"MENERIMA KENYATA'AN"

13 3 0
                                    

Haduh, sedih sendiri kalo mengingat diriku yang dulu menjalani pahitnya kisah cinta, menerjang berbagai masalah. Menerima kenyataan yang mungkin tidak semua orang bisa bertahan di posisi ini.

Temanku itu lumayan lama berpacaran dengan kekasihku. Huft, tenang saja doa jahatku terus mengalir di setiapku mengingatnya.

Pernah aku dan temanku Romy Juliansah. Sepulang sekolah Aku dan Romy melihat mereka sedang berboncengan berangkat sekolah. Aku melihatnya tapi aku bersikap seakan-akan aku tidak melihatnya.

"Itu Chyntia sama Putra?" tanya romi.

"Emang apa rom?" jawabku dengan nada yang cemburu.

"idih, gak enak banget diliatnya kaya gitu, parah juga ya Putra" Ledek romi.

"Biarin orang kaya gitu gak lama hidupnya" Jawabku dengan hati yang terluka.

Aku jadi orang yang sama, jadi orang yang hebat. Aku mengakui diriku ini adalah pahlawan yang akan memelukmu di saat kamu putus dengannya dan mengambilmu kembali menjadi milikku.

Aku melihatnya lagi ketika aku berada di rumah makan temanku di bintara. Aku begadang di sana dan aku keluar melihat kearah jalanan, pas banget kamu berhenti di sebelah sana. "Ko kaya Chyntia ya" Hatiku berkata. Tak salah lagi, itu benar Chyntia karna disana juga ada Putra, dia bersama Bagus sobat dekatnya.

Halah, benciku makin besar padanya. Sampai aku tidak mau anggap dia teman waktu itu, dia sudah menjadi musuhku. Tidak ada pikiran sedikit tentang aku. Dia tertawa gembira dengan kekasihku yang dia ambil. Sedangkan aku, menahan semua beban itu sendirian. Setiap hari terluka. Kalian sanggup? setiap detik memikirkannya, gimana kalau jadi aku? Aku hanya diam saja setelah itu. Aku hanya bisa menangis lagi, lagi dan lagi.

                                  •••

Malam minggupun tiba. Ketika aku bersantai-santai dirumah tiba-tiba ada notif pesan dari Chyntia

"mau ikut ga ke alun alun?" Aku membaca dengan perasaan yang aneh kenapa tiba-tiba kamu mengajakku seperti itu dalam keadaan yang hancur ini.

"Lah kan ada Putra, Udah sana sama dia aja dia kan pacar kamu. Aku mah bukan siapa siapa kamu lagi" Jawabku.

Kamu kesal ketika aku membalas pesan seperti itu. Tiba-tiba tanpa izin dariku kamu datang ke rumahku. Kamu memaksaku untuk ikut dan aku sangat menolak, aku tidak mau ikut.

"Aku disini saja, sudah sana pergi" Ucapku dengan air mata yang menetes. Kamupun memaksaku terus menerus sampai kamu mengucapkan kata yang menyakitkan. "cepet ih mau ikut apa engga, Putra di depan sama ayuni" Aku kira kamu tidak sama si brengsek itu, ternyata ada dia. Aku semakin menolak, bahkan tidak akan mau ikut.

Tiba-tiba kamu mencium keningku dengan muka yang seakan-akan berkata "maafin aku". Kamupun pergi.

Mamahku bertanya padamu "Gimana Chyntia, mau gak eganya?"

Jawabmu "gamau mah, udah biarin gapapa. Yaudah mah kalo gitu Chyntia berangkat ya".

Tangisan yang makin menjadi ketika mendengar obrolanmu dengan mamahku yang belum tau kamu milik siapa sebenarnya.

[sudah direvisi]

"16 FEBRUARY 2020" HAPUS JEJAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang