Chapter 1
“Aku mencintaimu lebih dari kata- kata yang dapat mengusai masalah, lebih mahal dari penglihatan, ruang dan kebebasan.”
–William Shakespeare, Romeo&Juliet–Taehyung menutup kembali buku kecil lusuh yang sangat ia benci namun tak pernah terpisahkan dari dirinya. Ia memasukan buku kecil itu ke dalam tas tangannya lalu bersiap siap untuk turun dari pesawat sesuai arahan yang barusan ia dengar lewat pengumuman suara.
Ia menarik nafas untuk sesaat, berdiri dari duduknya dan merapikan jas Cuma-Cuma, “Akhirnya aku kembali…”
Dengan menyinggungkan senyum, ia berjalan keluar santai dengan gayanya yang modis.***
“Jadi kau sudah faham dengan laporan yang inikan?”
Sooyoung menganggukan kepala, ia mulai faham dan merasa bangga pada diri sendiri karena usaha Seulgi sedari tadi pagi mengajarinya tidak ia sia-siakan percuma. “Jadi, nanti aku harus berbicara dengan formal namun terdengar santai padanya saat dia datangkan? oh! Dan jangan dilebih-lebihkan, benarkan?”
Senyum tak henti-hentinya menghiasi wajah Seulgi sejak tadi pagi. Memang pilihannya itu baik, terbukti dengan Sooyoung yang cepat mengerti dengan semua ajarannya, “Sudah kubilang berapa kalikan kalau kau ini cerdas, kau akan cepat bisa. Wah… aku jadi takut posisiku akan terancam setelah tiga bulan nanti.”
“Apa maksudmu? Aku bukan kacang yang akan lupa pada kulitnya.” Sooyoung mencoba meyakinkan Seulgi, “Jadi, kapan bos baru kita tiba?”
Seulgi mengecek jam tangan yang melingkari lengannya, “Mungkin setelah makan siang.”
Sooyoung tersenyum, “Itu artinya masih ada waktu untuk kita beristirahat. Bagaimana kalau kita makan siang bersama sekarang?”
Seulgi setuju dengan ajakan Sooyoung hingga mereka berjalan meninggalkan meja kerja dengan riang.
***
“Heh kalian berdua! Kenapa masih haha hihi di sini? Bos baru sudah tiba di ruangannya, kenapa kalian masih santai makan disini? Dia mencari kalian!”
Seulgi dan Sooyoung segera meminum air mereka, terburu buru agar cepat bisa kembali ke ruangan mereka.
“Kau yakin?” Tanya Seulgi untuk memastikan.
“Untuk apa aku berbohong?” Nara berjalan melanjutkan tujuan utamanya untuk datang ke kantin kantor, “Sudah sana cepat!” Nara masih sempat meneriakan Seulgi dan Sooyoung serta mengingatkannya.
Seulgi dan Sooyoung pun semakin tergesa gesa dan sedikit menaikan kecepatan langkah kaki mereka.
“Ya tuhan… aku gugup hingga ke ubun ubun rasanya.”
“Untung mulai lusa bukan aku yang jadi sekertarisnya.”
Setelah mendengar ucapan Seulgi, Sooyooung semakin gugup saja rasanya.
***
Sooyoung dan Seulgi masih berdiri di depan pintu sang bos, tidak ada dari salah satu mereka yang mau mengalah dan masuk ke dalam ruangan terlebih dahulu hingga suara berat terdengar ke kedua telinga mereka, “Kapan kalian akan masuk dan menghadap ke saya?”
Seulgi dan Sooyoung saling beradu pandang, sebelum akhirnya Seulgi lah yang berani membuka pintu dan masuk terlebih dahulu ke dalam ruangan tersebut. Setelah tertinggal beberapa langkah, Sooyoung masuk dengan menundukan kepala dan berhenti di samping tubuh Seulgi yang memang sudah terlebih dahulu berhenti kaku.
Taehyung menatap kedepan, pada dua wanita yang tengah menunduk seperti menunggu jatuhnya hukuman dengan tajam. “Kenapa kalian menunduk? Perkenalkan diri kalian!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Picisan
FanfictionIni cerita tentang cinta pertamanya, tentang patah hatinya, tentang menunggunya, tentang harapannya dan tentang perjuangannya untuk mendapatkan kembali dia ke dalam pelukannya.