Bab 6

25 4 3
                                    

" Hujan turun dengan deras seperti air mataku yang turun dengan derasnya. "


   Sella membuka matanya dengan berat. Kepalanya sangat pusing dan berat. Tubuhnya sakit semua.

Sella mengedipkan kedua matanya dengan susah payah. Kini pandanganya sudah jelas. Hal yang pertama sella lihat saat membuka mata adalah langit-langit kamarnya.

Sulit bagi sella untuk menggerakan badannya bahkan untuk menolehkan kepalanya saja sulit.

Sella meringis kesakitan kedua tangannya begitu sakit.

"Badan sella sakit semua." keluhnya.

"Tadikan ibu injek tangan sella, makanya tangan sella sakit banget. Terus kayanya sella pingsan deh." gumamnya.

"Jam berapa ini ya?" sella melirik jam dinding yang ada dikamarnya.

Jam menunjukan pukul 11:35 malam.
Sella membuka matanya lebar, dia tak salah lihat. Sudah malam, yang benar saja.

"Lama juga ya sella pingsan."

"Bisa sekolah gak ya sella besok?"

"Badan sella sakit semua. Boleh gak ya sella izin aja?" fikirnya.

"Boleh kali ya. Nanti pagi-pagi sella bilang sama ayah buat izinin sella."

Sella menatap sekeliling kamarnya. Terlihat berantakan. Sella melihat dirinya, dia masih memakai pakaian sekolahnya.

"Sella pengen ganti baju, tapi badan sella sakit semua." keluhnya.

Sella sekuat tenaga duduk dikasurnya. Akhirnya dia berhasil duduk dikasurnya.

"Sella harus bisa gak boleh nyerah. sesakit apa pun badan sella, sella pasti bisa melawan rasa sakit ini."

Sella mencoba berdiri dengan sekuat kemampuannya. tangannya saja sulit untuk digerakan apalagi kakinya.

Saat mencoba berdiri sella jatuh tersungkur dilantai kamarnya. Sella meringis kesakitan, kini badannya sakit semua.

"Coba bunda disini, pasti bunda udah bantuin sella berdiri dan gak akan biarin sella disakitin orang lain."

Sella tak tahan lagi menahan air mata. Sella menangis, air matanya deras mengalir melewati pipinya.

"Bunda, sella sakit." isak sella.

"Bunda tolong obatin sella, Sella mohon bunda." sella terus menangis sambil terisak.

"Disini ada orang yang sakitin sella bahkan ayah juga sakitin sella."

"Bunda ajak sella kesana juga. Sella mau sama bunda disana. Bahagia bareng sama bunda." air mata sella masih deras mengalir.

"Kalo disana pasti sella gak disakitin kaya gini. Bunda ada disamping sella nemenin sella. Gak akan biarin sella kesakitan. iyakan?" sella terisak-isak.

Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Kilat dan petir menyambar membuat langit menjadi terang saat menyambar.

"BUNDA, SELLA PENGEN IKUT BUNDA DI ALAM SANA." teriak sella dan makin menangis.

COFFEE LATTE (Revisi Ulang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang