[ 5 ]: Someone I Once Loved

3.6K 410 65
                                    

Cahaya putih terang itu cukup menyilaukan kedua maniknya yang baru tersadar setelah beberapa saat mengisyaratkan diri. Krist menggeliat pelan, ia merasakan ada sesuatu yang menutupi tubuhnya hingga ia merasa hangat. Ia melihat selimut biru menutup tubuhnya hingga sebatas dada. Krist memosisikan dirinya untuk duduk dari sofa yang baru saja ia tiduri. Pandangannya tertuju pada sosok yang tengah tertidur di atas tumpukan berkas-berkas.

Dengan segera ia menghampiri Singto, mengambil selimut tadi, lalu menyelimuti tubuh pria itu perlahan. Krist berlutut di depan Singto, menatap wajah tenang pria tadi ketika tertidur, rasanya membawa kedamaian. Tangannya tanpa tahu malu mengusap wajah rupawan pria di hadapannya.

Krist mengingat tangisan pria itu dalam diam tadi malam, seolah ia benar-benar terluka karena satu hal, seolah ia rapuh. Tak memiliki tempat untuk bersandar. Krist tak tahu kekacauan apa yang sudah ia perbuat di masa lalu. Hingga menyebabkan luka untuk semua orang.

Ini pasti berat, ia harus mengurus dua anak sekaligus, seorang diri. Meskipun sikapnya tak baik dan selalu tak memperdulikan Kei tetapi Singto memberikan apapun yang anak itu butuhkan. Meskipun tak menyukainya, tetapi masih tetap merawatnya. Menurut Krist pria itu tidak benar-benar membenci hanya memerlukan waktu untuk menerima.

"Apa yang sudah aku lakukan? Apa itu menyakitkan? Tidak bisakah kau mengatakannya? Aku siap menerima apapun, jangan menanggungnya sendirian."

Krist tak menyukai fakta, jika Singto menutupi banyak hal darinya. Tak menyukai ketika pria itu hanya diam dan tak menjawab semua yang dirinya ingin tahu. Seolah tak ingin ia mengingat banyak hal.

Ini salah. Kalau Singto masih terus berpikiran seperti ini. Mereka bahkan sudah mempunyai dua anak, meskipun ia tak mengingat harusnya Singto jujur padanya.

Lama menatap pria itu, akhirnya Krist melangkahkan kakinya untuk pergi, ingin mengecek kedua anaknya. Ia bahkan hampir lupa jika meninggalkan Kei bersama dengan Rieyu.

Sewaktu sampai Krist melihat kedua anak itu berpelukan dengan erat, seolah tak mau terpisahkan. Kedua tangan kecil itu saling bersentuhan, hati Krist menghangat ketika pemandangan ini. Ia mendekati keduanya lalu mengecup ujung kepala Rieyu dan Kei secara bergantian.

Krist mengingat betapa inginnya Rieyu mengajak adiknya untuk ke kamar, mengingat bagaimana takutnya ia pada Ayahnya takut jika Singto marah hanya karena masalah sepele seperti ini.

Memangnya kenapa jika mereka bersama? Bukankah keduanya saudara? Harusnya tidak terpisahkan. Lagipula selain orang tuanya, kedua anak itu hanya memiliki satu sama lainnya untuk menjaga nanti.

Pria itu membaringkan tubuhnya di samping Kei, sembari mengusap-usap surai anaknya yang belum tumbuh dengan rapih. Krist berharap jika ia akan mengingat segalanya, ia akan mengingat semua memori bersama kedua putranya itu, tetapi misalkan itu mustahil tak apa-apa. Ia bisa memulai segalanya dari awal dengan keluarga kecilnya ini. Ia akan merawat mereka dengan baik.

 Ia akan merawat mereka dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Shades Of Gray [ Peraya ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang