Bagian Tujuh : Jarak

4 1 0
                                    

"Aku harus ikhlas. Mungkin ini sudah takdir, tak ada kata yang dapat aku ungkapkan selain kata terimakasih pernah ada. Terimakasih pernah menjadi bagian di hidup aku"

✿✿✿

Song : Cinta Kau Dimana - Brisia Jodie

***

Suara decitan pintu membuat Delisha tersadar pada lamunanya. Delisha masih tetap pada posisinya tidak melirik atau menoleh ke arah sumber suara. Langkah kakinya terdengar jelas menuju ke arah Delisha.

"Holla!" Danish memegang pundak Delisha yang sengaja berniat untuk mengagetkan Sahabatnya itu. Tetapi tidak ada respon. Biasanya kaget kenapa sekarang tidak? Danish membatin.

"Gue ada cerita menarik nih" Danish duduk di tepi ranjang delisha. Disamping Delisha.

"Terus?" Delisha membuka kembali novel bacaannya.

"Dia nerima gue lagi" Danish mengucapkan dengan nada yang tidak bersemangat seperti awal mereka jadian.

"Oh ya? Bagus dong" Delisha tersenyum. Namun di dalam lubuk hatinya kembali merasakan hancur. Masih sibuk dengan novel yang ia genggam.

"Iya. Tapi ada syaratnya" Danish menatap lekat gadis yang berada disampingnya.

Delisha menghentikan aktifitasnya sejenak dan menoleh ke arah Danish dengan raut seolah bertanya.

"Syarat?" Delisha mengernyitkan dahinya bingung.

"Gue.. Gue ga boleh deket-deket lagi sama lo" Danish menunduk takut jika perkataannya barusan membuat Delisha marah.

Delisha menarik nafas panjang. Seolah ada yang mengganjal di rongga dadanya.

"Iya dong. Kan loh udah gede" Delisha mengacak rambut Danish dan masih mencoba tersenyum.

"Besok-besok gue ga bisa jemput lo lagi, lo ke sekolah jangan telat. Jangan baca novel sambil jalan soalnya gue ga bisa jadi mata lo lagi. Terus lo ajak seiapa kek ke kantin biar ga sendirian kayak orang idiot. Kalau ke perpus harus inget waktu jangan sampe pulang kesorean. Terus pulang sekolah nanti..." Belum selesai Danish bicara sudah diserang tiba-tiba oleh Delisha.

'BRUK'

Delisha menghempaskan tubuhnya pada tubuh Danish. Tangannya melingkar pada pinggang pria tersebut. Delisha menangis sejadi-jadinya. Entah mengapa Delisha telihat cengeng hari ini karena sudah 2 kali menangis. Pertama saat diparkiran bersama Iqbaal. Dan yang kedua di kamarnya... Bersama Danish.

Danish mengerti perasaan Delisha. Mereka selalu bersama dari masih ingusan. Danish juga tahu kalau Delisha anaknya susah bergaul dan tidak mudah mempercayai seseorang kecuali dirinya. Dan Danish juga tau konsekuensi yang akan ia terima setelah mencupakan kalimat tadi. Danish harus memutar otak untuk menghibur sahabatnya untuk yang terakhir kalinya. Mungkin.

"Jarak itu ga pentingkan? Yang penting hati kita. Kita sama-sama sayang. Lo sayang sama gue. Dan gue akan selalu sayang sama lo" Danish mencoba untuk menghibur Delisha. Namun siapa sangka jika kalimat Danish barusan membuat Delisha semaking mengerang melebihi tangisnya saat sore tadi. Untuk kali ini Delisha benar-benar merasakan hancur.

Delisha dan Danish akan terpisah. Setelah sekian lama tidak pernah berjarak diantara mereka. Mereka selalu bersama bagai anak kembar. Dalam jarak yang tak begitu jauh. Karena masih satu kelas. Meski begitu tetap saja bukan selangkah demi selangkah jika digabungkan akan menjadi jarak yang sangat jauh.

***

Pagi ini terlihat langit sedang sedih tak bersemangat. Seperti tau apa yang sedang dialami Delisha saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teman HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang