Setelah hampir seminggu Seokjin dan bayinya dirawat di rumah sakit, akhirnya mereka hari ini diperbolehkan pulang. Ke apart Namjoon, tentu saja. Saat ini mereka berdua sedang melakukan aktivitasnya sendiri-sendiri. Namjoon menyetir sambil bersenandung kecil bernyanyi mengikuti lagu di radio, sementara Seokjin menggendong bayi kecilnya itu seraya mengelus-elus pipi tembem sang bayi. Hingga tak lama kemudian, si bayi kecil mulai menangis memecah keheningan diantara Seokjin dan Namjoon.
Namjoon yang mendengar tangisan bayinya itu menoleh sebentar, "Jinnie, apakah bayinya lapar? Kenapa dia menangis?"
"Iya, dia lapar Joon-ah."
Sebenarnya, Seokjin ingin sekali menyusui bayinya itu. Tapi, ia ingat masih ada Namjoon. Jadi ia hanya berusaha menenangkan bayi kecilnya dengan mengelus-elus rambut tipis bayinya itu. Namun, yang namanya lapar tetaplah lapar. Namjoon yang merasa kasihan dengan bayinya pun ikut campur seakan-akan dia bisa membaca pikiran Seokjin.
"Jinnie, kenapa kau tidak kasih makan saja bayinya. Tidak usah malu, aku juga sudah pernah melihatnya."
Seokjin yang mendapat jawaban seperti itu langsung kikuk dan wajahnya memerah. Segera saja ia membuka setengah kancing bajunya dan membenarkan posisi bayinya agar nyaman saat menyusu nanti. Setelah itu, ia mengarahkan mulut kecil si bayi ke putingnya agar menyusu. Dan kim junior pun segera menyesap susu dengan rakusnya.
"Makan yg banyak nde baby, biar cepat besar." Monolog Seokjin kepada banyinya seolah-olah bayi kecilnya sudah paham apa yang barusan ia katakan.
Tanpa Seokjin ketahui, sepasang mata milik Namjoon sedaritadi memperhatikan gerak-gerik Seokjin - lebih tepatnya saat ia mulai membuka kancing bajunya - sehingga menampakkan dada berisi milik Seokjin yang membuat Namjoon ingin mencicipinya juga.
"Oh sh*t, dada yang sexy dan berisi itu....sangat menggoda. Andai saja dia memilikinya sejak dulu...." Batin Namjoon saat melihat dada berisi milik kekasihnya itu. Dengan segera, ia menyadarkan lamunannya dan memperhatikan jalan lagi menuju apartemen.
~ 🐑💜🐨 ~
"Jinnie, bangun, kita sudah sampai di apartemen." Kata Namjoon seraya mengguncang pelan bahu Seokjin yang tertidur selama perjalanan tadi. Seokjin yang merasa terganggu pun terbangun dan segera turun dari mobil dengan sedikit terhuyung karena keseimbangannya setelah tidur belum baik. Namjoon dengan cekatan memegangi tubuh ramping Seokjin agar tidak terjatuh, secara Seokjin masih menggendong si kecil.
Secara tidak sengaja, manik matanya lagi-lagi menangkap pemandangan indah dada Seokjin yang terekspos karena Seokjin lupa membetulkan kancing bajunya.
"Mm...Jinnie?"
Seokjin yang sedari tadi masih setengah sadar seketika bangun sepenuhnya ketika Namjoon memanggilnya. "Eoh wae Joon-ah?"
Tiba-tiba saja Namjoon mendekat ke tubuh Seokjin dan mengancingkan baju bagian atasnya. Sontak kegiatan Namjoon tersebut membuat Seokjin sedikit terkejut.
"Lain kali, kalau mau turun dari mobil rapikan bajumu dulu Jinnie."
Seokjin baru ingat kalau dirinya tadi ketiduran saat menyusui bayinya dan lupa belum mengancingkan bajunya lagi sebelum turun mobil. Sontak ingatan itu membuat muka Seokjin blushing.
Tiba-tiba saja baby Kim terbangun dan menangis. Padahal baru saja ibunya itu memberinya susu. Langsung saja Seokjin masuk ke apart untuk menyusui bayi kecilnya.
Namjoon hanya bisa menggeleng heran melihat tingkah calon istrinya itu, yang seringkali membuatnya gemas. Iapun segera mengambil tas berisi peralatan bayi selama di rumah sakit lalu mengeluarkan smartphonenya dan menelpon seseorang.
"Tae, bisakah kau antarkan sekarang? "
"........"
"Iya, sama di alamat yang sebelumnya."
"......."
"Ne, kamsha."
Sesaat setelah Namjoon menutup telponnya, ia segera masuk ke rumah untuk bercengkrama dengan calon istri dan anaknya.
Di kamar
Seokjin masih setia menyusui anak pertamanya itu sambil mengelus-elus pelan rambut tipisnya - masih takut-takut dengan tulang ubun-ubun yang masih rentan terhadap tekanan. Tak lama kemudian sang ayah ikut menyusul ke kamar dan langsung tiduran di belakang Seokjin sambil memeluk pinggangnya dari belakang. Seokjin yang merasa tiba-tiba dipeluk tersentak pelan karena kaget.
"Aish, kau mengagetiku saja. Tiba-tiba sudah ada di belakangku."
Sementara Namjoon hanya menampilkan senyum dimple nya itu. "Hehe, kan aku juga mau liat babynya. Oiya Jinnie, barang-barangmu di apart yg sebelumya kau tempati akan segera diantar oleh sepupuku."
"Oh, begitukah? Sepertinya aku harus berterimakasih kepada sepupumu itu."
"Tidak usah terlalu sopan kepadanya. Dia bukan tipe orang yang seperti itu. Oiya Jinnie, apakah kau sudah memikirkan nama untuk anak kita?"
"Eum....tidak juga, belum. Aku masih cari-cari nama yang lucu dan gampang diingat."
Namjoon berpikir sejenak, "bagaimana kalau 'Kim Jimin'? Kan dia waktu lahir kecil banget karena prematur. Trus dia punya pipi tembem dan jari-jarinya kecil juga."
"Wah, namanya lucu, cocok banget sama dia, dan aku akan memanggilnya Minnie. Minnie...~" Seokjin nampak senang dengan nama baru bayinya itu. Dia terus saja memanggil-manggil bayi kecilnya itu yang belum paham dengan namanya sendiri.
~ 🐑💜🐨 ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim' Family
FanfictionSebuah cerita tentang bayangan ketika Namjoon dan Seokjin mengikat janji sehidup semati dan memulai bahtera rumah tangga bersama. Berdasarkan pengalaman Roleplayer author pribadi. Harap dimaklumi jika ada typo atau keambiguan kata².