Sugar Daddy - Cold [M]

13.9K 484 57
                                    




"AHH! AHH! ENGHH!"

Aku menggigit bantal di atas ranjang. Bokong terus menunggik naik dan tangan semakin cepat menggerakkan penis buatan di lubang belakang.

"Enghh! Unghh! Enghh!"

Aku sendiri tak tahu ada apa dengan diriku. Namun, hasrat maksiat memang sedang melonjak naik; ditambah lagi tubuh yang memanas lantaran deman yang kuidap sejak tadi malam. Tubuhku semakin gatal dan bergairah.

"Unghh! Daddy! Terus, Daddy! Lebih dalam! Kumohon, Daddy!"

Terus tersebut di bibir panggilan sayangku pada kekasihku; membayangkan penis besarnya yang kini tengah mengaduk lubang belakangku, dengan kasar dan mendominasi.

Aku sudah menggoda dan mengganggu pekerjaan Daddy. Aku pun sudah menyuruh Daddy untuk segera pulang dan melihat keadaanku.

"OHH! DADDY! YEAHH! DAD—"

Sedetik kemudian, aku tersentak oleh pintu kamar yang terbuka tiba-tiba. Mata bulat mendelik menatap Daddy sudah berkecak pinggang di depan pintu kamarku. Aku bahkan tak mendengar kapan ia masuk ke dalam rumahku.

"D—Dad, kau datang?" Aku menyapa dan terpaksa menghentikan perilaku asusila tadi. Aku bahkan duduk bersujud di atas ranjangku.

Belum menjawab, Daddy melihat sekeliling kamar yang memang cukup berantakan. Mainan seks koleksiku bertebaran di mana-mana. Beberapa sudut bahkan becek dan basah oleh perilaku tak senonohku. Kuakui, aku sudah muncrat beberapa kali.

"Baby, kau—" Daddy memijat dahi dan aku menundukkan kepala merasa bersalah.

"Aku bisa memaklumi jika kau dalam keadaan sehat. Namun kini, kau sedang sakit, Babe. Demammu begitu tinggi! Tidak bisakah kau menahannya?! Atau kubuang saja semua mainanmu?!"

"Jangan!" Dengan cepat aku membalas nada tinggi yang dilontarkan Daddy. Aku mencebil bibir dengan manja dengan wajah yang memelas.

Jika harus ada barang-barangku yang dibuang, maka aku rela membuang barang-barang mewah bermerek dan mahal yang Daddy berikan, tapi tidak dengan mainan seks. Semua itu adalah barang krusial yang akan membantu jika Daddy tak ada di dekatku.

Kudengar hela napas berat dari bibir Daddy. Dia masih berkecak pinggang dan menatap langit-langit kamar. Barangkali aku sedikit keterlaluan, tetapi sungguh, aku tak dapat menahan diriku.

"Lantas? Kali ini bagaimana?" Daddy bertanya sembari menatapku.

"S—Sembuhkan aku, Daddy." Aku merengek manja sebagai jawaban.

Daddy kembali menghela napas rendah dan datang mendekati. Ia berdiri di pinggiran ranjang dan menarik wajahku agar mendongak. Tangannya diletakkan di dahiku untuk mengukur suhu tubuhku.

"Kau panas, Sayang."

"Tetapi, aku sudah berkeringat sedikit. Jika Daddy membantu agar peluhku bertambah, kurasa aku akan segera sembuh. Orang bilang, jika berkeringat maka panas demam akan menurun." Aku meyakinkan Daddy, mencomot logika orang sembarangan.

Daddy terkekeh kecil, barangkali ia mengerti. Apalagi melihat wajahku yang memerah, entah oleh demam atau oleh nafsu birahi. Kurasa, Daddy tak akan mengabaikanku begitu saja.

Daddy merengkuh wajah semakin erat. Dia memberikan semua ciuman yang mesra. Berawal dari mengecup, dia melumat bibirku; memaksa untuk membuka mulut dan mengajak lidah beradu. Daddy menyesap saliva. Ia menggulung dan menjilati, hingga membuatku kewalahan. Daddy melepas ciuman bibir kami setelah aku sedikit memberontak dan ia menyadari jika aku kehabisan napas.

KAISOO Oneshot CompilationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang