every song is about you

95 6 1
                                    

Gee benar, Mikey tidak menunggu Stacy seperti yang ia perkirakan. Setelah merasa bosan karena semua game yang ia mainkan berakhir dengan game over dan tak ada seorangpun ada di ruangan, Mikey akhirnya meninggalkan sofa dan pergi. Ia tak tau kemana ia berjalan tapi sayup suara Gerard terdengar di kejauhan, membuatnya merasa aman karena ia tak mungkin pergi terlalu jauh. Lagi pula, kakaknya selalu bisa menemukannya.

Setidaknya, ia memakai kalung ID yang diberikan kakaknya, orang-orang yang lewat hanya meliriknya. Kaki pendeknya bergerak lambat, menghampiri area tengah dimana banyak orang bergerak cepat, beberapa bekerja di balik sebuah meja dengan banyak tombol. Di sisi samping panggung kerumunan kecil berkumpul. Mikey mendekat dan menyadari semua orang terlihat sangat tinggi dari tempatnya berdiri.

Hingga ketika orang ini, yang entah rasanya terlihat dan terdengar familiar berteriak saat melihatnya mematung dengan raut kesal karena tak berhasil menyelinap ke barisan depan. "Astaga Patrick, apa itu?!?!"

Mikey mengingatnya samar, seperti mengingat suara nyanyian ibunya saat sedang memasak, atau tawa aneh Gee yang membuatnya ikut tersenyum, Mikey menoleh kearah suara dan menemukan orang lain yang bahkan tak ia kenal.

Peraturan nomor satu tentang orang asing adalah tidak berbicara pada mereka, ibunya mengingatkkannya setelah suatu saat menyadari jika Mikey punya bakat untuk mengilang dalam sekali tengok.

"itu anak kecil, Pete." Ucap satunya sambil melepas topi, mengusap keringat di dahi. "Sepertinya dia kesusahan."

"no shit Pat." ucap yang satunya. Mikey mengenali garis hitam tergambar di bawah mata orang itu, sesuatu yang kakaknya biasa buat sebelum keluar dari bis.

Dari balik kerumunan suara gemuruh musik terdengar lebih keras, orang-orang ikut bernyanyi. Mikey sekali lagi mencoba memecah kerumunan, namun tak berhasil saat seseorang mendorongnya kebelakang untuk kedua kalinya.

"Yeah, aku tau itu anak kecil." Orang asing dengan garis hitam dibawah matanya kepada satunya, "aku ingin onesie yang ia pakai. Menurutmu mereka membuat onesie unicorn dalam ukuranku?"

"kenapa kau selalu punya ide aneh tentang fashion, Pete." Pat memicingkan mata lalu beralih kearah Mikey. "apa kau butuh bantuan?"

Mikey tak menjawab, menimbang-nimbang untuk tetap di tempat atau pergi.

"Its okay, Patrik orang yang baik." Salah satu dari mereka berjongkok di depannya. Mikey memperhatikan seyum lebar Pete, lalu ke sepasang mata hazel, lebih gelap daripada milik Gee, kepala kecilnya berdenyut gatal. Jemari pendeknya mengepal, ia berusaha mengingat sesuatu. "kau bisa memanggilku Pete, apa yang lakukan disini sendirian, buddy?"

"Pete?" ucap Mikey, terasa aneh di lidahnya.

Pete mengangguk, menunggu kalimat selanjutnya. "Yeah, siapa namamu?"

"Hey lihat apa yang dia pakai-" Patrick kembali memakai topinya, menggapai pundak Pete dengan gerakan protektif saat melihat apa yang Mike pakai.

"Kita tak seharusnya disini." Tambahnya, nada suaranya berubah khawatir.

"MCR Crew?" Pete membaca ID card yang terkalung di lehernya. "aneh, kau terlihat seperti seseorang yang kukenal."

"Pete, kita harus pergi. Gerard tak ingin kau disini-"

Pete meliriknya sekali lagi sebelum berdiri dan menghadap Patrick. "bukankah dia agak terlihat seperti Mikey, Pat?"

"Dia bukan Mike. Aku tau kau merasa bersalah, kau melihatnya di manapun. Please, don't go this way."

"aku tau, tapi aku bisa mengenali wajahnya dari manapun!" Pete mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, menghela nafas panjang. "Tolong katakan padaku aku tidak gila?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

fix me [mcr fic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang