Bagian Tiga : Do fun

8 1 0
                                    


Gimana cerita yang kemarin udah dapet belom feel nya?
.
Berharap banget kalo dah dapet meski dikit :')
.
Gapapa dikit aja dulu lama-lama juga jadi bukit wkwk
.
Udah ready nih?
.
Pelan-pelan aja ya bacanya
.

❀❀❀

Sakit sedihmu juga milikku
Senang ku pun pasti milikmu
Selamanya kau kan bersamaku
Karena kamu alasanku
Hidup Bahagia~

❀❀❀

Delisha kini berdiri depan kaca nampak ia tengah bersiap untuk pergi hari ini. Ia terlihat rapi dan pastinya sangat cantik. Dengan baju berwarna putih bercorak pink serta celana kulot katun berwarna abu muda dan terakhir septau kets berwarna putih. Favoritenya. Karena itu hadiah dari Danish saat SMP kelas 7

Rambut panjangnya kini ia biarkan tergerai bebas. Delisha mengambil jedai biru diatas nakas. Guna berjaga kalau rambutnya mulai tak bisa dikondisikan. Tak lupa ia memakai lipcream mate diombre ala orang korea.

Suara klakson mobil terdengar dari luar jendela. Delisha mengintip dan benar itu pemuda yang ia tunggu kedatangannya dari tadi.

Dengan langkah seribu Delisha turun menuju ruang tamu membukakan pintu untuk sahabatnya itu. Rike dan Hery sedang pergi ke acara pesta pernikahan anak sahabat ayah Delisha. Sempat di ajak namun ia menolak karena sudah ada janji dengan Danish.

"Mau masuk dulu ga?" tawar delisha sekedar basa basi. lagian delisha ingin pergi secepatnya.

"Ga usah nanti waktunya terbuang sia-sia" tolak Danish dan ya itu memang niat Delisha sejak awal bukan?

"Bunda mana?" Danish celingak celinguk melihat rumah Delisha yang terlihat begitu sunyi seperti kuburan.

"Pergi sama ayah, jadi langsung aja" ajak Delisha ia mengunci pintu rumahnya. Meskipun ada satpam tetap saja perlu waspadakan?

Jika ditanya kenapa ada satpam tapi tidak ada asisten rumah tangga? Jawabannya untuk apa? Delisha sudah besar dan bisa membantu Bundanya. Kalau dulu sewaktu kecil memang ada tetapi sekarang sudah pulang kampung dan tak pernah kembali karena lebih memilih keluarganya di desa. Dari situ Bunda Rike tidak pernah mencari asisten baru lagi karena susah untuk mencari orang yang jujur di zaman sekarang.

"Pergi ya pak" sapa Danish dengan pak tono yang sudah tau betul siapa itu Danish

"Iya den, hati-hati. Jagain non Delisha" jawab pak tono ramah

"Pasti dong pak" Danish tersenyum sekilas ke arah Delisha yang melihat di sisi kiri jalan.

Mobil Danish membelah jalan Ibukota yang tampaknya hari ini tidak macet. Mungkin sebagian warga pergi ke puncak atau ke Dufan fikir Danish.

Ah dufan, kalau di fikir-fikir seru juga.

"Ke dufan mau?" tawar Danish sambil cengengesan

"Wah boleh tu! Tapi aku pengen nonton film dulu gimana? Kan masih banyak waktu" Delisha berasa banyak maunya biasanya dia tidak seperti ini terlihat kekanakan. Entah mengapa kalimat itu lontar seketika.

"Setuju, lo juga boleh keluar sampe malem kan?" Danish mnoleh ke arah Delisha sesekali diselingi menghadap depan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan~

"Asal sama Danish" ucap mereka berbarengan. Mereka tertawa bersama, disepanjang jalan tak henti-hentinya Danish membuat lelucon membuat Delisha tertawa terbahak hingga meneteskan air mata.

Kini mereka telah sampai di salah satu Mall yang terletak di Jakarta. Sempat-sempatnya Danish masih melanjutkan lelucon nya itu.

"Udah nish, malu diliat orang" deru nafas Delisha masih tak karuan akibat lelah banyak tertawa.

Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang