BAB 2 "ITULAH GUNANYA TEMAN"

1.1K 41 2
                                    


Semenjak ada celengan itu hari-hariku semakin bergairah, energi yang memacuku untuk terus melakukan sesuatu agar bisa cepat membuat celengan tersebut penuh tak pernah ada habisnya. biasanya aku mulai melukis dari pagi dan berhenti saat sudah agak sore, tapi sekarang aku bisa melukis dari pagi sampai malam. Semakin hari celenganku itu juga semakin penuh, bahkan aku sampai harus membeli celengan ke dua karna celengan yang satu sudah tidak bisa di isi karna saking penuhnya.

Setelah menyelesaikan beberapa lukisan biasanya aku akan menawarkan hasil goresan tanganku itu ke galery-galery yang ada di sekitaran Bandung, seperti halnya hari ini. Empat buah lukisan sudah siap untuk kujajakan, setiap lukisan kubungkus dengan hati-hati menggunakan potongan dus yang kugunting rapih. Kuikat dua di kanan dan dua di kiri pada motor tuaku. Yah semuanya beres, aku siap berangkat. Kuengkol beberapa kali motorku yang agak sulit di hidupkan itu hingga mesinnya menyala, lalu Bissmillah akupun berangkat.

Saat itu cuaca sangat panas, meskipun terhitung hari bagus untuk menjajakan sebuah lukisan, yang mana akan sangat menakutkan bila lukisan tersebut terkena air bila kujajakan saat cuaca mendung, cuaca panas juga membuat tenagaku lebih cepat terkuras. Namun bila datang saat-saat yang melemahkan seperti itu, aku akan langsung mengingat kembali untuk siapa aku melakukan ini, sehingga sedikit atau banyak hal itu membuat semangatku kembali bergelora.

Sambil berpanas-panasan di atas motor tuaku itu aku memikirkanbanyak hal, salah satunya tentang benar saja kata orang bahwa cinta mampu membuat si penderitanya melakukan segala hal, kau pasti pernah mendengar kalimat seorang lelaki yang mengatakan "Gunungpun akan kudaki lautanpun akan kusebrangi" itulah kalimat yang selalu di sandingkan dengan cinta. Awalnya aku berpendapat bahwa itu adalah kalimat yang berlebihan, lebay dan mendramatisir. Tapi melihat apa yang kulakukan sekarang rasanya aku sedang memakan perkataanku sendiri.

Tapi bagaimanapun aku berharap apa yang aku lakukan ini adalah hal yang benar, aku meyakinkan diriku bahwa apa yang kulakukan saat ini adalah sebuah ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam menjemput jodohku, yang mana hal itu adalah salah satu ibadah, bukan ?.

Semakin siang cuaca semakin menyengat, matahari tepat berada di atas ubun-ubun kepala, udara di atas aspal jalanpun terlehiat bergelombang membuat apa yang terlihat di baliknya seperti menari-nari, persis seperti salah satu scene di film-film koboy.

Kemacetan dan suara kelakson dari kendaraan yang tak sabar menghadapi suasana menjengkelkan seperti itu menjadi konser jalanan yang membuat siapapun menjadi stres. Sementara itu kucoba melaluinya dengan sabar, kukendarai motorku dengan pelan sambil melihat kanan kiri jalan siapa tahu ada galery yang akan membeli atau mau di titipi lukisanku ini. Saking sibuknya perhatianku teralihkan untuk mencari galeri di sepanjang jalan yang kulalui tersebut, sehingga aku tak memperhatikan jalan yang ada di depan mata, hingga tiba-tiba saja GURBARAG !!!

Sial, tak sadar motorku berjalan terlalu menyisi dan menabrak seorang pesepeda hingga jatuh tersungkur ke dalam solokan, dengan agak panik segera kuparkirkan motorku itu ke pinggir jalan, lalu cepat-cepat melihat keadaan pesepeda tersebut, kuulurkan tanganku untuk membantu dia bangun tapi "PLAK !" dia malah menepis tanganku itu kemudian seketika memakiku habis-habisan.

"Kamu mau bunuh saya ya!"

Umpatnya dengan mata melotot

"Maaf pak, saya bener-bener gak sengaja"

Aku berusaha menyalaminya sebagai permohonan maaf, tapi kembali ia menjauhkan tangannya. Suasana semakin tegang, pengendara sepeda itu terlihat sangat marah seperti ingin meninjuku, beberapa kali ia tendang sepedanya itu, tapi aku berusaha menenangkanya sebisa mungkin.

"Lihat nih sepeda saya jadi rusak gini, saya gak mau tahu pokonya kamu harus ganti"

"Ia pak saya pasti ganti, tapi sekarang lebih baik kita cari tempat istirahat dulu"

LAKI LAKI BIASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang