🍓 Lee Eunsang

2K 175 9
                                    

"Papa ga setuju kalo kamu sama Eunsang"

Kamu menghela nafasmu kasar "Pa, (y/n) sayang sama Eunsang"

"Tapi Eunsang itu beda sama kita"

Dari awal, papamu memang tidak setuju dengan hubunganmu dan Eunsang. Alasannya karena perbedaan agama.

"Papa gabisa egois dong"

"Papa cuma mau kamu sama laki-laki yang bisa jadi imam buat kamu nantinya. Dan itu sudah pasti bukan Eunsang"

Kamu susah payah menahan diri agar tidak menangis.

"Kamu putus sama Eunsang, atau papa akan menjodohkan kamu dengan laki - laki pilihan papa"

"PA?!" Kamu reflek menaikkan nada bicaramu karena kaget mendengar apa yang barusan kamu dengar.

"Udah berani bentak papa sekarang?! Papa gamau tau pokoknya kamu harus selesaiin hubungan kalian hari ini juga"

Tidak ada pilihan lain, kamu menelfon Eunsang lalu mengajaknya bertemu di taman dekat rumahmu.

•••

"Sang..." Akhirnya kamu berani membuka suara setelah beberapa lama.

"Hm?" Jawabnya sambil melihatmu dengan tatapan yang justru membuatmu semakin tidak enak untuk memutuskannya.

"Papa aku..." Kamu menggantungkan kalimatmu lantaran terlalu takut untuk melanjutkan.

"Papa kamu masih gak setuju ya?"

Kamu mengangguk pelan.

Kamu mendengar Eunsang menghembuskan nafasnya lalu menggenggam tanganmu.

"Apa aku boleh ketemu sama papa kamu?" Tanyanya.

"Jangan, nanti malah nambah masalah"

"Terus kita gimana sekarang? Kita gabisa jalanin ini kalo papa kamu masih gak setuju sama aku, aku gaenak"

Kamu menunduk. Mengeluarkan air mata yang sedari tadi kamu tahan.

"Loh? Hei, hei kok kamu nangis? (y/n), jangan nangis" sahut Eunsang saat menyadari kamu menangis.

Ia menarikmu kedalam dekapannya, memelukmu erat sambil menepuk-neluk pelan punggungmu.

Setelah tangismu sedikit reda, ia melepas pelukannya.

"Aku tau dari awal harusnya kita ga gini. Aku sama sekali ga nyesel pacaran sama kamu, aku sayang banget sama kamu, tapi kita gabisa sama-sama lagi"

Kamu tertegun mendengar kalimat barusan. Eunsang baru saja memutuskanmu? Dari tadi kamu berpikir keras untuk memilih kalimat yang pas, tapi sekarang malah Eunsang yang memutuskanmu duluan.

"Orang tua aku juga ga setuju, (y/n)" jelasnya.

"Aku sempet milih buat gak dengerin kata-kata orang tua aku, dan milih buat perjuangin kamu, tapi gabisa (y/n/" lanjut Eunsang.

Kamu hanya bisa menunduk.

"Ini masalah agama. Walaupun bisa, tapi susah buat kita bisa sama-sama terus"

Kamu hanya bisa diam mendengar tuturan Eunsang.

"Maafin aku, tapi lebih baik kita udahan aja"

Kamu akhirnya mendongak setelah Eunsang melontarkan kalimat itu.

Bersamaan dengan itu, gerimis mulai turun dari langit yang memang sedari tadi sudah mendung.

hah, sangat mendukung sekali dengan keadaan hatimu saat ini.

"Gerimis, mending kamu masuk kerumah" ucap Eunsang.

Jarak antara taman dan rumahmu memang sangat dekat.

"Sang, maaf" ucapmu.

"Kenapa minta maaf? Kamu ga salah, jadi jangan pernah ngerasa bersalah ya?" Eunsang mengusap pucuk kepalamu.

Matamu kembali berair mengingat bahwa itu mungkin untuk yang terakhir kalinya Eunsang berbuat manis padamu.

"Kita masih bisa jadi temen, bahkan mungkin sahabat. Jangan nangis lagi"

Karena tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, kamu memeluknya erat.

"Udah, hujannya makin deres, nanti kamu sakit" sahut Eunsang.

Kamu pun melepas pelukan dan segera beranjak menuju rumahmu.

"(y/n)" panggil Eunsang.

Kamu pun menoleh padanya.

"Makasih ya" ucapnya tulus.

Kamu mengangguk lalu kembali berlari menuju rumahmu. Karena jika berlama - lama, yang ada kamu malah semakin susah melepaskan Eunsang.

huft, ternyata bener apa yang orang - orang bilang. Istiqlal dan Katedral memang ditakdirkan untuk berdiri berhadapan, tapi tidak bisa bersatu karena terhalang perbedaan.

•••

Heyoo
Aku balik lagii

Jadinya, aku bakal tetep lanjutin work ini💞


btw cerita diatas itu true story ehehehe(^^)
cuma aku tambahin bumbu-bumbu dikit biar lebih baguss

X1 Imagine [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang