Chapter 9
"Aku tidak ingin apapun yang ada di dunia ini, melainkan dirimu" (William Shakespeare)
John Hopkins Medicine Baltimore,Hospital, America Serikat, awal 2010:
"Kim Taehyung, anak ku..."
Bae Rina menggigit bibir bawahnya, menahan tangisannya yang sebentar lagi akan mengalir bak air terjun diwajah cantiknya.
"Taehyung, lihat ibu nak! Lihat!" Tangan dan jemari lentik ibu Taehyung bersarang diwajah anaknya,mengelusnya lembut.
"Ibu mohon... bicaralah, jangan terus diam seperti ini!"
Sungguh, Rina sudah tidak dapat menahan tangisnya lagi, ia biarkan saja pecah, tumpah, meruah sebagai penghias deritanya. Sudah hampir setahun ia dan anak tunggal kesayangannya itu sengaja pindah ke America, menjauh dari sang suami hanya untuk mengobati mental Taehyung yang terpuruk semenjak perceraiannya dengan Sooyoung telah resmi secara hukum.
"Apa sebegitu sakitnya? Apa sebegitu pentingnya anak itu untukmu? Jawab ibu! Jawab ibu! Jawab..." Rina lelah, kesal, kasian, gemas, semua tercampur menjadi satu mendapati anak satu-satunya yang ia miliki hanya bisa berdiam, murung dan tiba-tiba mengeluarkan air mata hampir sepanjang tahun mereka bersama.
"Anak bodoh!" Rina memukul mukuli dada Taehyung pelan, berharap anaknya itu bisa menghindari pukulannya, atau setidaknya melawannya.
Tapi Taehyung masih saja diam, seperti raga yang telah kehilangan jiwanya. Atau memang, Taehyung saat itu hanyalah raga Taehyung yang tengah kosong. Kosong karena isinya yang telah mati. Jiwanya mati, karena hatinya yang patah, hancur, hingga berkeping-keping.
Akhir 2009 hingga awal 2010, setelah hampir setahun berpisah, tanpa Park Sooyoung, Taehyung gila.
***
2020, waktu setempat:
"Park Sooyoung! Ayo kita berteman, berteman dengan masa lalu dan berteman dimasa sekarang!"
Sooyoung menoleh otomatis pada Taehyung yang memang tak berjarak jauh darinya. Ia mendapati Taehyung langung memandangnya, tepat ke dalam kedua bola matanya.
"Apa maksudmu?"
"Berteman! Aku hanya ingin punya teman. Memangnya apalagi maksudnya?"
Sooyoung kelihatan menghindari tatapan matanya Taehyung, "Ya sudah kalau memang ingin berteman."
Taehyung masih setia memandangi Sooyoung, "Jadi mulai sekarang kita berteman?"
Sooyoung sempat membalas tatapan mata Taehyung, walau hanya beberapa detik sebelum ia menganggukan kepalanya dan kembali sibuk pada aktifitasnya.
***
"Jadi apa yang akan kau lakukan hari ini?" Taehyung bertanya setelah mereka berdua menyelesaikan sarapan.
"Hem... " Sooyoung menerawang pada jadwalnya hari ini sejenak sampai ia mengatakan apa yang telah ia ingat dan rencanakan dihari sabtunya, "Oh iya, aku harus bermain dengan Raewoon hari ini, aku sudah berjanji."
Taehyung mengerutkan keningnya, "Anak kecil yang waktu itu?"
Sekarang giliran Sooyoung yang mengerutkan keningnya, namun hanya sejenak, karena ia telah mengingat dan mengerti.
Belum sempat Taehyung bertanya lebih lanjut, Sooyoung telah lebih dulu meninggalkannya, pergi menuju pintu yang terdengar diketuk baru beberapa kali.
"Selamat pagi Raewon!"
Taehyung yang mendengar suara semangat Sooyoung dan suara anak kecil, langsung bangkit dari duduk malasnya dan mendekat pada Sooyoung yang tengah berjongkok, berpelukan dengan makhluk kecil yang memiliki senyum ceria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roman Picisan
FanfictionIni cerita tentang cinta pertamanya, tentang patah hatinya, tentang menunggunya, tentang harapannya dan tentang perjuangannya untuk mendapatkan kembali dia ke dalam pelukannya.