✬ - 6

76 11 3
                                    

Author's POV

"Lo tunggu di situ ... Santai aja, anggap rumah sendiri," suruh Athara seraya menunjuk sofa di ruang tamu. "Gue mau ganti baju bentar," jelasnya seraya pergi.

Zeryn yang menyengir langsung menghempaskan badannya ke sofa empuk itu. "Iyalah, nyatai. Kan rumah calon istri," godanya.

Jawabannya tentu saja membuat Athara mendengus seraya memutar kedua bola matanya. Namun, setelah menghabiskan waktu berdua dengan Zeryn. Athara menarik kesimpulan untuk tak menghiraukan semua gombalannya, anggap saja angin yang berlalu. Dan dengan itu, dia beranjak menaiki tangga; meninggalkan Zeryn sendirian.

Bosan menunggu, Zeryn mengeluarkan ponsel dari sakunya. Sekadar menjelajahi media sosial demi membunuh waktu. Jujur saja, kerja kelompok adalah hal yang dihindarinya. Jikalau anggota kelompoknya enggak ada Athara, sudah bisa dipastikan dia akan hilang tanpa kabar—tak akan membantu sama sekali. Tapi ini Athara, mana mungkin Zeryn tega membiarkan gadis itu mengerjakan tugas mereka sendiri.

"Lo ngapain di sini?!" cetus Athira mengagetkan Zeryn. Kembaran Athara itu baru saja keluar dari kamarnya. Hampir sama dengan Zeryn, Athira juga kaget melihat keberadaan lelaki itu di rumahnya.

"Lo ngapain tiba-tiba muncul begitu?! Kayak kunti tau nggak!" serang Zeryn.

"Dan lo nggak jawab pertanyaan gue," timpal Athira dengan malas.

"Kerkel sama A-THA-RA, jadi nggak ada hubungannya dengan lo," jelas Zeryn dengan lambat. Karena, dia sendiri malas berhadapan dengan singa bernama Athira ini.

"Pantesan tadi Kenzo galak banget."

"Kalau sama lo, semua orang juga galak, Thir."

"Ingat-ingat ya, sekarang lo di rumah siapa. Jadi, tamu tuh sopan dikitlah! Kalau gue nanya, ya salahnya apa?!"

Zeryn langsung mengerang kesal, "Kenapa? Mau lo apa? Jangan tiba-tiba berubah baik di depan gue ... To the point aja, Thir."

Gadis cantik itu langsung tersenyum licik, "Nih, mumpung lo di sini ... Gue ada rencana. Lo mau bantuin gue nggak?"

"Apa untungnya gue bantuin singa kayak lo?"

"Anjir banget ya mulut lo. Gue niat baik, mau bantu ngasih solusi deketin Athara. Dan, lo malah nyolot!"

Mendengar nama Athara, raut wajah Zeryn langsung berubah serius, "Kenapa Athara?" tanyanya.

"Dahlah, bodo amat. Males gue," dengusnya Athira beranjak pergi. Namun, setelah beberapa langkah, ia menoleh ke belakang, "LAH?! Kok lo diem aja?"

Zeryn yang masih duduk tenang hanya memandang gadis itu dengan aneh.

"Gimana caranya lo mau ngedeketin Thara dengan attitude kayak gitu?! Nggak ada perjuangan banget, modal gombal doang!"

"Nggak usah bahas attitude dengan gue. Mending lo liat diri sendiri dulu, ya."

Athira mengumpat dalam hati ketika mendengar semburan fakta dari lelaki itu dan memilih untuk menggagalkan rencananya. "Dahlah, terserah ... Gue mau bantuin lo jadian dengan Thara, tapi yaaa kalau lo nggak mau, ya udah," pungkasnya tajam dan meninggalkan Zeryn sendirian.

Selang beberapa menit kemudian, Athara menuruni tangga menuju ruang tamu di mana temannya berada. Dengan tak sengaja, ia juga berpapasan dengan kakaknya yang membawa segelas air.

Sang kakak tentu saja melempari tatapan sinis hingga membuat Athara bergidik ngeri. "Noh, temen lo suruh pulang aja! NYAMPAH banget," geram Athira sambil melirik Zeryn yang terlihat sangat capek.

ALNAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang