FMS 8

17 2 0
                                    


Jangan lupa vote dan tinggalkan komentar yaaakkk 😊

Karena satu vote dan komentar kalian sangat berharga 💜 Ai Purpel yuuu ~~~



Enjoy it 💜







Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Sudah lewat jam tujuh pagi. Namun, tidak ada tanda-tanda Ara bangun dari tidurnya.

Yeonjun yang sedari tadi membuat sarapan di dapur berinisiatif mencari kunci cadangan kamar tidur milik Ara yang disimpan di kotak kunci.

"Hah, ketemu!"

Yeonjun sedikit mempercepat langkahnya. Membuka kunci pintu kamar Ara dan mendapati sang adik masih tertidur dengan posisi meringkuk seperti bayi– tanpa mengenakan selimut.

"Ra, udah jam tujuh lebih. Kamu nggak sekolah?" Yeonjun menepuk pelan lengan Ara. Yeonjun merasakan suhu badan Ara yang panas padahal tidak tertutup selimut.

Ara mengerang, menggeliat sebentar. Mempererat pelukannya ke boneka Keroppi kesayangannya.

Merasa ada yang tidak beres, Yeonjun menempelkan punggung tangannya ke dahi Ara. Benar saja dugaan Yeonjun, Ara terkena demam.

"Ra, kamu demam?" Ara bergeming tidak menjawab.

Yeonjun yang kelabakan segera menuju dapur, mencari sebuah baskom. Lalu menuangkan air dingin dan memasukkan beberapa buah es batu ke dalamnya. Tanpa lupa membawa handuk kecil.

Yeonjun membenarkan posisi tidur Ara menjadi terlentang lalu menyelimutinya. Dengan hati-hati mengompres dahi Ara.

"Ra, jangan sakit." Yeonjun menitikkan air matanya. Hatinya terasa sakit melihat wajah pucat sang adik. Aura keceriaannya seakan direnggut habis, digantikan kelabu yang menyelimutinya.

"Kakak sayang banget sama kamu, Ra. Enggak peduli kamu adik kandung kakak atau bukan. Ayah sama Mama juga sayang sama kamu. Kakak janji bakalan bujuk mereka biar enggak pisah. Mulai sekarang, ayo berjuang sama-sama. Berjuang sama kakak, ya?"

Yeonjun menggenggam tangan Ara yang masih terasa sedikit panas. Dan kembali terisak.

Yeonjun mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas samping tempat tidur Ara. Berniat menghubungi salah satu sepupu dekatnya. 

"Yena?" Yeonjun memanggil nama pemilik nomor saat panggilan terhubung.

"Whatsapp, Yo! Tumben banget nelpon. Ada apa?"

"Kamu sibuk, nggak?" Tanya Yeonjun.

"Nggak, sih. Kenapa?"

"Bisa minta tolong ke apartemenku, nggak? Tolong buatin bubur. Ara demam." Jelas Yeonjun.








* M A G I C - S H O P *









"Dimakan dong, Ra! Aku udah susah-susah loh buat buburnya, malah nggak di makan."

Yena duduk di sofa yang terletak di sebelah kanan ranjang Ara. Ingin rasanya Yena menyuapi Ara, karena sedari tadi bubur yang dibuatnya hanya ditatap oleh Ara.

"Aku kan nggak nyuruh Kak Yena buatin bubur." Sanggah Ara.

"Aku juga nggak mau buatin kamu bubur kalau nggak disuruh Yeonjun." Tukas Yena.

Ara tercekat mendengar nama kakaknya disebut. Ah, mungkin sekarang Yeonjun bukan kakaknya lagi. Ara tersenyum miris mengingatnya.

Yena yang melihat perubahan ekspresi Ara, segera menghampiri dan memeluknya. Yena mengusap punggung sosok di depannya untuk sekedar memberikan sedikit ketenangan karena Ara yang sesenggukan, kembali menangis.

"Aku udah tau dari Yeonjun. Jangan sedih. Yeonjun nggak akan ninggalin kamu. Dia sayang sama kamu, Ra. Kamu akan tetap jadi adik Yeonjun. Dan aku sama Beomgyu tetap jadi sepupu kamu. Kamu juga keluarga kami. Dan selamanya jadi bagian dari keluarga kami."

Yena mendongakkan kepalanya. Menahan air mata yang berlomba-lomba keluar dari tempatnya.

"Orang tuaku siapa, Kak? Orang tuaku dimana?" Tanya Ara. Suaranya terdengar serak dan pilu.

Yena melepaskan pelukannya. Menatap wajah pucat Ara. Sedikit menaikkan dagu Ara agar balik menatapnya.

"Masalah itu biar Yeonjun yang cerita, oke?"

Ara yang masih sesenggukan menatap Yena, tidak menggeleng juga tidak mengangguk.

"Yen, buburnya udah di– Ara udah bangun?" Pekik Yeonjun melihat Ara yang sudah bangun.

"Masih pusing?" Tanya Yeonjun, menghampiri Ara. Lalu mengecek suhu badannya.

Yeonjun menatap Ara intens, membuat Ara mau tidak mau menoleh ke arah lain. Terlihat dari sorot matanya bahwa Yeonjun sangat mengkhawatirkan Ara.

Rasa sesak itu kembali menyergap Ara. Menimbulkan gejolak sakit di dadanya.

Ingin rasanya Ara menepis sakit di hatinya saat fakta berkata bahwa orang dihadapannya saat ini bukan kakak kandungnya.

"Jangan lebay dong, Yo. Ara jadi salting." Yena menatap datar Yeonjun. "Ra, kamu makan dulu, ya. Habis itu cuci muka, terus ganti baju. Kita jalan-jalan hari ini."

Terbesit rasa sungkan saat Yena bilang akan mengajak Ara jalan-jalan. Ara merasa telah banyak merepotkan orang-orang yang dia sayangi.

"Yo, kamu keluar dulu sana! Ara mau makan! Hus... Hus... " Yena mengibaskan tangan kirinya, mengusir Yeonjun.

Yeonjun menatap Yena horor. Tidak terima dirinya secara terang-terangan diusir sepupunya sendiri.

"Aku kan juga mau nemenin Ara!" Elak Yeonjun.

"Terus kamu mau lihat Ara ganti baju, gitu?" Sungut Yena

"Ya, kan bisa di kamar mandi ganti bajunya."

"Nggak! Di kamar mandi dingin. Nanti kalau Ara kelamaan di kamar mandi malah masuk angin. Udah sana pergi! Panasin mobilnya!"

"Iyaaaaa aku pergi. Bawel banget." Yeonjun berbalik lalu menghentakkan kakinya seperti anak kecil. Melangkah pergi, keluar dari kamar Ara.








* M A G I C - S H O P *








Halo yeorebunnnn. Akhirnya setelah lama aku update :"

Untuk chapter ini, semoga suka 😊

Jangan lupa vote dan tinggalkan komentar yaaa 😊

Kritik dan saran jugaaaa 😊

From Magic ShopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang