FMS 7

20 4 4
                                    

Jangan lupa vote dan tinggalkan komentar yaaakkk 😊

Karena satu vote dan komentar kalian sangat berharga 💜 Ai Purpel yuuu ~~~


Enjoy it 💜





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Ara berdiri di dekat pintu, tanpa yeonjun dan orang tuanya sadari.

Ara menunduk, melihat kakinya yang masih terbungkus sepatu converse putih kesayangannya, seakan sepatu itu lebih menarik perhatiannya daripada tiga orang yang duduk tak jauh darinya.

"Tolong jawab, siapa orang tua Ara?" Tanya Ara sekali lagi.

Yeonjun menghampiri Ara. Ia sangat benci melihat Ara yang sedih tanpa berniat mengeluarkan satu tetes 'pun air matanya, terlihat begitu rapuh.

"Ra, kita ke kamar aja, yuk." Yeonjun menarik tangan kiri Ara yang segera ditepis dengan kasar.

Sang Mama menghampiri Ara. Menangkup pipi sang putri, mencoba menatap langsung pemilik netra kecoklatan tersebut.

"Siapa orang tua Ara, Ma? Siapa?" Air mata Ara mengalir mendapatkan gelengan pelan dari Mamanya. "Tolong jawab Ara, Ma. Siapa orang tua Ara? Ara pengen ketemu sama mereka."

Tetap tak ada jawaban atas pertanyaan yang dari tadi dilontarkannya, Ara melepas tangkupan tangan milik Mamanya yang bertengger di pipinya.

Ara berlari ke arah kamarnya tanpa mempedulikan panggilan sang Ayah yang sedari tadi bungkam

Ara hancur. Sangat hancur mengetahui orang yang disayanginya akan berpisah, ditambah fakta lain bahwa ternyata dia bukan anak kandung mereka.

"Ra, buka pintunya. Kakak mau ngomong." Yeonjun mengetuk pintu kamar Ara yang dikunci dari dalam.

Ara mengambil boneka keropi– pemberian Yeonjun– di sebelah bantal tidurnya. Membenamkan wajahnya yang memerah dan basah karena air mata.

Ara terisak kencang, sedikit tertahan, tidak mempedulikan boneka tersebut akan ikut basah. Pikiran Ara kacau. Merasa seakan dunia sedang mentertawakan takdir hidupnya.

"Ra, Ayah sama Mama mau pulang. Bisa keluar sebentar?" Bujuk Yeonjun, tetap tidak mendapat balasan dari Ara.

"Kakak antar mereka ke depan dulu, ya. Kalau mau tidur, jangan lupa pakai selimut biar nggak masuk angin." Lanjutnya.

Yeonjun meninggalkan kamar Ara. Beranjak menuju orang tuanya yang sudah menunggunya di depan pintu apartemen.

🎶 I want you to be your light, baby 🎶
🎶 You should be your light 🎶

Ponsel ara berdering, menampilkan nama Taehyun terpampang di layarnya. Sedang menelpon. Ara menggeser ikon telepon warna hijau, menerima panggilan.

"Ra?" Panggil Taehyun. Ara hanya diam tidak berniat membalas.

"Ra, kamu masih disana? Jepit rambut kamu ketinggalan disini. Aku simpen dulu, ya. Kalau nggak lupa besok aku anterin ke kelas kamu." Jelas Taehyun. Ara masih bergeming tidak membalas, lagi.

Taehyun samar-samar mendengar suara sesenggukan Ara yang masih menangis.

"Ra, kamu nangis?" Suara Taehyun terdengar khawatir. "Kamu kenapa, Ra?"

Entah kenapa hati Taehyun merasa tercubit mendengar Ara menangis, meskipun dia tidak tau apa penyebabnya.

"Kalau kamu sedih nangis aja. Aku ijin nyanyiin lagu buat kamu, ya. Siapa tau kamu terhibur, meskipun sedikit."

Ara mengurungkan niat untuk memutuskan sambungan telpon tersebut saat Taehyun berkata akan menyanyikan lagu untuknya.

Suara Taehyun mulai memasuki gendang telinganya. Lagu Baby Shark mengalun dengan tidak elitnya.

Ujung bibir Ara sedikit terangkat, tersenyum mendengar Taehyun yang bernyanyi dengan suara yang dibuat-buat.

Hati Ara menghangat.

Berganti lagu balad End of a Day, Ara perlahan memejamkan mata bengkaknya yang kian memberat. Menuju alam mimpi beralih menjemputnya.

Di lain tempat, Taehyun terdiam karena tidak ada lagi suara sesenggukan Ara, berganti dengan suara dengkuran halus.

Taehyun memandangi jepit rambut warna putih dengan bintang kecil yang menghiasi ujungnya. Jepit rambut yang selalu di pakai Ara.

'Cantik, seperti pemiliknya' Batinnya. Taehyun menghela nafas, lalu menghembuskannya perlahan. Sambungan teleponnya dengan Ara belum diputus.

Taehyun berjalan menuju balkon apartemennya, memanggil angin dingin menerpa kulitnya yang hanya terbalut kaos tipis.

"Ra, langit malam ini cerah. Banyak bintangnya." Monolog Taehyun, memandang ke arah langit yang ditaburi bintang. "Mereka cantik, seperti kamu. Tapi jauh, sulit dijangkau." Lanjutnya.

Entah dari mana asalnya, Taehyun juga tidak tau, kata-kata tersebut mengalir begitu saja dari belah bibirnya.

Taehyun menyunggingkan senyum. Senyum yang terlihat tidak ikhlas, miris dan dipaksakan.

"Good night, Ara. Have a nice dream." Taehyun memutus sambungan telepon. Kembali masuk menuju kamar tidurnya.

'Have a nice dream.'

Kalimat tersebut pernah Taehyun kirim lewat media chat saat pertama kali bertemu dengan Ara. Namun, sekarang dia mengucapkannya melalui media telepon. Meskipun Taehyun tahu bahwa Ara tidak mungkin mendengarnya.




* M A G I C - S H O P *






Halo yeoreobunnnnnn. Aku update lagi :"

Ini partnya lebih pendek dari yang sebelumnya :" semoga kalian suka

Selamat bermalam minggu 😁

Ai purpel yuuuu all 💜💜💜

From Magic ShopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang