[ 13 ]: Love Is..,

3.4K 356 29
                                    

Cahaya matahari cukup terik kala itu, saat Krist menemani Rieyu yang tengah bermain pasir di pinggiran pantai. Ia memangku Kei sembari menatap setiap gerak-gerik putra pertamanya yang tengah membangun istana pasir.

Jemari mungilnya menepuk-nepuk pasir yang basah, membuat setiap bangunan dengan teliti. Krist merasa terkadang ia tak perlu mengkhawatirkan Rieyu sebab anak itu bisa menjaga dirinya dengan baik, akan tetapi rasa cemas itu tidak bisa hilang dari dalam benaknya. Ia menundukkan kepalanya ke bawah di mana Kei tengah memainkan sekop plastik berwarna oranye dalam genggaman tangannya. Anak itu memutar-mutar sekop itu, karena belum tahu cara memainkannya. Bisa saja Krist melepas keduanya untuk bermain bersama. Namun, ia rasa itu ide yang buruk.

Kei belum bisa membedakan mana yang boleh dia sentuh mana yang tidak, ia berbeda dengan Rieyu yang sudah paham beberapa hal. Jadi Krist bisa melepasnya meskipun tetap mengawasi segalanya.

Angin berembus samar-samar menerpa wajahnya, Krist mendudukkan dirinya pada ayunan kayu yang terikat pada pohon tua di belakang villa mereka, melindungi diri dari sengatan matahari.

"Papa...."

"Heumm."

Rieyu tersenyum dan menarik tangan Krist untuk mengikutinya, setelah selesai menyelesaikan apa yang ia kerjakan. Ia menunjuk gambaran pada kersik putih yang halus pada Krist. Pria manis itu tersenyum lalu mengecup pipi anaknya. Di atas permukaan pasir itu ada gambar abstrak 4 orang yang saling bergandengan tangan satu sama lainnya.

"Bagus. Papa menyukainya."

"Sungguh?"

"Tentu saja."

Jemari Krist menyeka keringat yang mengalir dari dahi Rieyu menggunakan sapu tangannya dengan lembut, seraya membenarkan surai putranya yang berantakan itu.

"Sudah selesai mainnya? Jika sudah. Ayo, masuk. Papa akan membuatkan makan siang untuk kalian berdua."

"Daddy ke mana?"

"Tidak tahu, Daddy bilang akan pergi sebentar. Nanti Daddy akan kembali lagi sebelum makan siang, mungkin sebentar lagi Daddy akan kembali. Jadi ayo kita siap-siap untuk membuat makan siang."

Rieyu menganggukkan kepalanya, ia berlari ke arah keran air dan mencuci tangan serta kakinya, Krist yang melihatnya tersenyum. Sejak mereka bertemu Rieyu selalu melakukan apa yang harus ia lakukan tanpa Krist bersusah payah untuk mengatakannya, tanpa Krist harus mengeluarkan suara untuk menegurnya. Singto mendidik anak mereka dengan baik.

Terkadang Krist heran dan merasa takjub dengan apa saja yang Pria itu lakukan, karena Krist rasa ia tak mungkin bisa melakukan apapun yang Singto lakukan. Baginya anak-anak itu tetap prioritasnya walaupun pria itu merasa lelah dan merasakan banyak hal. Ia tetap berusaha meluangkan waktu walaupun itu sulit. Krist yakin ia tak bisa melakukan hal yang sama.

Diam-diam Krist menatap ke arah ruang tengah setelah meninggalkan kedua putranya untuk beberapa menit, menyiapkan bahan untuk memasak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diam-diam Krist menatap ke arah ruang tengah setelah meninggalkan kedua putranya untuk beberapa menit, menyiapkan bahan untuk memasak. Krist tersenyum melihat Rieyu dan Kei tengah bermain bersama di atas karpet halus berwarna biru. Kei tengah menarik-narik boneka berbentuk mobil yang Rieyu berikan padanya, sementara sang Kakak mengawasinya sembari sesekali menatap buku yang ada di atas pangkuannya.

The Shades Of Gray [ Peraya ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang