24. Persetujuan dan Kegelisahan

141 31 229
                                    

S W E E T
R E V E N G E

-Prequel-

☄☄

“Jadi apa kalian berdua setuju?”

Ravi dan Kesya saling menatap kebingungan. Keduanya sama-sama tak suka dengan maksud pertanyaan itu. Tentu saja, kedua orang tua mereka sudah memiliki rencana untuk menjodohkannya. Ravi duduk di samping Kesya, lalu napasnya terhembus kesabaran untuk menjawabnya.

“Sa—”

“Setuju apa, sih?” Kesya memotongnya cepat, lalu pura-pura tak mengerti di hadapan kedua orang tuanya dan Ravi.

Melihat putrinya yang sangat polos, Nia langsung menekan perkataannya lagi. “Setuju soal kalian berdua. Perjodohan.”

“Beribu-ribu kali mama bilang soal itu, Kesya nggak akan bisa setuju, Ma.” jawab Kesya.

Nia sudah menahan kesabarannya, wanita itu tetap menunjukkan senyuman ramah di depan kedua orang tua Ravi. Sorot mata Kesya jadi serius ketika melihat ibunya sudah melotot padanya. Lalu Nia menyentuh pundak Kesya dengan lembut dan mengatakan, “Sayang, Ravi itu anak baik. Kamu nggak akan menyesal jika menikah dengannya nanti.” tutur Nia.

Kesya malah melipat dua tangan sambil memutar bola matanya. “Kesya juga tau kalo Ravi itu anak baik. Walaupun dia baik, tapi yang namanya cinta nggak bisa paksain.” balas Kesya.

“Kesya!” tegur Nia.

“Cinta akan terjadi setelah pernikahan,” Lagi-lagi kata itu yang diucapkan oleh Meisya. Lalu dengan percaya diri—wanita itu melanjutkan, “Kamu nggak perlu khawatir. Lagipula kamu dan Ravi bisa berdekatan dulu. Jadi setelah kalian lulus sekolah, kita akan memulai acara pertunangannya.”

Ravi yang mendengarnya sangat bosan. Cowok itu hanya diam sambil menyendok makanan di piringnya. Kemudian Kesya melihat ke arah Ravi, sama sekali tidak ada respon setelah ibunya yang mengatakan semua itu. Sementara ayah mereka tetap diam karena kedua pria itu menyetujuinya.

Kesya tidak tinggal diam, cewek itu sontak saja membalasnya, “Maaf, Tante. Aku sama Ravi itu nggak akan pernah saling mencintai. Tante tau kenapa? Ravi memiliki kekasih yang dicintainya dan tante tau siapa dia? Gista Evaniera, dan dia adalah sahabat aku.”

Nia dan Meisya hanya tertawa kecil mendengar penjelasan Kesya. Seolah-olah mereka memang sudah mengetahuinya. Lalu Kesya mengernyit heran mendapati ekspresi lucu dua wanita itu. Memang ada yang lucu, ya? batin Kesya.

“Mama sudah tau Kesya, kamu tidak perlu mengatakannya lagi,” balas Nia.

“Kalau mama sudah tau, kenapa mama masih paksa Kesya buat hal ini? Kesya nggak mungkin menikah sama pacar sahabat Kesya sendiri. Mama ngerti nggak, sih?” ketus Kesya terlanjur ngegas.

Mendengar putrinya bicara begitu, Nia tertegun dan mengerutkan dahinya. “Kesya, ini juga demi kebaikan kamu. Mama dan papa sudah terlanjur menjodohkan kamu sama Ravi, lagian kamu nggak perlu menolaknya!” balas Nia.

Kesya menarik napas dalam-dalam, ia mencoba untuk menetralisir emosi yang mungkin bisa saja meledak kapanpun dia mau. “Kesya menolaknya dan Rav—”

“Saya menyetujuinya.” sela Ravi.

Secepat kilat Kesya langsung menoleh ke arah Ravi. “Apa lo bilang? Lo menyetujui keputusan mereka buat menjodohkan kita berdua?” Kesya berharap cowok itu hanya bercanda, tetapi raut wajahnya sedang tidak bercanda. Sial.

Kemudian Ravi juga menoleh pada Kesya dan membalasnya, “Gue setuju dan lo nggak perlu bersuara tinggi lagi buat menolaknya, Sya.”

Rasanya pertahanan Kesya sudah runtuh ketika mendengar Ravi menyatakan hal itu padanya. Ia benar-benar tidak habis pikir bagaimana bisa Ravi menyetujuinya? Setega itukah Ravi akan mengkhianati kepercayaan Gista? Tanpa berpikir panjang, Kesya langsung bangkit dari duduknya dan meninggalkan makan malam yang masih berlangsung.

Prequel Sweet Revenge: High School SweetheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang