Minju menyeka keringatnya, dia bergegas menuju dapur. Melakukan apapun yang bisa dia lakukan, sejak tadi dia telah melakukan semua pekerjaan dengan baik.
Mencuci piring, memasak mie, mengantarkan pesanan-pesanan, membersihkan meja-meja di kedai dan juga mengepel lantai. Semua dia lakukan.
"Kau sudah bisa pulang, Minju-ya."
Minju tersenyum pada seorang pria yang berdiri di hadapannya, "Aku harus mencuci piring sebelum aku pergi, Paman."
Paman Lee, seorang pria baik hati yang memberikan pekerjaan pada Minju dan sudah menganggap gadis itu seperti anak sendiri, tidak ada pekerja lain selain Minju di sana.
Minju sudah mengenal Paman Lee sejak 3 tahun terakhir ini, Paman Lee sudah seperti rumah kedua baginya.
"Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu, kau mau makan di sini atau makan di rumah?" tanya Paman Lee.
"Aku akan makan di rumah, paman." ucap Minju.
"Ah baiklah kalau begitu, kau tunggu sebentar ya?" ucap Paman Lee kemudian berjalan meninggalkan Minju.
Tak lama kemudian, Pria berusia setengah abad itu menyodorkan paper bag kecil yang isinya dua porsi mie dalam styrofom.
"Terima kasih, paman."
"Langsung pulang ya, jangan kemana-mana!"
Minju menganggukkan kepalanya kemudian dia segera berjalan keluar melalui pintu belakang setelah mengambil satu kantong besar sampah di sudut ruangan.
Minju berjalan menuju halte yang berada tak jauh dari kedai tempatnya bekerja, dia mendudukkan dirinya di bangku halte dan tak lama bus datang, dia segera berdiri untuk naik.
Minju duduk di kursi penumpang, tepat di samping seorang pria berhoodie hitam. Pemuda itu tersentak saat menyadari kehadiran gadis itu, dia melepas tudung hoodienya.
"Minju?"
Gadis Kim itu menoleh dengan cepat ke samping dan terkejut mendapati sosok pemuda tak asing kini menatapnya dengan heran.
"Kau?"
Pemuda itu mengamati penampilan Minju dari atas hingga ujung kaki, begitu seterusnya. "Kau darimana?" Minju terdiam, mencoba untuk berpikir sejenak.
"Bukannya kau bilang kalau kau tidak boleh keluar malam? Sekarang kenapa kau berada di sini? Kau tau kan ini sudah pukul delapan."
"Itu tadi, aku membeli makan malam untuk adikku." ucap Minju cepat.
Tak lama bus berhenti, gadis Kim itu segera beranjak dari duduknya namun pemuda itu menarik lengannya membuatnya harus berhenti.
"Kau tidak sedang membohongiku kan?"
"Kau ini kenapa sih? Lepaskan!" ketus Minju sembari menarik-narik tangannya.
"Kau darimana, Minju-ya?"
"Jaemin-ya! Lepaskan!"
Pemuda itu melepaskan cengkramannya setelah mendapat bentakkan dari gadis Kim itu, "Urusi saja urusanmu, jangan mencampuri urusanku!"
©WHEN WE 18©
"Aku pulang."
Minju terlihat sedikit letih, melepas sepatu dan berjalan masuk tanpa melihat adanya dua bocah yang sudah menunggunya.
"Ayo makan bersama, kak." ucap bocah yang lebih besar menginstruksi Minju untuk duduk di sana. Gadis itu mendekat, mengambil tempat.
"Dimana ibu?" tanya Minju pada Jihyun, bocah yang kini duduk di bangku SMP.
KAMU SEDANG MEMBACA
When We 18
AcakPersahabatan adalah hal yang indah. Menjadi salah satu tujuan bagi mereka yang ingin menjalin sebuah hubungan dengan orang lain. Dunia akan menjadi lebih indah jika kisah persahabatan yang mereka jalani berlanjut hingga tahap dimana mereka berada p...