Chapter 9. The Feral Ego has come

438 71 8
                                    

"Apa kau menyesal, Li Chen Ji?"

Chen Ji menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan yang Wendy lontarkan padanya, "Sedikit. Tapi, aku rasa memilihmu sebagai sandaran hidupku jauh lebih tepat dibandingkan hidup di rumah besar bak neraka itu. jujur saja, aku tidak terlalu cocok dengan kehidupan sempurna itu," Chen Ji menoleh menatap Wendy yang menatap lurus ke arah sungai Hangang.

Dari posisinya, Chen Ji dapat melihat sekilas senyum muncul di wajah Wendy.

"Kesempurnaan keluargaku dan aku bagaikan air dan minyak, tak akan bisa bersatu meski bisa berdampingan. Sedangkan denganmu, aku merasa hubungan kita seperti air dan gula. Dimana kau perlahan bisa larut dalam aku dan mulai menyatu," tambah Chen Ji sembari melemparkan pandangannya kembali ke Sungai Hangang.

"Perumpamaan yang bagus, Li Chen Ji. Tidak kusangka kau banyak berkembang, kau sudah cukup pintar menggunakan IQ 162 milikmu itu," kata Wendy tanpa menoleh.

Chen Ji tertawa kecil disana, "Aku merasa seperti mendapatkan pujian sekaligus hinaan darimu, Jie."

Wendy mengendikan bahunya sambil tersenyum simpul.

"oh ya, jie. Terima kasih atas bantuanmu hari ini. Aku takkan melupakan jasamu ini." Tutur Chen Ji.

Wendy menoleh, "Itu sudah tugasku, melindungimu."

"Jika tugasmu melindungiku, lalu siapa yang akan melindungimu, jie?"

Wendy menghela nafas pelan, "Diriku dan juga mereka, kurasa." Perempuan itu kembali melemparkan pandangannya pada sungai Hangang.

"Kalau begitu, aku akan menjadi salah satu dari mereka itu. Jadi, biarkan aku melindungimu sama seperti kau dan mereka yang melindungi dirimu, Jie." Ujar Chen Ji.

"Hmm,"

Chen Ji tersenyum puas. Setidaknya ia sudah mendapatkan satu kepercayaan dari Wendy. mengenai lainnya, bisa diurus nanti. Sekarang Chen Ji punya tujuan lain dalam kehidupan datarnya yakni melindungi sosok perempuan yang jauh lebih tua darinya itu.

"Eum, perihal kejadian siang tadi? Apa tidak masalah? Maksudku, kau tahukan jika nanti bisa saja – dia," Chen Ji menggantungkan ucapannya ketika Wendy menoleh padanya dengan ekspresi tak terbaca.

"Aku pikir itu jauh lebih baik dilakukan. Demi melindungi mereka dari kehancuran yang nanti mungkin akan kuperbuat," jawab Wendy.

Chen Ji mengatup bibirnya, mulai paham.

"Ah, sebaiknya kita pulang sekarang. Kurasa tubuh ini perlu istirahat," ujar Wendy.

Chen Ji mengangguk, "Ya."

Keduanya pun beranjak dari sungai Hangang untuk kembali ke kediaman Wendy.

*****

Seperti biasanya, Jeno duduk di sofa dekat jendela kamarnya sembari memandang ke arah gelapnya langit malam. Remaja belasan tahun akhir itu tengah merenung. Mengingat kejadian yang terjadi pada siang tadi, disaat ia bertatap langsung dengan perempuan yang begitu mirip dengan kakaknya, Wendy.

Jeno mengingat dengan benar bagaimana tatapan perempuan itu padanya, tatapan yang berbeda dari milik Wendy ketika terakhir kali Jeno melihatnya. Tak ada tatapan teduh dan senyum khas milik kakak perempuannya pada perempuan yang ia temui itu, melainkan tatapan tajam mengintimidasi serta air muka datar kala perempuan itu menatap Jeno.

Bukan hanya itu, Jeno mengingat dengan jelas bagaimana perempuan itu menyentak genggaman tangan Jeno pada pergelangan tangannya. Perlakuan itu—tidak pernah dilakukan Wendy padanya ketika mereka masih hidup di satu atap yang sama. Sebab, Wendy akan selalu mengelus surai rambut Jeno dan memeluknya penuh sayang layaknya kakak-adik sesungguhnya ketika dihadapkan dengan Jeno. Mengingat itu, hati Jeno meringis menahan rindu tak berkesudahan.

ECCEDENTESIAST • WENYEOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang