[R] Limerence (2)

793 72 1
                                    

bbaeyr
bxb

---

Jam sepuluh malam mobil Sang-Yeon sudah bertengger manis di depan pagar rumah Chan-Hee. Ia mengirim pesan ke Ju-Yeon untuk segera pulang.

Seperti yang ia harapkan, Ju-Yeon langsung mengiyakan dan akan pamit ke bundanya Chan-Hee sebelum pulang.

Sang-Yeon duduk santai sembari memeriksa ponselnya untuk melihat proyek yang sedang dibangun atas desain yang sempat ia ajukan tiga bulan lalu. Semuanya diterima, dan kini Sang-Yeon sedang terjun dalam proyek baru.

Tanpa ia sadari, Ju-Yeon sudah berdiri di samping jendela. Maka Sang-Yeon langsung membuka kunci pintunya dan Ju-Yeon langsung duduk setelah sebelumnya sedikit melempar tasnya ke jok belakang.

"Jangan dibiasakan main sampai lupa waktu begini. Sudah makan?"

Sang-Yeon memasangkan sabuk pengaman Ju-Yeon. Sang anak hanya mengangguk sekali sebagai jawaban.

Pakaiannya kembali jadi empat lapis seperti sebelumnya, dan Sang-Yeon sudah terbiasa melihat Ju-Yeon begitu.

Mobilnya pun berjalan menyusuri jalanan malam untuk pulang. Besok masih hari sekolah jadi jangan sampai mereka pulang terlalu larut.

"Pelajaran di sekolah bagaimana? Sudah punya pikiran mau kuliah ambil prodi apa?"

Mungkin satu-satunya hal yang bisa Ju-Yeon sukai dari ayahnya adalah bagaimana Sang-Yeon selalu mendukungnya dalam pendidikan. Sang-Yeon bukan tipe orangtua yang memaksa anaknya belajar macam-macam.

Ju-Yeon tanpa sadar tersenyum, ia suka jika sudah membahas hal ini.

"Ambil fotografi boleh?" tanya Ju-Yeon.

Sang-Yeon menoleh sebentar, tersenyum lalu mengusap kepala Ju-Yeon. "Boleh, apa pun untuk anak Ayah."

Sebenarnya rasanya nyaman.

Ju-Yeon tak punya siapa-siapa selain ayahnya. Sebenarnya berdekatan dengan ayahnya seperti sekarang sangatlah nyaman.

Tapi rasa nyaman itu berubah jadi sebuah lubang trauma yang besar jika ayahnya sudah menjadi orang yang berbeda di atas ranjang. Menjadi pemaksa, sampai Ju-Yeon takut hanya untuk berbicara apalagi menolak.

Ju-Yeon keluar mobil lebih dulu begitu mereka sampai di halaman rumah. Ia mengambil tasnya dari jok belakang dan berjalan masuk tanpa menunggu Sang-Yeon.

Ia tidak langsung naik ke lantai dua, melainkan berbelok ke arah dapur untuk minum segelas air. Sepertinya Ju-Yeon dehidrasi.

Sang ayah juga tampak masuk area dapur untuk membuat teh hangat.

"Ju-Yeon, mau susu atau teh?"

Ju-Yeon menoleh ke ayahnya, menggeleng sekali lalu lanjut menghabiskan air di gelasnya.

Baru saja ia akan kabur ke kamar sampai suara ayahnya menginterupsi langkah kaki itu.

"Nanti selesai mandi langsung ke kamar Ayah."

Tidak ... di mana pun asal jangan di kamar ayahnya ....

Kedua tangan Ju-Yeon mulai gemetar hebat, makanya ia memegang erat pinggiran mantel yang masih melekat di tubuhnya.

"A—aku ...."

Sang ayah menoleh karena mendengar Ju-Yeon sepertinya akan bicara sesuatu.

Mata mereka bertemu, dan Ju-Yeon langsung menunduk.

"Apa, Ju-Yeon?"

Buru-buru ia menggeleng, setelahnya melanjutkan langkahnya secepat mungkin ke kamar.

Constellation || The BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang