WereWolf (WW) Game

39 5 0
                                    

Mohon budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca

Setelah itu tinggalkan jejak

Terima kasih 😊😊

Hari senin yang kampret ini benar – benar menguras tenaga dan juga otak anak – anak 12Farmasi. Seharian ini mereka berada di Lab sambil menyimak Guru produktif menyampaikan hal – hal penting mengenai UPK. Hal apa saja yang boleh di lakukan dan tindakan fatal yang membuat nilai ujian bisa turun seketika.
Padahal UPK masih lama, mereka juga baru masuk sekolah 1 bulan. Kenapa setiap hari pembahasannya UPK sih? belum lagi di kelas Geng sebelah selalu heboh dengan harga – harga skincare yang murah meriah, dan cara menggaet kaum adam supaya nempel dan ngga lirik yang lain.

Beda lagi sama Arsyad dan kawan – kawannya. Mereka malah lagi sibuk main sambil mengghibah. Mereka main permainan yang lagi Viral. Bukan mobile legend atau free fire kok. Ini permainan yang pakai kartu. Namanya werewolf, yaaa meskipun kalau mereka ber-delapan mainnya pakai kertas sobekan dari sang umat yang baik hati menyumbangkan kertasnya.

“Woy buru. Ceu jadi moderator dah!” Iky menunjuk Indah, karena gadis itu lah yang meracuni anak – anak ini bermain werewolf. Meskipun waktu awal – awal main banyak yang ngga paham, tapi makin kesini ternyata seru mainnya.

“Tai! Gue mulu ah! Kapan atuh gue mainnya ini mah?!” walaupun kesal, dia tetap maju ke tengah dan menjadi moderator permainan, dia mengambil kertas yang sudah di gulung dan membagikannya pada Arkaan, Vira, Delia, Arsyad, Reza, Evy dan juga Iky.

“Udah ya. malam telah tiba, semua tidur. Werewolf bangun coba!” Iky dan Arsyad mengangkat kepalanya, dan menunduk lagi. Selanjutnya Indah menyebut Sockler, yang mengangkat kepala adalah Delia, lalu Guardian adalah Evy, serta seer adalah Arkaan. Reza sialnya mendapat Warga biasa. “Gue kasih 10 detik buat saling curiga.”

“Gua tau nih siapa wwnya.”

“Emm paham gue mah paham.”

“Ngapa lo bang? Liatin gue gitu banget!”

“Yah ada yang panik. Tau gua nih tau.”

“Sue amat gua mah ini dapetnya.”

“Ngapa si de liatin gue mulu?!”

“Udah ceu udah,. Lanjut udah.”

Indah mengangguk dan menyuruh semuanya tertidur. “Werewolf bangun! Siapa yang ingin kamu makan?” Iky dan Arsyad kompak menunjuk Evy, setelahnya Indah menyuruh mereka tidur lagi. “Sockler bangun Sockler! Buset Socklernya budek ini mah kayanya.” Delia baru sadar itu perannya, langsung mengangkat kepala.

“Siapa temanmu?” Delia menunjuk Arkaan, namun Indah memberi tanda (Jempol ke bawah) dan menyuruh Delia tidur lagi. “Seer bangun. Siapa werewolfnya?” Arkaan menunjuk Vira, tapi gagal juga.

“Guardian! Siapa yang mau kamu selametin?” Evy menunjuk Iky, dan tertidur lagi. “Pagi telah tiba semuanya bangun! Nih ya semalam werewolf datang. Dia bunuh satu orang, Guardiannya ngga egois kok, tapi dia salah nyelametin. Yang dimakan itu... Evy! Evy di good side.”

“Ahh goblog banget guardiannya.”

“Sapa sih guardiannya?”

“Gua paham nih siapa Wwnya. Seer mana seer.”

“Ohh tau gue tau. Hahay!”

“Buru ceu langsung polling aja.”

“Yaudah polling, dari Lo Kaan.” Arkaan menunjuk Iky, lalu Delia menunjuk Arkaan. Arsyad pun sama, Vira menunjuk Iky. Dan Reza terakhir menunjuk Arkaan. “Udah Kaan udah mati lo. sini!”

“Ahh goblog banget anjir! Gua di good side weh. Parah emang ini warganya!”

“Udah Bad Side menang.” Arsyad, Iky dan Delia bersorak sebagai kemenangan. “Warga siapa si? Emang nih si Vira sama Bang Kumis pele banget malah bantuin bad side.”

“Waah gua dendam anjir sama lo berdua. Parah siah ihh.”

“Kampret! Gue malah lindungin si Dede. Tau gitu tadi gue aja sendiri yang di lindungin.”

“Ihh Evy baik banget sama akoh. Tapi sorry akoh khianatin kamoeh.”

“Jijik anjir de!”

Iky cuman menyengir dan lanjut menggulung kertas yang sudah basah. “Ganti napa buset, udah lecek gini juga. Gembel banget kita teh.” Dia melempar kertas yang sudah ngga berbentuk itu asal, dan main mengambil buku Delia dan mengambil kertas di tengah.

“Ih buku gue! Lo mah de, daritadi berarti punya gue ya kertasnya?” mereka semua mengangguk. “Sialan emang ya padaan.”

“Jangan kaya orang gembel dah, besok gue bawa remi dah. Kita pake kartu remi aja main wwnya.”

“Buset ngapain anjir?”

“Yah main atuh, nanti di tulis spidol, daripada pake kertas mulu? Cepet rusak anjir.”

Arkaan ngangguk – ngangguk setuju aja, toh selama buku dia ngga di pergunakan, dia mah santai. Berbeda sama Delia yang lagi misuh =- misuh gara – gara lembar tengahnya di robek. Mereka main lagi sampai goodside menang dan mengalahkan werewolf. Memang sih sederhana dan pakai barang di sekitar. Tapi main gini aja udah bikin mereka semua lepas dari rutinitas menghafal resep dan tumbuhan serta alur pemesanan obat.

Pharmacy StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang