[R] Canvas (1)

1K 70 18
                                    

ibukjihuni
bxb

---

Feels like I'm in heaven.

🎶 Woodz - Pool

.

"Kamu serius kuliah atau tidak, Lee Sang-Yeon? Saya sedang pusing astaga kamu menghambat pekerjaan saya saja."

Inilah contoh dari otak dan tangan akan jadi tidak selaras jika hati sudah ikut bicara.

"Maaf, Kak, nanti saya submit ulang—"

"Terakhir lusa, jam sembilan pagi karena semua rancangan ini sudah harus masuk penilaian jam sepuluh. Saya hanya asdos, Sang-Yeon, dosenmu itu lebih menyeramkan lagi. Kalau beliau tahu mahasiswanya ada yang begini, kamu langsung dikasih nilai E. Mau?"

Sontak Sang-Yeon menggeleng, makin menundukkan kepala.

Akhirnya ia keluar dari kelas. Sang-Yeon sengaja duduk sampai kelas hampir sepi dan mengumpulkan hanya dua rancangan dari yang seharusnya delapan. Beruntung Sang-Yeon hari ini jadwal mengajar asdosnya, bukan sang dosen.

Ia tak tahu kenapa sebulan belakangan mendadak jadi orang tolol yang kerjanya hanya duduk di taman depan fakultas, menggambar asal sembari melihat fakultas lain di seberang miliknya.

Selalu seperti ini. Langsung mengeluarkan buku sketsa dan pensil gambarnya, Sang-Yeon duduk di bangku terdekat dan mulai mengambar.

Awalnya hanya bagian taman dan bangunan, dengan sedikit ditambah sentuhan khas Sang-Yeon sehingga gedung fakultas Hukum yang kaku itu menjadi agak estetik.

Tapi hanya butuh waktu sepuluh menit sampai ada tambahan satu objek asing yang bukan merupakan kualifikasi dari goal-nya sebagai anak Desain Arsitektur.

Iya, orang yang memenuhi hampir semua sketsa tugas Sang-Yeon tadi. Sungguh, Sang-Yeon tidak sadar saat menambahkan fitur asing itu.

Seorang pemuda yang awalnya Sang-Yeon kira perempuan. Karena, demi Tuhan, rambutnya mullet tapi dengan sentuhan yang berbeda, menjadikannya mirip gadis tomboy.

"Belum puas ya tadi dimarahi Kak Jeong-Han? Malah masih gambar gedung seberang. Lagi buntu ide?"

Salah satu temannya ikut duduk di samping. Sang-Yeon menghela napas, malas kalau Young-Hoon sudah datang. Jadi ia masukkan kembali buku dan pensilnya ke dalam tas.

"Siapa sih itu ...?" tanya Young-Hoon, matanya agak memicing karena jarak mereka berdua ke fakultas seberang cukup jauh. "Oh ... Chan-Hee? Serius, Yeon?"

Sang-Yeon tentu kaget. "Kau kenal dia?" tanyanya.

Bukan tawa Young-Hoon yang Sang-Yeon harapkan jadi sebuah jawaban, sebenarnya. "Hahaha ... itu Choi Chan-Hee, mantannya Hyun-Jae."

Di dalam kepalanya Sang-Yeon coba mencerna informasi yang didengarnya.

Pertama, nama pemuda manis itu Choi Chan-Hee. Kedua, siapa pula itu Hyun-Jae?

"Hyun-Jae?" tanya Sang-Yeon refleks.

Young-Hoon menepuk bahu Sang-Yeon berkali-kali. "Lee Jae-Hyun, itu anak Kedokteran yang kemarin lusa ikut penyuluhan tindak preventif penyebaran Corona. Yang waktu dia naik podium semua perempuan langsung teriak."

Oh, yang Sang-Yeon dengar dari teman-teman perempuannya sih kemarin Lee Hyun-Jae ini populer. Ibaratnya Sang-Yeon versi di Kedokteran. Di fakultasnya juga Sang-Yeon dan Young-Hoon termasuk populer, tapi tampaknya masih kalah dari Hyun-Jae, ya.

"Mereka pacaran?" gumam Sang-Yeon.

"Mantan, Yeon."

"Iya maksudnya pernah pacaran," tambah Sang-Yeon lagi.

Sang-Yeon mendadak pundung. Dia merasa jadi butiran pasir di palung laut jika dibandingkan dengan Hyun-Jae itu.

Tingkat ketampanan Hyun-Jae sudah di luar nalar. Young-Hoon juga bilang kalau nilai Hyun-Jae semester lalu hampir sempurna, hanya ada dua nilai A- yang tetap saja judulnya nilai A. Hyun-Jae berasal dari keluarga berada, ke kampus saja naik mobil.

Sang-Yeon yang tim motor can't relate.

"Kok banyak yang kau tahu tentang Hyun-Jae?" tanya Sang-Yeon kemudian.

Young-Hoon kembali tertawa. Tampaknya temannya satu ini benar-benar sedang membandingkan dirinya dengan Hyun-Jae. "Hyun-Jae kakak tingkatnya Sun-Woo. Sudah ya, aku mau jemput dia kalau telat nanti ngambeknya bisa sampai minggu depan."

Oh iya, pacarnya Young-Hoon itu anak Kedokteran juga, batin Sang-Yeon.

Begitu Young-Hoon pergi, Sang-Yeon iseng menoleh lagi ke fakultas seberangnya. Si Chan-Hee itu masih ada ternyata, sedang duduk di satu meja panjang dengan beberapa temannya. Mereka terlihat sangat akrab.

Apakah Sang-Yeon termasuk beruntung diberikan pengelihatan yang tajam oleh Tuhan? Karena tawa Chan-Hee yang manis itu tertangkap sempurna oleh dua netranya.

"Astaga! Lukisan untuk lomba besok!" teriak Sang-Yeon sembari menepuk keningnya cukup keras, lalu lari begitu saja ke arah parkiran untuk mengambil motor dan pulang.

Dia lupa baru selesai membuat sketsanya saja dan belum melukisnya. Mana dia pun harus mengulang enam tugas rancangan dan dikumpulkan lusa.

Tampaknya ia akan terjaga dengan beberapa cangkir kopi untuk dua hari ke depan.

Di sisi lain, Ju-Yeon ikut terdiam melihat Chan-Hee di sampingnya yang melamun ke sembarang arah.

Tadinya ia pikir demikian, tapi ternyata Chan-Hee fokus melihat taman fakultas seberang. "Hei? Lihat apa?" tanyanya dengan kedua tangan yang mencubit pipi Chan-Hee gemas.

Chan-Hee agak kaget, lalu menoleh ke Ju-Yeon. "Hm? Bukan apa-apa," jawabnya.

Tentu Ju-Yeon tak ambil pusing dengan jawaban tadi. "Eh iya, besok akan ada pameran dan lomba lukis dari anak Fine Art, kalian harus datang," ajak Ju-Yeon ke teman-temannya yang lain.

"Sangat harus??" tanya Kevin dengan wajah menyebalkannya.

Chang-Min tertawa pelan. "Harus, karena pacarnya Ju-Yeon ikut lomba it—"

"JU-YEON PUNYA PACAR??" teriak semua orang serentak, kecuali Chang-Min dan Ju-Yeon yang masih tertawa.

"Ju, belum bilang ke mereka??" tanya Chang-Min, yang hanya dijawab gelengan.

"Astaga Ju-Yeon," dia lempar kaleng kosong bekas minum Jacob ke kepala Ju-Yeon. "Ju-Yeon minggu lalu jadian dengan anak seni, namanya Hyun-Joon."

Hak-Nyeon memasang wajah paling menyebalkan seantero jagat. "Bukannya Kak Ju-Yeon paling bucin ke Kak Chan-Hee?? Kok bisa?"

Ju-Yeon memasang wajah sedih sembari merangkul Chan-Hee. "Pertama, aku bosan ditolak Chan-Hee tiga kali sehari dari semester satu sampai sekarang. Kedua, jangan pura-pura tak tahu heh kalian bertiga juga suka Chan-Hee, kan??? Senang ya sekarang saingannya berkurang satu??" telunjuk Ju-Yeon bergantian mengarah ke Kevin, Chang-Min dan Jacob.

Chang-Min dan Kevin sontak tertawa, diikuti Jacob yang salah tingkah.

Hak-Nyeon di samping kanan Chan-Hee berusaha sekuat mungkin melepaskan rangkulan Ju-Yeon dari bahu Chan-Hee. "Kalian berempat tak akan pernah bisa memenangkan hati Kak Chan-Hee, kakak-kakak tampanku. Kak Chan-Hee bukan tipe yang akan pacaran dengan sahabatnya sendiri," ucapnya.

"Ya sudah mulai sekarang kita musuhan!" teriak Chan-Min dan Kevin bersamaan. Memang mereka berdua seperti anak kembar, sebenarnya kembar tiga dengan Chan-Hee.

Tanpa memedulikan keributan yang ditimbulkan teman-temannya, Chan-Hee masih melihat sekeliling.

Sampai tatapannya hanya tertuju pada satu orang di atas motor merahnya, yang tengah mengusap kepala pemuda lain yang berdiri di sampingnya.

.

Jadi pengen bikin cerita Chanhee direbutin 11 orang yang lain :') Abisnya dia gemesin banget😆

Constellation || The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang