[ Completed ]
Percayakah kau pada takdir?
Percayakah pada sebuah janji dan keajaiban?
Bagi Singto kepergian Krist yang mendadak itu, menimbulkan luka yang sulit untuk di sembuhkan pada dadanya, akan tetapi bagaimana jika sosok yang ia yakini pergi...
Hanya dari jendela rumahnya ia bisa menatap sosok Rieyu yang berlari dengan lincah memasuki mobil Singto, tak lupa mengamati senyuman manis terpasang pada wajah anak laki-laki itu, ia terlihat sangat senang sang Ayah mengantarkan untuk pergi ke sekolah, Krist beberapa kali melihat Singto yang menyiapkan segalanya untuk Rieyu, ada sedikit rasa iri dalam hati Krist, entah mengapa ia ingin membantu. Ia merasa kesal karena Singto melarangnya untuk banyak hal, terutama untuk menyentuh kedua Anaknya. Bahkan untuk keluar dari tempat ini pun tidak diijinkan. Pria itu seperti ingin menyembunyikannya dari seluruh orang yang ada di muka bumi ini. Krist merasa kesepian, ia tak tahu harus apa, bahkan ingatannya pun tak kunjung membaik. Ia frustasi di sini, bersama dengan Singto.
Kira-kira apa alasan ia meninggalkan keluarganya? Itu sepertinya membuat Singto amat kecewa, ia bahkan tak mau menatap wajahnya. Kesalahan besar macam apa di masa lalu yang pernah ia perbuat hingga pria itu melakukan hal ini padanya, akhirnya Krist hanya berputar-putar tak tentu arah di dalam rumah, ia menemukan Kei yang tengah bermain dengan baby sitternya di halaman belakang, bayinya itu tengah berjemur dibawah teriknya mentari pagi. Kedua sudut bibir Krist tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman. Ia merasa sangat dekat dengan bayi itu, padahal ia tak yakin pernah melahirkannya, tetapi rasanya ia punya sedikit ikatan dengan bayi itu.
"Bisa berikan dia padaku?"
"Bagaimana jika tuan Singto marah?"
"Kei anakku, kenapa dia harus marah ketika aku ingin menggendong putraku sendiri?"
"Baiklah."
Dengan hati-hati Krist mengambil bayi itu, ia menatap anak laki-lakinya tersenyum manis padanya, sembari berceloteh lucu dan tidak jelas. Entah mengatakan apa, tetapi begitu Kei tertawa pria itu juga ikut merasakannya. Ia terlihat mirip dengan Singto ketika menatapnya seperti ini. Tatapan mereka sama, bahkan senyuman itu juga sama.
"Kenapa pria itu tidak menyukaimu?"
Ada nada kesedihan di dalam ucapan Krist, ia merengkuh sosok mungil itu ke dalam pelukannya, sangat erat. Ia merasakan getaran aneh di dalam hatinya yang menyuruhnya untuk terus mendekapnya. Krist menyayanginya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara deruman mesin mobil tertangkap oleh pendengaran Krist, ia mencoba untuk menengokkan siapa yang datang dari balkon kamarnya dan ia bisa melihat itu Singto. Pria itu dengan terburu-buru menurunkan Rieyu dari dalam mobilnya, mereka terlihat berbincang sejenak sebelum Singto memasuki mobilnya, mengendarainya pergi meninggalkan gerbang rumahnya. Mungkin pria itu akan kembali ke kantornya. Singto terlihat sangat sibuk, meskipun jujur saja Krist tak tahu apa pekerjaan pria itu. Ia memutuskan untuk turun dan menghampiri Rieyu. Sewaktu Krist berada tak jauh dari anak sulungnya itu, Rieyu berlari riang ke arahnya bahkan memeluk kakinya.
"Papa...." Panggilnya dengan raut wajah berbinar, seolah menemukan hal yang tak pernah ia dapatkan selama ini.
"Ya. Bagaimana harimu di sekolah?" Tanya Krist sembari mengusap surai kecoklatan sang Anak.