[ 2 ]: Indecision

4.5K 465 16
                                    

Detakan jam dinding menyelimuti keheningan ruangan itu. Diantara kegelapan ada sesosok pria yang duduk termenung di atas tempat tidur, ia hanya diam mematung, seolah tak percaya dengan apa yang dirinya alami hari ini. Ia harus menyambungkan rangkaian cerita yang dirinya dapatkan dari orang lain.

Namanya adalah Krist, ia sudah beberapa tahun menikah dengan Singto dan punya dua orang anak, Krist pergi meninggalkan dua anaknya dan Singto keluar negeri entah untuk apa dan tiba-tiba sewaktu kembali dirinya tak ingat apapun? Apa itu masuk di akal atau ada hal lain yang dirinya belum ketahui?

Krist tak habis pikir mengapa Singto memperlakukan kedua anak mereka dengan berbeda, kenapa Singto terlihat lebih menyayangi Rieyu, tetapi tak memperhatikan Kei yang harusnya butuh kasih sayang lebih darinya. Anak itu masih berumur satu tahun kenapa pula hati Singto sangat dingin padanya, seolah membenci, padahal Krist melihat di semua foto yang terpasang di lorong pria itu terlihat sangat bahagia dengan kehamilannya. Sebenarnya ada apa?

Tangannya mencoba untuk memukul kepalanya sendiri, ia frustasi tak mengingat apapun, barang satu pun kilasan balik tentang kedua anaknya atau yang lainnya. Krist tak bisa mengingat mereka, tetapi hatinya menghangat kedua dua malaikat mungil itu menatapnya, ia punya rasa kasih sayang lebih pada mereka.

Pria itu memutuskan untuk keluar, meskipun Singto melarangnya, tetapi Krist tak memperdulikannya. Kemarin sewaktu ia bersama dengan Kei, pria itu marah tanpa sebab menyuruhnya jangan memperdulikan bayi itu. Bagaimana bisa?

Ia merasa terkurung di dalam tempat ini, tidak bisa bergerak bebas, seolah Singto takut jika ia melangkahkan kakinya terlalu jauh maka ada hal menyakitkan yang akan terkuak kepermukaan. Krist merasa ia punya rahasia besar dan Singto mencoba untuk menutupinya agar dirinya tak tahu, meskipun Krist tak tahu pasti itu apa.

Langkah kaki Krist tak menentu, ia ingin menemui Kei lagi, tetapi tak ingat cara untuk kesana, rumah ini terlalu besar, banyak lorong panjang yang memusingkan jadi ia hanya mempercayakan segalanya pada pilihan langkah kakinya.

Lama ia menelusuri bangunan itu, ada suara samar-samar seseorang tertangkap oleh pendengarannya. Krist mencoba mendekati sumber suara, langkahnya terhenti pada pintu kecoklatan pada dinding pintu tertempel gambaran dari tangan amatir seorang anak yang cukup manis. Pintu itu sedikit terbuka, Krist mengintip ke dalam tak menemukan siapapun di dalam sana, sampai akhirnya pandangannya menangkap penangkaran sosok kecil yang mendudukkan dirinya di lantai yang dingin, ia menyandarkan kepalanya pada dinding berlukiskan seseorang, sembari tangan mungilnya mengusap-usap dinding itu, pandangannya terkesan sangat sedih, suara terdengar sangat lirih, membuat ia merasa jantungnya di remas seketika itu juga.

"Kenapa Papa tidak mengingat Rieyu?"

Anak itu terus mengulangi ucapannya sembari menatap sesekali lukisan pada dinding kamarnya, Krist hanya diam melihat gambaran dirinya di sana. Itu benar-benar dirinya.

"Rieyu rindu Papa."

Krist tertegun, hingga tak lama kemudian langsung masuk ke dalam kamar setelah mendengar ucapan Rieyu, menghampiri sosok mungil itu, menariknya ke dalam dekapan hangatnya serta mengusap surai lembut anak tadi dengan sayang. Hal yang tak pernah ia lakukan setelah dirinya membuka matanya. Ia masih mengingat tatapan sedih anak itu begitu pertama kali mereka bertemu. Krist tak tega melihatnya.

"Papa."

"Heumm."

"Papa."

"Ya."

"Rieyu rindu Papa."

"Papa juga rindu padamu, sayang."

"Papa ingat Rieyu?"

The Shades Of Gray [ Peraya ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang