Masa Kelam PKL

48 5 0
                                    

Mohon budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca

Setelah itu tinggalkan jejak

Terima Kasih 😊😊

Iky, Evy, Vira, Arsyad, Delia, Arkaan dan Indah tengah berada di kelas, sambil memakan es doger dan Lumpia Basah yang tadi di beli oleh Arkaan dan juga Arsyad. Demi apapun perpaduan antara Es Doger dan Lumpia Basah ini tuh nikmat banget, apalagi harganya pas banget di kantung siswa/i miskin kaya mereka bertujuh ini.

“Lo tau ga sih jir, gue kesel banget sama si Delia waktu PKL.”

“Apaan sih de, gue lagi diem padahal.”

“Iya lo tuh ngeselin banget anjir waktu PKL! Gue sama Evy di musuhin, lo ikut – ikut geng sono kan.” Delia hanya menyengir ketika tidak bisa lagi mengelak apa yang dibilang Iky, memang sepertinya kalau mereka ingat masa – masa PKL tuh rasanya masa terkelam yang pernah terjadi pada kelas mereka.

“Udah napa sih De, udah lama juga ilah.”

“Lu – lu – lu kalau ngga suka sama gua bilang.” Arkaan memeragakan kembali adegan yang terjadi ketika mereka semua berdebat di salah satu tempat depan rumah sakit setelah PKL.

“Anjir dia mah bukan mau marah, tapi mau beatbox.” Iky mencibir sambil tertawa keras kalau mengingat bagaimana ekspresi salah satu geng sebelah yang menuding dirinya dan juga Evy kala itu.

Arkaan tengah membereskan puskesmas bersama Indah, Vira dan teman sekelompok pkl lainnya, memang apes karena saat bagian dirinya di puskesmas ternyata tempat itu tengah melakukan akreditasi.

“Arkaan sama Tari, tolong ya fotocopy file ini.” Arkaan dan Tari langsung bergegas pergi ke tempat fotocopy. Mereka kepingin cepat pulang, karena kan memang sudah hampir maghrib dan juga sudah mau malam. Jadi kalau lama – lama di puskesmas juga tidak enak. Apalagi besok mereka masih masuk, dan tidak boleh telat karena tim akreditasi dari pusat mau datang.

Arkaan dan Tari sudah berada di fotocopy’an.  Arkaan melirik handphone Tari dan melihat chat dari Iky yang agak kasar. Dan juga sedikit mendengar voice note antara Tari dan juga Iky. Aneh aja, bukannya Iky ngga satu kelompok. Tapi kenapa mereka kelihatan marah?

“Siapa sih Tar?”

“ini si Iky.”

Arkaan hanya mengangguk dan tak peduli lagi. Lagian dia juga ngga terlalu perduli amat dengan perdebatan dua orang itu. Yang dia pikirkan sekarang itu tuh adalah, apa yang mau di omongin Tari sekarang? Karena kan semalam katanya Tari mau mengatakan hal penting.

***


Setelah kembali dari Fotocopy’an, Arkaan bergabung dengan yang lain di gudang apotik. Mereka semua memang sedang istirahat sambil mengatur obat – obatan sesuai dengan abjad, namun tiba – tiba Tari menutup pintu gerbang dan menunjuk mereka semua.

“LO semua kalau ngga suka sama gue bilang, jangan ngomongin di belakang. Masalah Amoxicillin sama Paracetamol yang gue campur kenapa jadi pada tau?” Arkaan, Indah dan Vira hanya saling pandang dan menggeleng pelan, Ayu yang memang berada di dekat pintu langsung memperingatkan bahwa pembimbing mereka sudah ada di dalam apotik.

Arkaan dan Indah mengikuti Tari yang ingin menemui kelompok PKL rumah sakit di tempat yang sudah di tentukan, mereka berdua sedari tadi heran dengan Tari yang tiba – tiba menuding dengan berbagai alasan. Ketika mereka sampai Delia tengah berada di meja yang agak jauh dari Tari, Evy dan Iky. Gadis itu hanya menyengir menatap Arkaan, Indah dan juga Vira yang baru sampai.

“kenapa sih Del?” Arkaan yang memang penasaran jadi bertanya pada Delia yang memisahkan diri dari kerumunan teman – temannya yang lain.

“Gatau gue juga. Si Tari kesini langsung marah – marah gak jelas.”

Akibatnya mereka semua yang tengah capek jadi berdebat, mengeluarkan semua uneg – uneg mereka pada Tari yang memang menjadi awal perdebatan ini di mulai. Semenjak kejadian ini kelas mereka tak seutuh dulu, mereka menjadi berkubu bahkan sampai PKL selesaipun kelas mereka masih berkubu.

“Anjir ya! Gue kesel jir, si Delia ikut – ikut geng sana. Padahal mah gue sama Evy sering ngajakin dia Ceu ihhh.”

“Sama de, gue juga waktu PKL berduaan mulu sama si Vira. Gue nungguin aja di depan rumah sakit, yang lain sama si Arkaan taunya udah masuk ke masing – masing Depo coba ih!” Arkaan yang merasa di sebut jadi mendelik dan tak terima.

“Apaan dah! Itu mah gara – gara si Tari tuh anjir! Nunjuk – nunjuk gua sama si Ayu yang ngga tuntas bantuin di depo melati! Puguh emang udah di suruh balik sama Apotekernya!” Arkaan jadi emosi sendiri kalau mengingat hal itu. “Kan abis dari situ gua ogah nungguin lo semua!”

Evy yang sedari tadi diam pun hanya tertawa ketika mereka mengingat masa kelam itu. Lagipula memang mau di apakan lagi? “Udah sih udah, emang PKL tuh masa kelam banget. Kita jadi pecah semenjak pak Adi keluar dari sekolah kan?”

“Emang apaan sih?” Arsyad yang sedari tadi menyimak akhirnya bertanya, memang waktu kejadian hanya dirinya dan juga Reza yang tidak ikut dalam sidah dadakan itu. Mereka lebih memilih pulang dan beristirahat.

“Udah dah Bang, ngga ngerti mah diem aja.”

“Sialan lo Ndah!”

Mereka semua tertawa, yah walaupun itu masa kelam, masih ada sedikit cerita yang menghibur dari perpecahan diantara satu kelas, mereka hanya tertawa ketika melihat siapa dalang di balik semua ini. Setidaknya berkat kejadian itu, mereka akhirnya bisa tau mana teman yang bisa di percaya, dan mana teman yang hanya memanfaatkan keadaan.

TBC

H

alo, sebelumnya gue minta maaf kepada salah satu dari karakter ini, jika dia merasa tersinggung dengan kisah gue. Tapi jujur disini Praktik Kerja Lapangan adalah masa dimana kelas gue mengalami perpecahan. Yg awalnya kompak jadi berkubu - kubu.

Terlebih di masa kelam ini, wali kelas gue terdahulu keluar dari sekolah dan meninggalkan kelas gue tanpa wali kelas selama hampir 8 bulan lamanya di kelas 11. Bayangkan kelas gue terlantar.

Sekiannn...

Happy Reading!! 😂😂

See you on the next Chapter 😘😘

Pharmacy StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang