✬ - 1

177 23 21
                                    

Author's POV

"Kenzo!" panggil Athara dari depan pintu kelas. Matanya menyelusuri lapangan basket yang cukup ramai itu.

Tentu saja suara itu berhasil menarik semua perhatian Kenzo. Dia tahu betul siapa pemilik suara itu. Dengan berlari kecil, Kenzo meninggalkan lapangan dan beralih menuju kelas.

Sebuah senyum tipis merekah di bibir lelaki itu, "Kenapa, Ra?"

"Seharusnya gue yang nanya kenapa?!" tegas Athara. Ia sudah geram dengan kelakuan Kenzo yang semau hati begitu. Bilangnya emang mendam hati, tapi berasa seperti enggak ada hati.

"Emang gue kenapa?" tanya Kenzo sekali lagi. Sebenarnya lelaki itu tau persis apa maksud perempuan di hadapannya itu. Namun, tentu saja dia menyangkalnya.

"Stilly tuh teman gue Ken," desis Athara.

Dengan tak memperdulikan si topik pembicaraan, Kenzo berkata, "Ya kan, gue juga temen lo."

"Makanya di sini gue mau marahin lo! Biar lurus dikit, jangan seenaknya mainin cewek terus!" bentak Athara yang emosinya mulai menipis itu. "Kenapa lo kayak gitu ke Stilly hah? Emang dia salah apa? Kalau lo mau putus, ya lakuin baik-baik Ken! Kan pas lo jadian sama dia juga baik-baik," lanjutnya.

Senyum miris terpampang di wajah Kenzo, "Nih ya, Ra. Gue enggak peduli. Udah lewat, biarin ajalah."

"Kok lo jadi gitu sih? Lo sadar gak, Ken? Kalau di sini lo selalu ngelakuin hal yang sama! Stilly tuh baik banget, Ken! Dia gak pantes buat lo mainin kayak gitu!" jelas Athara dengan wajah tak percaya.

"Kenapa? Yang mainin dia, kan gue. Kenapa lo yang sewot," sahut Kenzo sambil menganggukan kepala. "Gue males Ra, bahas beginian," lanjutnya seraya beranjak pergi.

Namun, dengan cekatan Athara menarik lengan Kenzo; menyuruhnya untuk jangan kabur.

"Gue belom selesai ngomong!"

"Tapi, gue udah," lugas Kenzo dengan enteng dan berjalan menuju lapangan.

Tak membiarkannya pergi dengan mudah, Athara kembali memanggilnya. Dan lagi-lagi, Kenzo beralih ke sumber suara itu. Hatinya belum sanggup untuk menolak panggilan perempuan itu.

"Ra, udah ya. Gue malas bahas beginian sama lo," pinta Kenzo.

"Kenapa? Lo lebih seneng jadi fuck boy begini? Sampai kapan lo mau kayak gini Ken?!"

"Sampai hati udah gak neriakin nama lo."

SKAKMAT! Kenzo tau betul jikalau Athara tak akan berani berkutik. Maka dengan itu, Athara langsung masuk ke kelas dengan wajah yang menekuk. Merasa kesal pada dirinya yang masih saja menjadi alasan klasik Kenzo.

Kenzo tersenyum miris ketika melihat Athara yang melongos pergi sesaat kata-kata itu keluar dari bibirnya. Dan tak ingin ambil pusing, dia kembali ke lapangan. Melanjutkan kegiatannya sebelum Athara memanggilnya tadi.

Di sisi lain, Athara yang ada di kelas itu sedang duduk tepat di sebelah Stilly; teman pertamanya saat masuk SMA dulu. Isakan tangis masih terdengar dari Stilly. Dan tentu saja, Athara merasa kasihan. Stilly begini karena Kenzo. Sedangkan, Kenzo begitu karena dirinya. Sungguh kisah rumit yang tak berujung.

ALNAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang