Suara ketukan pintu itu tak juga direspon, wajah bantalnya, matanya yang masih mengantuk, serta mulutnya yang terus menerus menguap tak membuatnya menyerah. Tangannya masih terus mengetuk pintu kamar sambil sesekali berbisik memanggil nama adik kesayangannya.
"Adek, buka! Ini Abang." ketukan itu kembali terdengar, tak lama pintu itu terbuka bersamaan dengan lenguhan gemas dari seorang gadis dengan blonde hair yang terlihat berantakan.
"Nghhh, Abang kebiasaan deh!" keluh gadis itu dengan matanya yang masih enggan untuk dibuka lebar.
Begitu membukakan pintu kamar, gadis itu kembali menghempaskan tubuhnya di kasur.
"Jangan tidur dulu, sholat subuh dulu dek!" suara itu terdengar, disusul dengan si Abang yang menarik tangan adiknya untuk bangkit.
"Aku masih ngantuk, Abang!" rengek gadis itu masih dengan matanya yang terpejam.
Lelaki itu menyerah, ia biarkan adiknya tetap tidur dan dirinya bergegas untuk melakukan kewajibannya.
Tak lama berselang ia kembali dan masih menemukan adiknya tertidur dengan posisi yang sama.
"Byra banguuuuuun! Kalo gak bangun juga pagi ini Abang gak mau anterin kamu yaa!" mendengar ancaman itu, dengan terpaksa Abyra, membuka matanya dan bangkit dari kasur. Melihat adiknya melangkahkan kaki menuju kamar mandi di kamarnya, Rafa si Abang, segera menghempaskan tubuhnya di kasur sang adik yang penuh dengan boneka serta pernak pernik lain layaknya ranjang seorang gadis remaja.
"Ih Abang mah, jangan tidur lagi!" protes Abyra yang menyadari Rafa sudah terlihat begitu nyaman di atas kasurnya.
"Sebentar aja, sampe kamu selesai sholat!" tukas Rafa lalu memejamkan matanya.
Abyra masih tetap duduk di sisi ranjangnya sambil memperhatikan wajah Rafa yang kini terlihat begitu damai dalam pejamnya.
Ia benarkan posisi selimut yang menutupi sebagian tubuh sang kakak. Seharusnya sejak tadi ia membangunkan Rafa karena dirinya sudah selesai dengan kewajibannya, namun melihat wajah damai itu membuat Abyra mengurungkan niatnya.
Ia tahu betul, hanya di kasurnya Rafa bisa tidur senyenyak ini, tapi ia pun sadar bahwa Rafa tidak mungkin tidur di kasurnya setiap hari karena mereka sudah bukan lagi anak kecil yang bisa dengan leluasa tidur bersama.
"Kalo abang bisa tidur nyenyak setiap hari begini, Byra rela kok buat tukeran kamar." tanpa sengaja kalimat itu keluar dari mulutnya.
Abyra masih sangat ingat kejadian dua hari lalu dimana dirinya tak sengaja melihat kamar Rafa terbuka, sedangkan Rafa terlihat begitu gelisah dalam tidur di atas ranjang kamarnya.
"Kenapa sih Abang gak bilang aja, kenapa Abang harus ngalah sama Byra?"
Suara tarikan nafas berat itu membuat Byra cukup terkejut. Segera ia mendekat dan mengelus lembut lengan Rafa. Byra berusaha untuk menenangkan Rafa yang ekspresi wajahnya terlihat gelisah, dan tak lama wajah damainya kembali, membuat Byra menghela nafas lega.
Tanpa sengaja, Byra menangkap bibir Rafa yang memucat, membuat dirinya mau tidak mau harus bertindak. Ia bergegas bangkit dan pergi menuju kamar sang kakak untuk mengambil sesuatu.
Dan benar saja, kembalinya Byra dari kamar Rafa, ia melihat Rafa terbangun dengan nafas tersengal dan wajahnya yang begitu pucat.
"Abang minum dulu!" ia serahkan segelas air yang ia bawa dari kamar sang kakak.
Rafa dengan segera menenggak air tersebut, ia seka kasar pelipisnya yang penuh dengan peluh.
"Perlu minum obat gak?" tawar Byra sambil berusaha menenangkan kakaknya.
"Gak perlu, By! Abang gak apa-apa kok!"
"Tapi, Bang--" Rafa justru kembali merebahkan tubuhnya dan meminta Abyra untuk tidur di sebelahnya.
