Chapter 10. Chess Pawn

487 67 10
                                    

Tubuh Chen Ji bergerak tak karuan ketika Gwen, salah satu alter ego Wendy menghimpitnya ke dinding dengan tangan halus perempuan itu yang memegang dan mencekam leher remaja belasan tahun itu. Dengan nafas yang tersendat dan kekuatan yang semakin melemah, Chen Ji berusaha melakukan sesuatu sebagai pertahanan diri. Remaja lelaki itu menggenggam tangan Wendy yang semakin mencekiknya kuat. Baik memukul tangan itu, mencengkram atau berbagai hal lain yang bisa dilakukan Chen Ji untuk memperlemah cekikan pada lehernya. Namun, usahanya sia-sia. Kekuatan diri Gwen lebih kuat dari yang ia kira.

"Sudah kukatakan padamu bukan? Jaga mulutmu itu sebab bisa jadi ucapanmu sendirilah yang menjadi pengantar kematian bagimu," suara dingin khas Gwen berbisik.

Air mata Chen Ji berjatuhan seiringan dengan tubuhnya yang semakin melemah. Seketika, Chen Ji menjadi pasrah dengan kenyataan karena bisa saja ia akan mati ditangan perempuan yang ia percayai dalam hidupnya. Sempat, Chen Ji menyesali keputusannya untuk tinggal bersama dengan Wendy dan segala karakter hidup dalam tubuh perempuan itu. Tapi kembali lagi, Chen Ji ingat bahwa jika bukan karena Wendy mungkin ia sudah mati beberapa tahun yang lalu, tenggelam di dasar sungai tanpa ada yang menyesali kematiannya. Wendy telah menyelamatkannya, maka bukankah ia harus membalasnya. Mendampingi Wendy dengan penyakitnya meski ia harus meregang nyawa. Setidaknya, jika ia mati ditangan Gwen hari masih ada Wendy dan Grace yang akan menangisi kematiannya.

"To-tolong le-paskan a-ku," suara sendat Chen Ji begitu lirih, "Ku-mo-hon."

Sayangnya Gwen menggeleng, tanpa mengindahkan lirihan Chen Ji.

"I wont let you and the others to hurt us anymore," bisik Gwen dengan suara rendah penuh intimidasi. Cengkraman tangan Wendy di leher Chen Ji semakin menguat.

Nafas Chen Ji semakin menipis, detak jantungnya yang berdetak kencang mulai melemah. Hanya ada satu hal yang bisa ia pikirkan sekarang.

"We-wendy ji-jie se-selamat k-an a-ku."

Dan berikutnya cengkraman tangan Wendy di leher Chen Ji terlepas begitu saja bersamaan dengan pekikan suara Wendy yang menggema di seluruh sudut Apartemen.

Tubuh Chen Ji merosot, jatuh terduduk. Chen Ji yang hampir meregang nyawa mengambil nafas cepat, begitu rakus menghirup oksigen sekuat yang ia bisa. Di balik mata sayunya, Chen Ji melihat bagaimana Wendy kehilangan kendali dirinya. Perempuan itu berteriak histeris sambil mencengkram rambutnya kuat-kuat. Berjalan mundur tanpa arah dan menabrak berbagai hal yang di lewatinya.

Dengan kekuatan yang masih tersisa, Chen Ji bangkit dari duduknya lalu melangkah gontai menghampiri Wendy yang sudah terduduk di sudut lain Apartemen dengan kedua kaki yang terlipat di depan dada serta cengkraman kuat pada rambutnya.

"Wendy jie..." gumam Chen Ji memanggil.

"Pergi Chen Ji! Menjauh dariku atau kau akan terluka," pekik Wendy.

Chen Ji mengindahkan perkataan Wendy dan terus melangkah mendekat pada perempuan yang nampak begitu kacau.

"Jie..."

"Pergi Li Chen Ji atau aku akan membunuhmu," Wendy histeris.

Bukan Chen Ji namanya jika mau mendengarkan begitu saja peringatan yang Wendy lontarkan. Remaja lelaki itu mengindahkan ucapan Wendy. Chen Ji berjongkok di hadapan Wendy dan segera membawa perempuan itu ke dalam dekapannya.

"Tidak. Jie tidak akan membunuhku. Aku percaya itu," bisik Chen Ji, meyakinkan bahwa Wendy tidak akan menyakiti Chen Ji. Mencoba menenangkan perempuan itu dari shock yang ia terima.

Wendy Jie memang tidak akan membunuhku tapi Gwen noona yang mungkin akan melakukannya, lanjut Chen Ji dalam hati.

Sedangkan Wendy yang masih tersedu sedan di dalam pelukan Chen Ji, Perlahan mulai menemukan titik tenangnya. Perasaan hangat menjalar melingkupi hatinya yang membeku. Pelukan Chen Ji tak pernah Wendy kira bisa sehangat itu. Sama hangatnya seperti yang pernah ia rasakan sebelum takdir merenggut darinya.

ECCEDENTESIAST • WENYEOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang