Part 16

11.6K 1.6K 384
                                    

Ini adalah foto yg menginspirasi saya utk chapter 15 🤧Mau makasih sama Mark 😭Tolong jgn salfok ke Dedek Jisung 🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini adalah foto yg menginspirasi saya utk chapter 15 🤧
Mau makasih sama Mark 😭
Tolong jgn salfok ke Dedek Jisung 🤣


-

-


Donghae menatap lurus layar monitor dalam ruangannya. Ia terdiam hingga beberapa waktu sebelum menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi.

"Maafkan Ayah Jeno..." Donghae menghembuskan nafas.

Donghae bukan tidak mengetahui apa-apa. Ia jelas mengetahui anak-anaknya dengan sangat baik. Namun ia tidak bisa kembali. Ia sangat berharap jika Jeno segera menyadari perasaannya sebelum semua terlambat.

Donghae meraih Handphone miliknya yang terletak di atas meja. Mencari kontak yang sudah tidak asing dan menghubunginya.

"Kau sudah bersiap?"

"Baiklah. Tahan Baekhyun disana selama kau bisa. Aku akan segera menemuimu."

Donghae menatap kembali layar monitor di depannya. Genggaman tangannya menguat seiring dengan emosinya yang semakin naik.

"Jeno memang tidak pantas bersamanya...."

-

-

Mark kembali menemui Jeno. Kali ini mereka bertemu di sebuah caffe yang memiliki ruangan private. Mark jelas tidak ingin orang-orang melihatnya sering pergi ke perusahaan Jeno, itu bisa menimbulkan kabar yang tidak baik.

"Apa Ayah sudah memberitahumu?" Tanya Mark.

Jeno mengangguk.

"Apa keputusanmu?"

Jeno mengangkat bahu. Ia cukup terkejut dan sempat melampiaskan emosinya pada Jaemin.

"Kau harus mengambil keputusan. Ayah tidak ingin terjadi sesuatu pada Jaemin."

"Hyung... jika kau berada si posisiku. Apa yang akan Hyung lakukan?"

Mark terdiam namun tatapan matanya tidak berpaling dari Jeno.

"Aku memilih Jaemin.. kau tahu mengapa aku lebih memilihnya." Mark berkata.

Jeno menarik sudut bibirnya.

"Karena Hyung begitu mencintainya." Jeno menjawab.

"Jeno, Jaeri tidak seperti yang kau lihat. Bukalah matamu lebar-lebar!"

"Kau terus mengatakan itu berulang kali Hyung, namun kau tidak menjelaskan mengapa aku harus melakukannya." Jeno berkata jengah.

Tidak satu kali Mark terus mengatakan hal itu, bahkan saat Jeno dan Jaeri menempuh pendidikan di kota yang sama Mark terus memperingatinya.

Mark menatap Jeno penuh keraguan. Ia ingin berkata namun Mark terikat janji dengan Ayahnya.

"Bagaimana jika aku mengatakan padamu satu rahasia tentang Jaemin dan Jaeri. Apa kau akan merubah pandanganmu?" Mark berucap. "Kau mencintai Jaemin. Apa kau tidak menyadarinya? Aku bahkan bisa melihatnya dari kedua bola matamu saat kau memandangnya."

No Longer [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang