Bagian Empat : Hujan

8 1 0
                                    

Sambil baca ada baiknya sambil puter music di atas~
.
Febby putri - Garis Terdepan 🎶
.
Baca nya pelan-pelan aja biar lama. Biar ngefeel juga sih wkwk
.

Udah siap baper kah?
.

❁❁❁

Bila kau butuh telinga tuk mendengar
Bahu tuk bersandar
Raga tuk berlindung
Pasti kau temukan aku di garis terdepan
Meski hanya sebatas teman.

❁❁❁

"Itu bukannya Delisha?" Pemuda itu menyipitkan matanya saat melihat objek yang tak asing baginya

"Iya Delisha, ternyata masih akrab" gumam pemuda tersebut seraya menganggukan kepalanya pelan

"Bang Ibaal, ayo! Rara mau main komidi putar bang!" ajak anak perempuan yang diketahui namanya rara.

Ya pemuda tersebut iqbaal. Entah mengapa Iqbaal ingin sekali menggagu moment mereka tapi apa yang harus ia lakukan? Buntu akal untuk saat ini. Iqbaal mengecek kontak Delisha sekedar ingin melihat profil. Iqbaal merindukan perempuan itu hari ini. Meski selama ini hanya dapat dipendam. Perasaan macam apa ini?

"Ayo bang!" rara menarik iqbaal untuk mengajaknya bermain di salah satu wahana di dufan.

Tanpa sengaja ibu jarinya menekan tanda call matanya membulat refleks Iqbaal mematikan telfonnya. Takut Delisha menjawab duluan. Apa yang harus Iqbaal katakan? Selama ini bahkan mereka tidak pernah saling telfon. Hanya sebatas 'say hy' dan belajar di dunia nyata. Sedangkan dunia maya sama saja.

Tringgg

Delisha marshanda
Ada apa baal telfon?

Sudah Iqbaal duga, gadis itu pasti akan menanyakan mengapa ia menelfon. Pasalnya sudah jelas bukan? Bahwa mereka tidak pernah telfonan sama sekali selama setahun sekelas.

Iqbaale Melviano
Sorry sa, tadi kepencet hehe
Read.

Iqbaal menghela nafasnya, memang selalu seperti itu. Chatnya akan berakhir hanya di read setidaknya lebih baik dari tidak dibaca sama sekali atau bahkan langsung dihapus. Iqbaal mulai mengikuti langkah kaki adik kecilnya.

"Ga sabar banget sihh nih anak" Iqbaal mencium gemas pipi rara. Anak perempuan yang berusia 5 tahun.

***

Delisha kini sedang menikmati coklat panas dengan topping marshmellow buatan bunda. Sambil membaca novel yang belum terselesaikan. Sesekali ia melirik kearah ponselnya berharap ada pesan masuk atau telfon dari Danish. Ternyata tidak ada sama sekali.

"Mungkin Danish lelah dan langsung tidur. Tapi biasanya Danish kan selalu ngajak barengan" gumam Delsiha di sela bacaannya.

Dua jam yang lalu Delisha dan Danish pulang dari dufan. Hari semakin larut Delisha melirik ke arah jam dinding dengan karakter doraemon yang menghiasi kamar tidurnya. Delisha memang sangat menyukai robot kucing biru yang bulat mmenurutnya itu sangat menggemaskan.

"Udah jam setengah sebelas" Delisha bangkit dari tempat duduknya berniat untuk mencuci gelas bekas coklat panas yang ia minum. Setelah selesai Delisha kembali masuk kamar dan mengecek sekilas ponselnya. Ternyata masih sama. Delisha mencharger handphonennya dan menarik selimut. Ia sangat lelah sekaligus bahagia hari ini.

***

Sudah hari senin lagi ternyata. Kini Delisha telah rapi dengan seragamnya. Dengan semangat Delisha menuruni anak tangga menuju meja makan untuk sarapan.

Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang