Ini adalah situasi terburuk. Rasanya ingin lari keluar saja dari kantor pengap ini. Sesak. Seakan-akan semua ventilasi disini tidak bekerja. Jantungnya berdetak kencang, dan punggungnya basah, berkeringat dingin di ruangan yang penuh pendingin.
"Tidak ku sangka," pria itu berputar di kursinya. "Kamu keluar dari sini karena mengeluarkan informasi, sekarang kamu masuk sebagai pembunuh?"
Gigi Eli bergemeretak. Seluruh badannya bergetar. Kakinya berasa ingin segera lari keluar dari tempat ini. Matanya tidak ingin lagi bertemu dengan Hastur. Satu rahasia Hastur dia ungkap, dan itu yang melukai batinnya sampai hari ini. Ancamannya, sampai eksekusinya. Membekas sebagai trauma. Seseorang, siapapun, kumohon keluarkan aku dari tempat ini.
"Jangan khawatir, Hastur," seorang figur tinggi masuk kedalam ruangan. "Niepce hanya tertembak di perut, jadi pelurunya masih bisa kita ambil. Ah, halo Clark."
"Halo, Jack." balas Eli dengan lirih, gemetaran.
Jack, yang sepertinya membaca situasi, berusaha untuk membawa Eli keluar. Dengan persuasi tentunya. "Jangan merasa bersalah, Eli," tepuk Jack di bahunya. "Aku tahu kamu hanya melakukannya untuk pembelaan diri. I got you covered." tiba-tiba Jack menundukkan kepalanya dan berbisik. "Pergi sekarang, berlindunglah di rumahku. Kamu akan menjadi buronan."
Eli mengangguk, dan dia pun segera beranjak dari kursi, berjalan keluar dari ruangan tersebut. Sembari Jack membukakan pintu untuknya. Kini di ruangan itu tinggal Jack dan Hastur.
"Masih begitu ya, Jack? Sekarang mau menjadikan diri umpan, melindungi calon buronan Scotland Yard?" seringai Hastur.
"Aku tahu rasanya jadi buronan," Jack mengangkat bahu. "Karena itu aku akan melindungi seorang buronan pula. Terlebih ketika aku sendiri tahu, dia tidak bersalah."
***
Eli tidak tahu harus merasa senang atau malu karena perlakuan Jack padanya. Begitu Jack keluar dari kantor, rasanya ingin langsung sujud sembah saja. Eli tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Ruangan terkutuk itu hanya ingin membuatnya muntah. Membawa kembali ingatan buruk, dan betapa rendahnya standar keadilan di Inggris.
-"Mari, aku antarkan ke rumahku," Jack keluar dari kantor Hastur dan mengulurkan tangannya pada Eli.
"Bisakah kita ke rumahku dulu? Ada beberapa hal yang ingin ku ambil."
"Tentu saja,"
Dari semua ekspektasi Eli, ini bukan salah satunya. Jack mengantarkan dia ke rumah dengan mobil. Begitu pula bagi Jack, dari semua kemungkinan yang ada, dia tidak menyangka kondisi rumah Eli sangat memprihatinkan. Tidak ada ventilasi, hanya sebuah jendela kecil untuk menengok keluar. Sudah gelap dari awal, diikuti dengan lampu yang sudah hendak mati, cahayanya remang-remang. Eli, dengan cepat dan terburu-buru dia mengambil suitcase-nya, yang dia isi dengan satu setel pakaian dan laptop usangnya. Rose pun dia panggil dengan siulannya, dan Eli siap.
Jack makin bersimpati setelah melihat kondisi rumah dan gaya hidup Eli. Hanya karena insiden itu hidup juniornya ini remuk. Menambah alasan bagi Jack untuk memberi Eli perlindungan di rumahnya.
Rumah Jack tidak jauh dari kantor Scotland Yard di tempat mereka bekerja, alias Camden, tapi ini akan agak jauh dari Soho dimana Eli tinggal. "Sejak kapan kamu tinggal di Soho? Kamu terlibat dalam bisnis begitu?" tanya Jack.
"Ah, tidak," jawab Eli dengan lirih. "Biaya sewa rumah disitu murah, untuk tempat yang strategis."
"Strategis untuk apa?"
"Mencari klien. Aku sekarang jadi detektif privat, mengurusi masalah... orang-orang tidak jelas."
"Namun sepertinya klienmu sekarang lumayan berkelas,"
KAMU SEDANG MEMBACA
(identity v) inclusion
FanfictionHidup sendiri, soliter. Eli Clark sudah menjalani itu setelah hidupnya hancur, 2 tahun yang lalu. Sampai seorang teman lama menghampiri, dan memberikan kasus baru bagi Eli, sang detektif privat yang menyendiri itu. AU berdasarkan deduction star ski...