Chapter 3. Wendy and Chen Ji Old Stories

643 93 6
                                    

Kepulan asap rokok keluar bersamaan hembusan nafas pelan seorang remaja laki-laki yang tengah duduk di rooftop tempat Wendy bekerja. Beberapa kali, remaja laki-laki itu mengisap batangan rokok yang terjepit diantara sela jari telunjuk dan jari tengahnya itu, lalu menghembuskan kepulan asap berwarna putih abu itu ke udara.

Kegiatan itu dilakukannya berulang sebelum fokusnya teralihkan dengan suara ketukan sepatu pada lantai berbunyi, tanda seseorang mendekat.

Remaja itu menoleh ke arah kiri, tepat pada jalan utama menuju rooftop yang ia tempati. Dari sana ia mendapati sosok yang ia tunggu-tunggu. Sosok Dokter Na Wendy.

"Hai, dokter Na." Sapanya seraya hendak kembali mengisap rokok batangannya.

Namun, pergerakannya terhenti ketika Wendy dengan cepat merebut batangan rokok itu, membuangnya ke lantai lalu menginjaknya. Remaja laki-laki itu hendak protes tapi urung ia lakukan ketika mendapati air muka Wendy yang nampak gusar.

"Kenapa kau kesini? Bukankah ini masih jam sekolah, Li Chen Ji!"

Remaja laki-laki yang di panggil Chen Ji itu hanya mengendikan bahunya, "Hanya bosan,"

"Li Chen Ji..."

Chen Ji paham, jika Wendy menyebut namanya secara penuh menandakan bahwa perempuan itu nampak gusar. Dan artinya, Chen Ji tak diizinkan untuk melawan dan mengelak.

"Sekali ini saja, kumohon. Aku lelah jie (kakak perempuan)..." Jawab Chen Ji dengan nada lirih.

Wendy hanya menghela nafas. Ia mulai paham, jika situasi Chen Ji sedang tidak baik.

"Kau ingin menceritakan sesuatu pada Jie... Chen Ji-aa?"

Chen Ji menggeleng pelan seraya menundukan kepalanya. Remaja laki-laki ini masih enggan untuk menceritakan bebannya pada Wendy.

"Baiklah, jika kau masih enggan menceritakannya pada Jie. Jika kau sudah tenang, maka kau harus menceritakannya,oke?" ujar Wendy.

"Yayaya, baiklah. Nanti aku akan menceritakannya pada jiejie. Tapi sekarang aku lapar, dan Jie harus traktir." Kata Chen Ji.

"Hmm..." Wendy berdeham, mengiyakan.

Chen Ji tersenyum senang disana, "Aku yang pilih tempat."

***

Wendy dan Chen Ji kini telah sampai di depan Kafe bernuansa biru langit dengan beberapa dekorasi tanaman daun rambat dan juga kaktus mini yang menghiasi etalase kafe.

Chen Ji yang berjalan terlebih dahulu memasuki area kafe, memandu perjalanan. Sedangkan Wendy hanya mengekor sambil mengedarkan pandangannya pada dekorasi yang tertata rapi dan indah menghiasi.

"Jie yang pesan. Aku akan mengambil tempat,"

Seperti biasa, Chen Ji selalu bertingkah seenaknya. Dan Wendy hanya mengalah dengan tingkahnya.

Kini, remaja laki-laki itu meninggalkan Wendy di area pemesanan menu, menuju meja yang berada di sudut kafe.

"Selamat datang di Caffe Universe, ada yang bisa saya bantu? Ingin pesan a...pa."

Wendy yang tadinya sibuk memfokuskan matanya pada papan menun yang terpajang di atas meja konter pemesanan itu, mengalihkan pandangannya pada pramusaji disana.

"Wendy..."

Wendy yang disebut namanya, hanya mengangguk pelan seraya kembali membaca papan menu.

"Aku pesan dua potong Red Velvet Cake dengan satu cup Americano dingin ukuran venti dan Satu cup Strawberry Frapucinno dingin dengan ukuran sama," ujar Wendy tanpa memandang si pramusaji, Nam Yeol.

ECCEDENTESIAST • WENYEOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang