[ 20 ]: Rectitude

2.7K 311 136
                                        

Derap langkah seseorang tertangkap oleh pendengaran sosok yang tengah berbaring di atas tempat tidurnya, meskipun seperti itu Kit tak mau menengok siapa yang repot-repot datang menemuinya, pandangan pria itu lurus ke depan menatap dinding berwarna putih tersebut dengan berkaca-kaca. Kit mencoba untuk melupakan, mencoba untuk bersikap baik-baik saja, akan tetapi ternyata ini tak mudah, ia gagal sebelum memulainya. Bahkan sekarang dirinya berpikir untuk apa ia tetap berada di sini?

Waktu itu Singto membawanya ke sini karena pria tersebut berpikir jika ia istrinya, tetapi kenyataannya tidak seperti yang Singto pikirkan sekarang. Lalu apa ini menjadi salahnya?

Ketika ia membuka mata untuk pertama kali, pria itu mengatakan jika dirinya ini Krist, ia adalah keluarganya, jadi apakah Kit salah mempercayai hal itu? Sampai sekarang pun ia tak ingat bagaimana kehidupannya sebelumnya, kenapa ia bisa ada di tempat itu? Kenapa Singto bisa menemukannya? Segala macam pertanyaan itu merasuk ke dalam pikirannya tanpa permisi dan tak bisa untuk di enyahkan. Harusnya pria itu bisa membedakan mana istrinya dan bukan. Semua foto di rumah ini mengelabuinya, tempat ini membawa banyak bayangan abu-abu yang dengan bodohnya Kit percayai.

"Kau tidak sarapan? Dari kemarin kau tidak keluar dari tempat ini?"

"Aku tidak lapar."

"Kit...."

"Beritahu aku di mana tempat tinggalku, kau kakakku kan? Katakan ke mana aku harus pulang?"

Tangan itu meraih tubuhnya, menuntunnya agar bisa menatap sosok itu, "Tubuhmu hangat, kau sakit?"

"Biarkan saja. Jangan pedulikan aku."

"Aku akan memanggil dokter ya?"

"Tidak perlu," Kit membalikkan tubuhnya lagi, "lebih baik pergi saja, jika kau tidak mau memberitahuku."

"Bukan seperti itu."

"Lalu apa? Kenapa kau baru muncul sekarang? Kenapa? Kenapa kau membiarkan aku di sini, jika kau tahu aku adikmu, harusnya kau jemput aku, bilang pada pria itu kalau aku bukan kau! Kau tidak tahu apa yang aku rasakan sekarang."

"Aku akan mengambilkan obat untukmu."

Pria itu hanya bungkam, tak mau menjawab apa yang Kakaknya katakan, ia memandang nyalang langit-langit kamar itu. Bahkan Kit tak tahu harus menyalahkan siapa sekarang, rasanya ia ingin lari menjauh dari tempat ini. Ingin pergi ke tempat di mana orang lain tak mengenalinya.

Pada sisi lain, Singto tengah sibuk menerima panggilan telepon dari Mike, ia hanya memejamkan matanya sembari bergumam kata iya walau raut wajahnya menampilkan ekspresi malas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada sisi lain, Singto tengah sibuk menerima panggilan telepon dari Mike, ia hanya memejamkan matanya sembari bergumam kata iya walau raut wajahnya menampilkan ekspresi malas. Pria itu harus cepat pergi sebelum terlambat ke kantor, hanya saja segalanya pagi ini cukup berantakan, hingga Singto merasa kesal.

"Iya, setengah jam lagi aku akan sampai."

"Kau sudah mengatakan hal itu sejak 1 jam yang lalu."

The Shades Of Gray [ Peraya ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang