"Sajak Kecil Tentang Cinta”
Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas jarak
Mencintaimu harus menjadi aku-Sapardi Djoko Samono-
Taehyung menutup buku kecil yang telah usang sambil tersenyum pahit, “Cih… !” ia melempar buku kecil itu kembali ke dalam kotak laci di samping tempat tidurnya. Dari posisi duduk di tepian kasur, ia membaringkan tubuh lelahnya. Mencoba memjamkan mata, ia meletakan lengan kanannya di atas kedua matanya.
London, 8 Januari 2020. Taehyung masih saja seperti dirinya sepuluh tahun lalu, gemar menghitung dan mengingat tanggal sebelum tidur.
“Besok aku akan kembali…”
***
“Kau yakin aku akan bisa mengatasi semuanya?”
Kang Seulgi langsung menoleh pada Sooyoung dan mengerucutkan bibirnya, imut. “Kau mau gaji mu bertambahkan? Lagipula pekerjaannya kan mudah.”
“Tapi aku belum berpengalaman. Bagaimana jika para direksi ternyata tidak menyukaiku?”
Seulgi lagi lagi mendengus sebal, “Kau saja belum mencoba bagaimana tahu dia menyukaimu atau tidak? Sudahlah, keputusanku itu sudah bulat. Kau!” Seulgi menunjuk Sooyoung yang masih berada di balik meja resepsionisnya dengan telunjuk kanannya, “Kau tidak kasian pada anak ku? Anak ku yang memilihmu yangakan menggantikan posisiku.” Seulgi memasang wajah sedih dibuat buat, berharap temannya mau membantunya.
Sooyoung sebenarnya tidak mau, sungguh. Dia sudah tidak mau dijadikan bahan gossip sekantor yang akhir akhir ini beredar karena kedekatannya yang hanya sebatas resepsionis dengan Seulgi yang notabennya adalah sekertaris dari deretan petinggi di perusahaan tempat mereka bekerja.
Apa jadinya jika semua orang tahu kalau Sooyoung yang akan menggantikan posisi Seulgi selama Seulgi mengambil cuti tiga bulan untuk melahirkan? Membayangkannya saja tidak sanggup bagi Sooyoung.
Tapi dihadapkan dengan Seulgi yang sudah memohon mohon sejak tadi membuatnya merasa tak enak jika menolak. “Kenapa sih kau memilihku? Aku bahkan tidak kuliah.” Sooyoung mengalihkan matanya dari pandangan Seulgi.
“Kan sudah ku bilang, anak ku yang ada di dalam perutku, yang sebentar lagi akan menjadi bayi cengeng yang merepotkan ini yang memilihmu.”
Seulgi berjalan memutar, menghampiri Sooyoung dibalik meja tinggi kerjanya.
Seulgi mendaratkan tangan kanannya di bahu Sooyoung, “Aku tahu kau mengawatirkan mulut mulut jahat di sini. Mungkin awalnya sulit. Tapi kau harus berusaha Park Sooyoung. Memangnya kau mau terus terusan menjadi resepsionis? Kau sudah tua, kau harus berani.”Sooyoung menghela nafas sebentar lalu memeluk Seulgi yang berperut super buncit karena kehamilannya yang sudah memasuki usia Sembilan bulan itu, “Ku mohon bantu aku…”
Seulgi membalas pelukan Sooyoung, tersenyum dan kembali bersuara, “Aku pasti akan membantumu. Aku juga tidak akan langsung cuti, besok hingga lusa aku masih akan mengajarimu, melakuka hand over, dan…”
Sooyoung melepaskan pelukannnya, ia mengerutkan alisnya melihat Seulgi yang sedikit merahasiakan sesuatu, “Dan apa?”
“Dan menyambut bos besar yang baru datang dari london.” Seulgi mencoba menyunggingkan senyum namun tetap masih terlihat kaku, “Bos yang katanya sedikit galak itu.”
Sooyoung membuka sedikit mulutnya tak percaya, “Astaga… jadi rumor itu benar? Kalau bos baru yang mengakuisisi perusahaan kita akan datang besok?”
Seulgi hanya menganggukan kepalanya, “Semoga saja ia tak segalak dan segila kabar burung itu.”
Sooyong menelan liurnya dengan susah payah, “Yah, Semoga saja…”
Yang Sooyong kawatirkan sekarang bukan lagi penyebaran gossip yang pasti akan beredar, tapi si bos galak yang akan segera datang, esok.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Picisan
FanfictionIni cerita tentang cinta pertamanya, tentang patah hatinya, tentang menunggunya, tentang harapannya dan tentang perjuangannya untuk mendapatkan kembali dia ke dalam pelukannya.