Wajah geram sang ayah sukses membuat Rafa menciut. Langkahnya memelan begitu mata tajam Raflan menatapnya ketika ia dan Abyra memasuki ruang tengah rumah mereka. Abyra yang berjalan di belakangnya sambil menggenggam erat tangannya pun terdengar membisikkan ketakutannya.
"Ya Allah Abyra.. Rafa.. Kalian bikin Ibun khawatir tau gak!" Rara berhamburan menghampiri kedua anaknya. Ia menelusuri tubuh Abyra dan Rafa memastikan bahwa mereka baik-baik saja. Dari suaranya, Rara jelas sangat khawatir melihat wajah Abyra dan Rafa yang memucat.
"Kalian beneran kan di rumah Uncle Fadli semalaman? Gak kemana-mana lagi kan?" Abyra hanya bisa mengangguk ragu. Sedangkan Rafa hanya diam sambil tak lepas memperhatikan gerak gerik sang ayah yang masih tetap di posisinya saat ini.
"Apa kalian berdua gak ada yang bisa ngabarin sesegera mungkin? Segitu asiknya sampai gak tau waktu?" suara berat Raflan, membuat Abyra bersembunyi dibalik punggung Rafa.
"Mas, mereka udah pulang sekarang. Udah ya gak usah diperpanjang masalahnya. Toh mereka--"
"Aku gak pernah ngajarin mereka untuk gak tau waktu seperti ini, Ra!" tegas Raflan lalu bangkit dari sofa dan berjalan mendekati Rara dan kedua anaknya.
Wajah geram Raflan membuat Abyra takut, melihat itu, Rafa sebagai laki-laki berusaha tetap memasang badan dan melindungi adiknya.
"Ini semua salah Rafa. Kalo Papa mau hukum, hukum Rafa aja!" tegasnya, meski takut, ia berusaha menutupinya.
"Abang," lirih Abyra tidak tega.
"Enggak, kalo Papa mau hukum, hukum Byra juga. Byra yang udah ajak Abang buat pergi dan--"
"Serahin handphone kalian berdua! Percuma punya benda itu tapi gak ada satupun dari kalian yang ngabarin orang rumah!" perintah itu terdengar begitu Raflan persis berada di hadapan mereka.
Abyra terlihat pasrah dan menyerahkan ponselnya pada sang ayah. Melihat itu Rafa segera mencegahnya.
"Kamu gak perlu, cukup handphone Abang aja! Ini semua salah Abang."
"Papa bilang handphone kalian berdua!" Raflan kembali menegaskan, ia hanya berusaha untuk bersikap adil pada kedua anaknya.
"Abyra itu tanggung jawab Abang. Abang yang udah salah dan gak tepatin janji ke Papa. Jadi Papa cukup hukum Abang aja!" pinta Rafa berusaha membuat Raflan melunak.
"Sejak kapan kamu yang ngatur-ngatur di rumah ini?"
Deg!
Kalimat itu membuat Rafa tersinggung. Ia jelas kecewa melihat sikap ayahnya yang sangat berlebihan.
Apa yang terjadi di hadapan Rara kini membuatnya terpaksa bertindak. Segera ia mendekati sang suami dan menyentuh lembut lengan Raflan.
"Aku tau kamu sangat khawatir sama Abyra dan Rafa, Mas. Tapi udah ya gak perlu diperpanjang." suara lembut Rara terdengar, berusaha untuk menenangkan Raflan.
"Rafa harusnya bisa tau waktu, dia laki-laki dan anak tertua di rumah ini. Mau jadi apa dia nanti, kalau untuk sekedar jaga adiknya dan ngabarin orang rumah aja gak bisa? Atau memang dia mau bikin aturan sendiri dan hidup sesuka hati?" ucapan ketus Raflan membuat Rafa geram.
"Kenapa Papa berlebihan begini? Kita cuma lupa ngabarin aja, tapi omongan Papa sampe seperti itu!" Rafa mengungkapkan kekesalannya dengan nada tinggi. Segera ia pergi meninggalkan Abyra dan kedua orang tuanya setelah menaruh ponselnya di atas meja.
"Rafa! Kamu mau kemana? Papa belum selesai!" pertanyaan Raflan tentu tak di gubris oleh Rafa. Ia segera meninggalkan rumah dengan kekesalannya.
"Lihat, Ra! Kamu terlalu memanjakan Rafa, dia sampai gak tau gimana caranya menghargai orang lain." suara itu jelas masih bisa di dengar oleh Rafa. Ia mengepal erat tangannya dan berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abyrafa
Teen FictionJadikan reading list kalian ya 💕 Rafa tidak menyangka bahwa dirinya akan terjebak dalam hubungan cinta dengan adiknya sendiri, Abyra. Ya meskipun mereka berdua bukan saudara kandung, tapi tetap saja hubungan mereka pasti tidak akan disetujui oleh k...