Chapter 8
Taehyung terganggu dengan sinar matahari yang terasa menembus ke dalam retina matanya walau kedua matanya itu memejam. Ia membuka matanya perlahan, mencoba menghindar dari sinarnya sang surya pagi itu. Saat mencoba duduk, kepalanya terasa sangat sakit, pusing. Belum lagi badanya yang terasa pegal-pegal semua.
"Hah?" Taehyung kaget, sangat terkejut!
Kemudian ia memukul kepalanya sendiri, dengan pelan.
"Dasar bodoh! Kenapa aku malah pergi ke sini semalam?"
Matanya yang sudah sepenuhnya terbuka lebar langsung menyusuri ke segala arah flat kecil itu, mencari keberadaan sang pujangga, sang mantan istrinya.
"Park Sooyoung!"
Itu bukan suara Taehyung yang memanggil nama Sooyoung, tapi suara orang lain yang terdengar dari luar pintu.
"Park Sooyoung, apa kau didalam?"
Suaranya kembali terdengar ke telinga Taehyung bersamaan dengan suara ketukan pintu. Taehyung sebenarnya masih malas bergerak, tapi entah kenapa mendengar seorang lelaki memanggil-manggil nama mantan istrinya di sabtu pagi ini membuatnya agak sedikit merasakan amarah yang mulai merambah.
Dengan segenap kekuatan yang masih dimiliki, Taehyung berjalan ke arah pintu, membukanya.
Saat pintu terbuka lebar, Teahyung langsung memasang wajah super sinis yang pernah ia pasang selama hidupnya, tak lupa ia melirik ke seluruh tubuh lelaki yang sedang tersenyum sok manis dihadapannya, dari ujung kaki hingga kepala, seperti menilai dengan sedikit mendiskriminasi lelaki tersebut.
Lelaki yang ditatap super galak itu tiba-tiba merubah ekspresinya, yang mulanya terlihat sok manis, menjadi agak kaku, sedikit salah tingkah karena tercampur rasa terkejut mendapati seorang lelaki yang membukakan pintu flat Sooyoung, bukan perempuan yang diharapkannya, malah lelaki bertampang judes yang sebetulnya, harus diakui, hem... memanglah tampan.
"Kenapa kau keluar dari dalam?"
Apa mencekik leher orang yang membuatmu merasa terganggu dipagi hari itu diperbolehkan? Jika iya, maka Taehyung akan segera melancarkan niat awalnya sejak mendengar suara lelaki tua itu mengganggu telinganya.
"Kalau keluar memang dari dalam. "
Lelaki yang tak dikenal Taehyung malah tersenyum, sok tampan sekali.
"Aku tahu, maksudku, kenapa kau keluar dari flat nya Sooyoung? Di mana Sooyoung?"
"Kenapa kau menanyainya?"
"Apa?" Kenapa lelaki tampan selalu tampak menyebalkan dimata Do Hyun? Do Hyun kan hanya bertanya dimana Sooyoung berada, kenapa lelaki yang baru pertama kali ia lihat itu bukannya memberi jawaban padanya malah berbalik bertanya padanya? Apa lelaki tampan ini bodoh?
Taehyung masih menatap sebal pada lelaki yang menurutnya sudah tua dan tidak enak untuk dilihat, apalagi dipagi hari sabtunya, membuat mood nya jelek saja.
"Do Hyun!"
Yang merasa terpanggil dan familiar dengan suara itu, langsung menoleh disertai senyum pasta gigi andalannya, "Selamat pagi, Park Sooyoung!"
Sooyoung mendekat pada dua lelaki yang sama-sama berada di depan flat nya dan langsung bertanya. "Ada apa? Apa kalian saling mengenal?"
Taehyung masih dalam mood sebalnya juga segera bertanya ,"Dari mana saja kau?"
"Aku ingin mengajakmu sarapan bersama." Do Hyun dengan lantang, mengintrupsi suaranya ditengah pertanyaan Taehyung.
"Dia sarapan bersamaku. Sudah sana cepat pergi dari sini!" Taehyung seakan tidak mau memberikan dua mulut lainnya berkomentar, ia langsung menggandeng lengan kiri Sooyoung yang kosong, agak menarik paksa tubuh Sooyoung agar cepat masuk ke dalam flat, lalu dengan cekatan, Taehyung menutup pintunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Picisan
FanfictionIni cerita tentang cinta pertamanya, tentang patah hatinya, tentang menunggunya, tentang harapannya dan tentang perjuangannya untuk mendapatkan kembali dia ke dalam pelukannya.