Felin, Aldo, dan Nuca. Mereka berempat masih di landa cemas sama seperti Bryn saat ini.

Nuca mendapati Bryn yang keluar dari ruangan Risa di rawat dan menghampirinya.

"Gimana bro? Risa udah sadar?" Tanya Nuca.

"Boro boro udah sadar, transfer darah gua ke dia aja belum." Kata Bryn.

Tiba tiba Selena berlari menuju mereka berlima.

"Kalian temannya Risa kan?" Tanya Selena setelah menghampiri mereka.

"Iya tan, ini Risa lagi dirawat tapi belum sadar." Kata Felin.

"Kejadiannya seperti apa sih? Kenapa Risa jadi seperti ini?" Tanya Selena.

"Jadi begini te, ini semua salah Bryn, Bryn yang nyebabin Risa jadi begini. Maafin Bryn te. Tadi Risa tertabrak mobil saat ngejar Bryn." Jelas Bryn dengan menunduk tanda ia menyesali kejadian tadi.

"Hmm... tak apalah nak, ini semua bukan salahmu. Anggap saja ini hanya kecelakaan." Kata Selena.

"Tapi te, Risa tertabrak gara gara Bryn yang nggak merhatiin Risa." Bantah Bryn.

"Urusan itu, jangan di bahas lagi ya, yang terpenting sekarang kita semua berdoa dan berharap kesembuhan Risa." Kata Selena.

Mereka semua diam sejenak dan sibuk dengan pikiran mereka masing masing. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Selena menyuruh Agatha dan yang lainnya untuk pulang ke rumah mereka masing masing. Sempat susah untuk membujuk Bryn untuk pulang kerumah, namun pada akhirnya Bryn menuruti perkataan Selena.

Setelah teman Risa sudah pulang, Selena duduk di kursi dekat dengan ruang inap Risa. Rasa cemas kini melambung tinggi. Tak tahu Selena harus berbuat apa.

Pintu ruangan tersebut terbuka, menampakkan seorang perawat dengan catatan di tangannya. Selena menghampiri perawat itu dan mengatakan keadaan Risa.

"Sus, bagaimana keadaan anak saya." Kata Selena.

"Anak ibu baik baik saja, cuma ia butuh istirahat dulu karena baru saja ia mendapatkan donor darah." Jelas perawat itu.

"Astaga, donor darah?" Kata Selena yang terkejut karena penjelasan suster itu.

"Ya bu, Risa kehilangan darah cukup banyak, sehingga memungkinkan baginya untuk mencari donor darah. Dan di sini yang mendonorkan darahnya untuk Risa atas nama Bryn Devano Alexard." Jelas perawat itu.

"Bryn? Cowok tinggi tadi?" Kata Selena.

"Benar bu. Permisi saya mau mengambil beberapa obat untuk di tebus. Dan ibu bisa menengok Risa, namun jangan membuatnya stres atau berfikir." Kata perawat itu.

Selena hanya mengangguk, ia memasuki ruangan itu dan mendapati Risa yang terbujur lemah dengan slang yang menempel di hidungnya.

Air mata Selena jatuh di pipinya, segera ia menghampiri anak semata wayangnya itu. Selena mengelus elus pipi Risa. Sesekali ia mencium kening Risa dengan sangat dalam.

Jari telunjuk Risa bergerak sedikit. Menandakan ia akan tersadar dari pingsannya.

Selena mengetahui itu langsung memanggil dokter untuk memeriksa Risa.
Dokter segera datang untuk memeriksanya.

"Kondisi Risa sudah membaik, mungkin nanti malam Risa sudah di perbolehkan pulang. Ini resep obat yang harus di tebus.

Dokter itu menyodorkan kertas yang bertuliskan resep obat. Selena segera menebus obat tersebut dan meninggalkan Risa dengan dokter di dalam ruangan. Ruangan seketika hening. Risa sibuk dengan menatap laci sedangkan dokter itu membereskan peralatan yang sejak tadi ada di situ.

Jangan Takut, Aku Bersamamu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang