Atlanna menyumpal telinganya dengan earphone menyalakan musik dengan volume paling tinggi. Jika menyalakan lagu dengan speaker hatinya tetap tidak tenang jika disituasi seperti ini.
Menjelang tengah malam tepatnya pukul 23:00 waktu Indonesia barat, orang tuanya bertengkar. Perkaranya selalu sama seperti sebelum-sebelumnya.
Romi, ayah tiri Atlanna pulang dengan keadaan mabuk. Seminggu minimal dua kali Romi selalu pulang seperti itu. Sarah, mamanya, hanya bisa menasehati berulang-ulang walaupun terkadang dibentak atau Romi hanya iya-iya saja.
Atlanna sudah capek dengan hidupnya. Dia anak tunggal. Mungkin dulu dia anak yang bahagia. Atlanna sangat dekat dengan Irfan, namun setelah Irfan meninggal, dunianya kelam.
Sarah kerja dari pagi sampai malam, tidak mungkin Sarah ke luar dari pekerjaannya karena dia memiliki jabatan yang cukup tinggi di kantornya. Sedangkan Romi, semenjak menikah dengan Sarah jadi pengangguran, tidak heran karena uangnya banyak.
Atlanna terkejut, meskipun sudah menyumpal telinganya masih saja suara teriakan Sarah terdengar. Ini merupakan teriakan Sarah terkencang selama dia hidup.
Memberanikan diri, Atlanna ke luar dari kamar, lalu turun ke lantai bawah. Dia lihat Sarah tengah memegangi pipinya. Sepertinya habis ditampar oleh Romi. Baru pertama kali ini Romi main tangan.
Walaupun takut, Atlanna mendekat ke arah Sarah. Romi yang masih di bawah alam sadar menatap Atlanna. "NGAPAIN KE LUAR KAMAR?"
Atlanna memberanikan diri menatap Romi. "AKU MAU BELA MAMA, AYAH!"
Romi menjambak rambut Atlanna. "Ohh, udah berani ngelawan ya kamu! BOCAH BARU MASUK SMA GAK USAH IKUT CAMPUR! NGERTI?!"
Atlanna meringis kesakitan. Pertama kalinya juga ia melawan Romi dan langsung dibantai. "Aku berhak bela Mama, Ayah!"
"Masih ngelawan kamu, ya?" Romi mengambil vas bunga kecil yang ada di atas meja dan ingin melemparnya ke kepala Atlanna.
Sarah menarik tangan Romi. "Gila lo ya, Rom!" Setelah Romi ditampar oleh Sarah. Buru-buru Sarah memapah Romi masuk ke kamar.
Atlanna lari ke kamarnya. Sampai di kamar dia mengunci kamarnya lagi. Atlanna duduk di pojok kasur, kepalanya dia umpatkan di sela-sela kakinya.
Sesekali ia menyeka air matanya. Di dalam lubuk hatinya ada hasrat yang ia keluarkan, tapi entah bagaimana caranya.
Atlanna melemparkan dirinya ke kasur. Mencoba untuk tidur. Namun, tidak bisa, ada yang mengganjal di dalam hati dan jiwanya.
Dengan mata yang susah dibuka karena sembab, Atlanna menyalakan ponselnya. Mencari tau lewat sistem pinter. Setelah mengetik beberapa kata, Atlanna menemukan salah satu web.
Self Harm: menyakiti diri menjadi pilihan untuk menyalurkan rasa sakit.
Cewek itu tertarik. Membaca kalimat perkalimat. Ternyata banyak orang yang suka menyakiti dirinya sendiri untuk melampiaskan semua masalahnya.
Jantungnya berdebar. Kepala pusing memikirkan beban hidupnya. Dia ingin melakukan hal tersebut, namun sejujurnya dia takut.
Atlanna terdiam beberapa saat. Kemudian mengambil gelas di atas nakas karena tenggorokannya kering, capek habis menangis sampai sesenggukan.
Gelasnya pecah. Atlanna menatap malas pecahan gelas tersebut. Namun, tidak berselang lama Atlanna segera memungut, tidak sengaja jarinya berdarah. Atlanna ketagihan. Ada satu belahan beling yang cukup besar, dia ambil.
Melihat beberapa saat beling itu lekat-lekat. Atlanna mendekatkannya dengan ujung pergelangan tangannya, dekat nadi. Satu sampai beberapa goresan tercetak di sana. Perih, namun Atlanna menikmatinya. Seketika masalahnya hilang, Atlanna tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEANNA
Teen Fiction"Nama aku Sean, kamu Atlanna. Aku samuderanya, kamu ratunya." "Gak lucu. Jijik." "Buset galak banget. Ratu gak ada yang galak." "Gue emang bukan ratu." "Lo ratu dihati gue, Na." "Apaan sih." Atlanna Auristela Thalassa, cewek jutek yang mempunyai sif...