"Masih ada waktu satu jam, Abang perlu deep sleep sebentar supaya hari ini bisa tetap anter kamu ke kampus."
"Tapi nanti kalo--"
"Nanti Abang bilang sama Ibun kalo Abang gak bisa tidur kalo gak meluk kamu. Dari dulu juga begitu kan?" respon Rafa berusaha meyakinkan Byra.
"Toh dari dulu Abang gak ngapa-ngapain kamu kan? Atau kamu sekarang gak mau nemenin Abang lagi?"
"Gak gitu, Bang! Tapi Papa--"
"Kalo Ibun udah jadi tameng, Papa pasti gak akan gimana gimana." setelahnya Byra pun tidur persis di samping Rafa. Dengan segera Rafa memeluk Byra dan memejamkan kembali matanya. Meski kini kepalanya terasa begitu berat, namun ia harus tetap baik-baik saja karena hari ini ia sudah berjanji banyak hal pada Abyra.
💜💜💜
Rafa tidak menyangka bahwa dirinya akan terjebak dalam hubungan cinta dengan adiknya sendiri, Abyra. Ya meskipun mereka berdua bukan saudara kandung, tapi tetap saja hubungan mereka pasti tidak akan disetujui oleh kedua orang tua mereka.
Usia mereka hanya terpaut dua tahun, Byra yang kini mulai memasuki masa kuliahnya membuat Rafa merasa khawatir akan ada laki-laki lain yang mencoba melengserkan posisinya di hati Byra. Terlebih mereka berdua berada di kampus yang berbeda.
"Abang kenapa sih?" suara Byra memecah fokus Rafa yang tengah memikirkan banyak hal tentang adik perempuannya yang belum lama ini menjadi kekasihnya.
"Kamu beneran kan gak akan naksir-naksiran sama senior di kampus?"
"Ya ampun Bang Rafa, aku kira apaan! Ya enggaklah! Gak akan ada yang bisa bikin aku jatuh hati, seperti aku jatuh hati sama Bang Rafa!" wajah imut dan menggemaskan yang ditunjukkan oleh Byra membuat Rafa terhanyut namun detik berikutnya ia sadar bahwa mereka masih berada di meja makan rumah mereka.
"Ssttt! Jangan keras-keras, nanti Ibun sama Papa denger!"
"Ehiya hehehe.. Kan ini rahasia kita berdua. Tapi apa beneran gak apa-apa, Bang?"
"Iya, setau Abang sih gak apa-apa. Kan kamu bukan adik kandung Bang Rafa. Kamu anak Ibun sama Ayah kamu, sedangkan Bang Rafa anak Papa dan Mamanya Abang." setelahnya Rafa mulai sibuk membuka tube obatnya dan meletakkan beberapa obat di telapak tangannya. Melihat itu, Byra dengan cekatan menyodorkan gelas berisi air putih yang ada di atas meja.
"Abang kapan mau bilang soal ini?"
"Soal apa? Hubungan kita?"
"Bukan! Soal sakitnya Bang Rafa ke Papa dan Ibun."
"Oh.. Kayanya nanti-nanti aja deh By, kasian Papa, kondisinya lagi sering drop. Kalo Abang bilang ke Papa dan Ibun, Ibun pasti akan makin repot dan Papa juga pasti bakal kepikiran soal Abang. Jadi buat sementara, cukup kamu, Uncle Fadli dan Onty Nia aja ya yang tau soal ini."
💜💜💜
Jika ini layak dan patut untuk dilanjutnya setelah Couple Ring 3, aku mau kalian vote dan komen sebanyak-banyaknya di lapak ini ya.
Dan ramaikan lapak Couple Ring 3 juga sampai ceritanya end. 🤗
Ohiya, maaf ya kalo lagi - lagi aku pake visual yang mainstream. Karena gak kepikiran lagi sama yang lain2. Ngeliat mereka tuh kaya cocok aja sama Byra dan Rafa yang menang basicly belasteran.
Jane itu bule, si Lucas juga bule dan jadilah Rafa dan Abyra wujudnya begitu 🙈
Meskipun begitu aku membebaskan kalian kok untuk berimajinasi gimana Rafa dan Byra in real life 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Abyrafa
Teen FictionJadikan reading list kalian ya 💕 Rafa tidak menyangka bahwa dirinya akan terjebak dalam hubungan cinta dengan adiknya sendiri, Abyra. Ya meskipun mereka berdua bukan saudara kandung, tapi tetap saja hubungan mereka pasti tidak akan disetujui oleh k...