Bab 17 "KENCAN PERTAMA"

507 18 0
                                    


Di antara rekan-rekan kerjaku, ada orang yang paling baik dan paling perhatian, ia tak memandangku rendah meski tugasku disni hanya seorang tukang bersih-bersih saja, malah ia menghormatiku dengan memanggilku "Mas Rosyid" karena memang usianya berbeda beberapa tahun di bawahku, namanya Rahmi, perempuan berhijab dengan wajah cantiknya itu bertugas sebagai kasir. Mungkin karena wajah cantiknya Rendi si pemilik tempat usaha memilih untuk mendisplaynya di bagian depan Caffe seagai wajah tempat usahanya tersebut.

Rahmi bercerita kepadaku bahwa ia sudah hampir dua tahun bekerja disni. Dari awal dia adalah rekan kerja perempuan yang paling sering mengajakku ngobrol, dia ramah dan banyak mengajarkanku pekerjaan-pekerjaan yang bisa ia kerjakan, bahkan perhatiannya akhir-akhir ini lebih ia perlihatkan lagi dengan seringnya ia membawakanku makanan dari rumahnya. Tentu dengan semua itu aku merasa sikap yang ia perlihatkan seolah adalah isyarat bahwa dia memiliki perasaan yang lebih dari hanya sekedar teman kepadaku. Aku berusaha untuk tidak terlalu percaya diri, tapi melihat sikapnya yang mencolok itu aku merasa sulit untuk menampikannya.

Tapi aku tak mau memikirkan hal seperti itu saat ini, aku juga tak mau memberikan harapan apa-apa kepada Rahmi. Lagipula gosip mengatakan bahwa si barista menyebalkan itu juga naksir kepadanya, kalo sampai aku membalas perhatian yang di berikan Rahmi padaku dan si barista itu tahu, bisa-bisa dia semakin nafsu saja untuk mengerjaiku di tempat kerja.

Tapi suatu ketika Rahmi memberikanku isyarat yang lebih kentara lagi hingga semakin sulit untuk menampikan bahwa ia memiliki perasaan spesial padaku. Saat itu masih pagi, caffe belum di buka tapi kami sudah datang untuk prepare, Rahmi di meja kasir mengerjakan tugas kasirnya sementara aku ada di ruangan yang sama mengatur bangku dan menyapu ruangan tersebut, sambil melakukan pekerjaan kami masing-masing, kami membicarakan banyak hal hinga obrolan kami itu sampai pada topik di mana aku menceritakan bahwa aku suka jalan-jalan sendiri setiap libur kerja.

"Emang kalo libur kamu suka ke mana Mas? "

"Ke mana aja, kan disni tempat wiasata banyak sama murah-murah jd tiap libur beda-beda tujuan jalan-jalannya"

"Emang gak sepi jalan-jalan sendirian?"

"Kadang sepi, cuma gak seburuk itu ko jalan-jalan sendirian"

"Kalo hari libur minggu depan mau ke mana?"

"Kalo buat minggu depan aku belum nentuin"

"Gimana kalo aku ajak Mas ke tempat favorit aku?"

Jujur saja, sebagai seorang laki-laki normal, di tawari oleh seorang perempuan cantik untuk menghabiskan hari libur bersama ke tempat-tempat wisata di Jogja yang romantis adalah hal yang akan membuat hati pria mana saja berbunga-bunga, tapi di sisi lain aku masih punya iman yang berontak untuk menuruti ajakan Rahmi yang sulit di tolak itu. Jalan-jalan berdua dengan seorang perempuan secantik Rahmi mungkin akan membuat hari liburku menjadi hari libur paling indah, tapi aku juga tahu keindahan itu akan sekaligus menjadi perasaan berdosa yang menghantuiku. aku khawatir akan menghianati prinsip hidup yang sudah kujaga selama ini. Lagipula aku tak mau terkesan memberikan harapan pada Rahmi, Sarah membuatku sulit untuk mencintai wanita lain.

Tapi bagaimana juga caraku untuk menolak ajakannya dengan lembut agar ia tak sakit hati, berbohongpun tak masalah, demi kebaikan. Tapi alasan apa yang bisa kupakai untuk berbohong, waktuku semakin menipis untuk menjawab pertanyaannya itu dengan tepat.

"Hmmmm..."

"Kalo gak mau juga gak apa-apa ko"

Ujarnya dengan wajah kecewa

"Enggak, enggak, aku seneng ko kamu ajak aku jalan-jalan bareng"

"Oke minggu depan ya jangan ampe gak jadi"

LAKI LAKI BIASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang