Let Me Explain It

3.1K 166 25
                                    

Malam itu Alana tidak bisa tidur, otaknya sibuk memikirkan tempat seperti apa yang akan mereka kunjungi esok hari. Makhluk seperti apa sebenarnya mereka dan prosesi apa yang harus mereka jalani untuk mengembalikan mereka menjadi manusia normal, serta keterikatan yang ternyata telah ia dan Azarya miliki sejak awal. Alasan mengapa ia dan pria itu sama-sama tidak bisa mengendalikan diri satu sama lain. Dan kemungkinan dirinya untuk dapat bertemu dengan kedua orang tua kandungnya yang tidak pernah ia kenal sejak ia lahir.

Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada kedua orang tuanya, pada Anna dan Alfian. Tapi alih-alih menganggu kedua orang tuanya, Alana justru melangkah menuju kamar lainnya. Kamar yang kini tengah di tempati Azarya. Kamar itu berada tepat di sebelah kamarnya. Ragu-ragu Alana mengetuk pintu kamar pria itu dan mendengar suara Azarya, mengizinkan siapapun yang berada di luar untuk dapat masuk ke kamarnya.

Alana mendapati Azarya tengah berbaring di ranjang yang dilapisi sprai berwarna putih. Ranjang yang biasanya kosong dan memang diperuntukkan bagi siapapun yang hendak bertamu ke rumah mereka. Biasanya kamar itu memang kosong, atau terkadang diisi oleh kerabat Anna maupun Alfian yang sesekali berkunjung. Namun kamar itu lebih sering kosong dan kali ini Alana mendapati sosok pria yang memukau tengah berbaring santai di ranjang yang biasanya kosong itu. Pria itu berbaring telentang, menatap ponselnya yang ia angkat sedikit lebih tinggi dari wajahnya. Alana tidak bergeming menyaksikan pria itu yang seolah tidak menyadari kehadirannya dan menunggu sampai Azarya memintanya untuk mendekat. Alasannya, tentu saja karena ia masih marah pada pria itu. Pria yang melamarnya, namun masih mencintai wanita yang sudah menjadi istri pria lain.

"Kenapa tidak masuk?" tanya Azarya tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan dari layar ponselnya. Sengaja, ingin membuat gadis itu seolah merasa diabaikan.

"Aku hanya ingin bicara sebentar." Alana gugup. Ini kali pertama mereka berbicara di dalam kamar, berdua, di jam yang cukup larut dan pria itu sedang mengabaikannya. "Azarya, aku ingin bicara!" Azarya tersenyum miring, senang karena gadis itu baru saja meminta perhatian darinya.

 "Azarya, aku ingin bicara!" Azarya tersenyum miring, senang karena gadis itu baru saja meminta perhatian darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski tangan Azarya masih menggenggam ponselnya, namun tatapan pria itu tidak lagi pada fokus yang sama. Wajahnya beralih menatap gadis yang kini masih berdiri di ambang pintu kamarnya, namun pria itu masih bisa melihat dengan jelas bagaimana inginnya gadis itu melangkah masuk dan mengajukan banyak sekali pertanyaan padanya. Azarya tahu saat-saat seperti ini pasti akan terjadi. Saat dimana ia harus menjelaskan sebagian kecil rahasia yang ia ketahui tentang kehidupannya pada gadis itu. "Kemarilah, kau berdiri terlalu jauh." Azarya beringsut dari posisi sebelumnya dan bersandar pada kepala ranjang.

"Kau tidak akan melakukan apa-apa padaku kan? Terakhir kali kita sendirian, kau_"

"Aku janji." Azarya menepuk-nepuk ranjang disisinya tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari Alana. Gadis itu perlahan mendekat, dan pada akhirnya memilih duduk di ranjang yang sama dengan pria itu. Alana masih gugup, tidak mampu menampik betapa tatapan pria itu seolah tengah menelanjanginya. "Apa yang ingin kau ketahui?" tanya Azarya tanpa basa-basi. Dan pria itu sempat melihat keterkejutan di mata Alana.

Don't Look Into My EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang