FMS 10

21 3 2
                                    

Jangan lupa vote dan tinggalkan komentar yaaakkk 😊

Karena satu vote dan komentar kalian sangat berharga 💜 Ai Purpel yuuu ~~~

Enjoy it 💜





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Ara terlihat lebih pendiam daripada biasanya. Binar matanya redup. Sifat cerianya seakan hilang, direnggut dengan paksa. Namun, sebisa mungkin Ara menutupinya dengan seulas senyum hangat.

"Ra, kita berdua mau latihan dulu. Kamu ditingal sendiri nggak apa-apa kan?" tanya Haera. Ara mengangguk singkat.

Haera dan Yujin bangkit dari duduknya, meninggalkan Ara sendiri. "Kalau ada apa-apa nanti chat aja, ya. Atau langsung telpon. Oke?" teriak Haera dari ambang pintu kelas.

Ara mengacungkan jempol dan tersenyum simpul.

Dua minggu lagi, sekolah Ara akan mengadakan kegiatan pentas seni. Dan Ara terpilih untuk tampil bernyanyi.

"Dua minggu lagi," gumam Ara.

"Yujin sama Haera tadi mau ke mana, Ra?" tanya Dongyun- teman sekelas Ara yang tiba-tiba muncul dan berdiri di depan Ara.

"Latihan. Biasalah, mereka kepilih buat fashion show. Kamu ikut pentas seni juga, Yun?"

"Sebenernya sih aku nggak mau ikut. Tapi kemaren yang mau tampil dance itu kurang satu, jadi anak-anak kelas bikin voting. Dan ya.... akhirnya aku kepilih," jelas Donghyun. Terlihat jelas di wajahnya ada raut tidak terima.

Ara terkekeh pelan menanggapi cerita Dongyun. "Aku aja baru tadi pagi dikasih tau kalo disuruh nyanyi," ujar Ara.

"Iya? Wah, jahat emang anak-anak ini. Berarti kemaren nggak dikasih tau dong?"

"Enggak," lirih Ara. "Eh, Yun. Aku mau minta pendapat kamu boleh, nggak?" pinta Ara dengan wajah antusias.

Dongyun terdiam sejenak, lalu mengangguk mengiyakan. Dongyun mendudukkan dirinya di bangku depan Ara.

"Aku mau coba nyanyi lagunya Sejeong yang judulnya Flower Road. Tapi dikit aja kok. Nanti kamu kasih pendapat, bagus apa enggak aku bawain lagu ini. Dengerin, ya."

Dongyun menopang dagunya dengan tangan kanannya, bersiap mendengarkan Ara bernyanyi.

Ara berdehem sebentar lalu mengambil nafas. Merilekskan jantungnya yang sedikit berdebar.


Han songi kkotcheul piuryeo jageun du nune
Untuk membangkitkan sekuntum bunga

Eolmana manheun biga naeryeosseulkka
Berapa banyak hujan turun di matamu?

Oh rewind dorukilsurok deo mian
Oh memutar ulang, semakin aku berpikir kembali, semakin aku minta maaf

Pogi an haryeo pogihaebeorin
Jadi aku tidak akan menyerah

Jeolmgo areumdaun dangsinui gyejeol
Kau menyerah masa mudamu dan musim indahmu

Yeogil bwa yeoppeuge pieosseunikka
Lihatlah aku, aku telah mekar manis

Badage tteoreojideorado
Bahkan jika aku gugur ke tanah

Kkotgilman geotge haejulgeyo
Aku akan membuatmu berjalan hanya pada jalur bunga


Dongyun tercekat. Suara Ara benar-benar menghipnotisnya. Lembut namun tegas di saat yang tepat.

Dongyun tidak pernah menyangka bahwa Ara bisa bernyanyi dengan begitu indah. Seakan salah seorang Dewa mewariskan suara yang indah hanya untuk Ara.

"Hiks...." Ara tiba-tiba merasa emosional dan menangis tanpa dipinta.

Dongyun kembali ke alam sadar dan terlonjak kaget saat melihat Ara menangis. "Ra, kamu kenapa?" tanyanya. Ara menggeleng pelan, menutup wajahnya yang sudah memerah. Merasa malu.

"Jangan nangis, Ra." Dongyun segera mengeluarkan sapu tangan dari dalam saku celananya. Dongyun meraih tangan kanan Ara, memberikan sapu tangan miliknya.

Ara menerima sapu tangan tersebut. Lalu mengusap air matanya dengan pelan. Ara terkekeh, menertawakan dirinya sendiri yang tiba-tiba menangis di depan Dongyun.

"Maaf, ya, aku malah nangis. Aku jelek banget ya kalo nangis. Hehehehe. maaf juga malah jadi ngerepotin kek gini," ungkap Ara. Masih dengan kegiatan mengusap air matanya.

"Nggak apa-apa, Ra. Nangis itu juga manusiawi, kok."

Dongyun tersenyum melihat wajah arah memerah sampai ke telinganya. Dan hidungnya pun terlihat lebih merah dari wajahnya.

"Lucu...," gumam Dongyun yang sedikit terdengar oleh Ara.

"Kamu ngomong apa, Yun?" tanya Ara.

"Enggak. Aku nggak ngomong apa-apa," elak Dongyun. "Aku mau latihan dulu sama anak-anak. Sapu tangannya kamu bawa aja dulu."

Dongyun berdiri dari duduknya. Lalu tersenyum manis, membuat matanya menyipit lucu.

Dongyun berjalan ke arah pintu. "Jangan nangis lagi. Jelek!" celetuk Dongyun tanpa menoleh ke arah Arah.

Ara mengerucutkan bibirnya sebal. "Ih! pergi sana! Nggak usah balik lagi!" teriak Ara, membuat tawa Dongyun lepas.

Suasana kelas kembali sepi. Membuat perasaan sakit di ulu hatinya kembali menyergap. Air mata yang tadi sempat keluar, kini kembali menggenang di kelopak matanya. Berlomba-lomba untuk segera keluar, lagi.

Ara meremat sapu tangan milik Dongyun karena dirasa dadanya sesak. Tidak tahan dengan semuanya, akhirnya Ara menumpahkan tangisnya. Tanpa suara.

Lalu sesuatu yang hangat menangkup kedua tangannya, sedikit memberikan elusan lembut.

Ara menyadari bahwa sesuatu yang hangat tersebut adalah sepasang tangan seseorang yang sedang menangkup tangannya yang lebih kecil.

Ara mendongakkan wajahnya. Namun, belum sempat mengeluarkan sepatah kata pun, seseorang itu menarik pergelangan Ara. Membuat Ara bangkit dari duduknya.

Tanpa penjelasan atau penolakan, Ara dibawa pergi.







* M A G I C - S H O P *





Halo yeoreobuunn~~~~ akhrinya aku update lagi 😁

Bagaimana kabar kalian semua???
Dan untuk yang sedan menjalankan puasa, gimana? Semoga lancar yaaaa 😁😁😁

Jangan lupa vote dan tinggalkan komentar yaakkkk 😁

Ai purpel yuuuu all 💜💜💜

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

From Magic ShopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang