Bagian Enam : Tidak Peka

5 0 0
                                    

"Apapun akan kulakukan untukmu, meskipun aku harus mengorbakan seluruh jiwaku untukmu. Asalkan kamu bahagia"
.
.
🎶 Asal Kau Bahagia - Hanin Dhiya
.
.

❁❁❁

.
.

Delisha yang sibuk dengan buku catatannya dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba datang. Saat mendengar suara orang itu perasaannya jadi tenang. Takut jika yang datang bukan orang yang dikenal dan punya maksud jahat.

"Ehem.." Orang itu berdehem untuk mengahlikan perhatian Delisha

Delisha tetap saja diam meneruskan pekerjaannya dan menghiraukan sapaan orang itu.

Merasa tak di respon Danish mengambil dan melemparkan miniatur Doraemon ke arah sang empunya.

"Sssshhh sakit bego!" bentak Delisha dan melanjutkan kembali aktifitasnya.

"Enak banget ya lo dianter pulang sama gebetan" Danish menyindir Delisha.

Bukannya senang yang ada Delisha makin naik pitam. Bukannya dia yang menyuruh untuk mendekati Iqbaal?

Delisha kini memutar tubuhnya ke arah Danish.

"Ngomong sekali lagi!" Delisha memicingkan matanya tak suka.

"Lo seneng ya di antar IQBAAL" Danish semakin menyebalkan. Apa lagi menyebutkan kata Iqbaal dengan penuh tekanan.

Pemuda itu kini menjatuhkan bokongnya di kasur milik Delisha seraya tersenyum yang sama saja menyebalkan.

"Yang nyuruh gue buat deketian dia siapa? Yang nyuruh gue buat cari info tentang Tasya lo siapa? Elo kan?!" Delisha menatap Danish dengan tatapan tidak santai seolah ingin mencabik-cabik wajah tampan Danish.

"Tapi gue gak nyuruh lo buat pulang bareng dia kan?" Danish membalas tatapan tajam Delisha

Delisha mengatur nafasnya agar tidak emosi dengan tingkah menyebalkan Danish.

"Terus menurut lo gue harus gimana?" Delisha melembutkan nada bicaranya

"Harusnya lo tolak Iqbaal!" Danish malah menaikkan nada bicaranya

"Kenapa emangnya?" Delisha masih mencoba untuk sabar.

"Tadi gue pulang sendiri ga ada temen!" Danish melipatkan kedua tangan di depan dadanya. Seraya anak kecil merengek tidak dibelikan permen.

'Allahuakbar! Emosi jiwa dan raga ini! Dia ga mikir apa kalau gue sering ditinggal sama dia demi pacar barunya itu' Batin delisha membalikkan fakta. Ingin sekali melontarkan kalimat itu. Tapi Delisha terlalau lemah untuk mengungkapkannya.

"Oke lupakan. Jadi gimana info tentang Iqbaal bisa deket sama Tasya?"

Delisha mendengus sebal. Masih menahan sabarnya. Orang sabar disayang Tuhan.

"Mereka pernah sekelas saat SMP. Ga lebih ga kurang" Delisha malas menjawab pertanyaan konyol Danish.

"Tapi kok akrab banget? Sekelas belum tentu sering teguran kan? Atau lagi PDKT?" tanya Danish berjalan ke arah sahabatnya.

"Gue ga tau. Yang gue tau itu doang" Delisha kini kembali menghadap meja belajarnya karena Fanish kini sudah berada disampingnya.

"Apa gunanya lo pulang bareng dia kalau info yang lo tau seupil" Danish menggebrak meja pelan dan menatap Delisha.

"Mau lo apa sih?! Besok-besok gue gak cuma pulang bareng dia. Tapi bakal ngikutin sampe rumahnya. Sekalian nginep dirumahnya biar tau apa aja yang dikerjainnya dari melek mata sampe matanya merem. Biar lebih jelas!" Bentak Delisa. Delisha sepertinya sudah mulai emosi dengan sikap Danish yang benar-benar-benar menyebalkan.

Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang