Part 18

11.6K 1.7K 322
                                    

Jaeri Hattersnya banyak ya 🤧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaeri Hattersnya banyak ya 🤧

-

-

"Apa benar kau putri Chanyeol?"

Ketika itu Jaeri tengah duduk sendirian di depan pos penjagaan di sekolah dasarnya, ia tengah menunggu sang adik yang sedang mengambil tempat bekal makan siangnya yang tertinggal. Jaemin selalu melupakan barang itu, sampai-sampai Jaeri merasa itu adalah hal yang biasa terjadi.

Jaeri memang sedang menunggu jemputan sopir pribadi dari Ayahnya disana.

Seorang laki-laki tiba-tiba datang menghampirinya dan menanyakan apakah ia adalah putri dari Na Chanyeol.

Karena Jaeri tidak mengerti apa yang terjadi ia hanya menganggukkan kepala. Jaeri memang Putri Chanyeol. Ia tidak mungkin salah mengingat nama sang Ayah.

Laki-laki itu menatapnya lekat. Genggaman tangannya pada tali tas punggungnya menguat seiring dengan rasa takut yang kini menghampirinya.

"Kau adalah putriku. Kau bukan bagian dari mereka-" laki-laki itu menunduk. Mensejajarkan tubuhnya sesuai dengan tinggi Jaeri. Jemarinya mengelus surai hitam Jaeri yang terurai indah.

"Ayah akan menjemputmu..."

Kedua tangannya menangkup dua telapak tangan kecil Jaeri. Membawanya dalam genggaman dan menciumnya berkali-kali.

"Tunggulah... Ayah berjanji akan menjemputmu...."

Laki-laki itu pergi meninggalkan Jaeri dengan berbagai pertanyaan di dalam otak kecilnya.

Jaeri kecil tidak mengerti, namun lambat laun ia mulai memahaminya.

Disaat Chanyeol memperlakukan mereka secara berbeda. Jaeri menyadari.

Jaeri mengerti. Dirinya hanya di jadikan boneka oleh seorang yang ia anggap Ayah.

-

"Nana... ku mohon. Tolonglah aku...." Jaeri menggenggam kuat lengan Jaemin. Memohon pertolongan pada saudaranya itu agar ia selamat dari amukan Ayahnya.

"A-aku takut Jaeri.... kau tahu bagaimana jika Ayah marah." Jaemin menatap takut pada pintu kayu di depannya. Di balik pintu itu Jaemin tidak tau apa yang terjadi, namun firasatnya mengatakan jika semua tidak baik-baik saja.

"Kau akan membiarkanku di hukum?" Jaeri mencengkram lengan Jaemin sangat kuat. "Mengapa kau tidak sekalian membunuhku saja!"

Jaeri jatuh bersimpuh, tangisnya pecah sangat memilukan, Jaemin menatapnya iba. Ia juga merasakan sesak. Jaemin tidak pernah sanggup melihat Jaeri menangis, hatinya selalu merasa resah tidak tenang.

"Jangan menangis. Aku akan melakukannya, jangan menangis lagi...." Jaemin berkata sambil membawa Jaeri kedalam pelukannya.

Bukankah tugas seorang anak lelaki adalah untuk melindungi saudara perempuannya?

No Longer [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang