06. Siena

3K 234 60
                                    

Atlanna duduk, di depannya udah ada Danis, Juna, dan Panji. Seperti yang dibilang Sean, cewek itu penasarannya udah akut, meminta diceritakan oleh ketiga orang itu aja. Jika menunggu Sean yang bercerita langsung, entah sampai kapan menunggunya.

Danis menyenggol bahu cowok yang ada di sebelah kanannya. "Lo aja yang cerita, Pan. Lo kan punya bakat bergibah yang handal."

Selain orangnya garing, Panji orang yang suka membawa gosip gibahan. Entah dapat dari mana informasi-informasi tersebut.

Panji balas senggolan Danis lebih kencang, sampai tubuh cowok itu sedikit oleng.

Suasana kali ini sangat sejuk. Udara menjelang malam yang sangat segar. Duduk di saung dekat kolam renang rumah Sean. Sean masih di kamar, merenung sendiri.

Panji masih berusaha mengingat beberapa kejadian yang menimpa sahabatnya beberapa tahun lalu, tepatnya saat kelas dua SMP.

"Begini, Na." Panji diam sebentar. "Ya begitu ceritanya."

Atlanna menatap datar Panji. "Apaan sih."

Panji yang duduk di tengah mendapat senggolan dari kedua sahabatnya.

Juna menatap tajam ke arah Panji. "Gak jelas tolol."

Danis malah cengengesan seperti biasa. "Garing amat kek ayam kaepsi."

Panji terkekeh sampai matanya tidak kelihatan, maklum sipit. Awal kenal dengan Panji, tidak percaya keturunan China dari namanya, namun ketika melihat matanya seketika percaya. Maklum, bapaknya wong jawa asli, maunya dinamain nama lokal aja.

Panji sekarang sedikit serius, mulai bercerita. "Saka itu musuh bebuyutannya Sean. Siena itu adenya Sean. Siena meninggal karna kecelakaan. Waktu itu masih bocah banget kan kelas dua SMP, tapi Saka udah berani bawa mobil. Saka kecelakaan, di mobil itu cuma ada Saka sama Siena doang. Siena yang meninggal."

Atlanna benar-benar mendengarkan dengan seksama. Setelah dipikir, tiba-tiba raut wajah Atlanna berubah.

Panji yang paham langsung melanjutkan sebelum Atlanna bertanya. "Saka itu sodara tirinya Sean."

"Setau gue, Mama Papa Sean masing-masing satu."

"Iya emang. Jadi gini," Omongan Panji terputus. Kemudian menatap kedua sahabatnya bergantian. "Lupa gue."

Tanpa bertele-tele, Juna langsung melanjutkan. "Kakeknya Saka itu punya dua istri, Na. Saka cucu dari istri pertama, Sean dari yang kedua."

Panji menambahkan. "Maklum, Na. Kakeknya Sean orangnya kayaaaaaaaa beut. Istri satu kagak cukup."

Danis menatap Panji lekat-lekat. "Ha ha bilangin ke Papap. Cepu ah ke Papap."

Atlanna mengernyitkan dahinya  "Papap?"

"Panggilan kakeknya Sean. Lo belom pernah ketemu Papap?" jelas dan tanya Juna.

"Belom."

Danis berdecak sambil menggelengkan kepalanya. "Rugi lo, Na. Kalo ke rumah Papap beuh semua ada, kalo mau mesen gofood dia yang bayarin. Ntar deh, gue bilangin Sean suruh ajak lo ke rumah Papap."

Juna menjitak Danis. "Tampang gratisan si Danis mah."

Panji menyejutui perkataan Juna. "BENER! Lo tau gak, Na? Si Danis kan dikasih duit perminggu, seminggu 400 ribu minimal, ya emang ini bodat satu anaknya boros, jadi kalo Hari Jumat atau Sabtu ngebet banget ke rumah Papap, Sean kalo akhir minggu suka nginep di sana soalnya. Jujur, malu gue, Na, punya temen gini."

"Anjir. Lo juga seneng kan kalo ditraktir Papap." bantah Danis membela dirinya sendiri.

Atlanna sedikit terkekeh, kemudian manggut-manggut, akhirnya udah jelas penjelasannya ditambah gibahan absurd yang sedikit membuat Atlanna terhibur. Atlanna bertanya, namun berbeda topik, "Sesayang itu ya Sean sama Siena?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang