Author's POV
Dengan satu dorongan pelan, Athara membuka pintu rumahnya. Paras cantiknya tertutupi dengan tampang lelah. Semua yang terjadi hari ini benar-benar menguras dirinya. Tapi, mau gimana lagi? Dia sendiri belum tau gimana cara mengakhiri semua masalah ini.
Suara pintu tadi disadari oleh para pengisi rumah saat itu-semua saudaranya; Alfa, Arraya, dan Athira.
"Heh! Dari mana lu? Jam segini baru pulang," sindir Athira dengan lantang. "Kenapa sih nempel mulu sama Kenzo?! Kegatelan banget," cacinya.
Alfa-yang mendengar cerocosan Athira-langsung membulatkan matanya. "Heh, hush Thira! Jaga mulut," tegur Alfa dengan tegas.
"Apaan sih, Bang? Abang lihat sendiri kan? Kelakuan adek Abang? Suruh tuh dia jaga diri," sahut Athira tak terima.
"Thir, udah. Kalian tuh kembar, kenapa malah jadi begini?!"
"Kenapa? Abang tau kan dia gimana?"
Athara yang tak sanggup melawan, memilih untuk langsung ke kamarnya yang berada di lantai dua. Dengan cepat langkah kaki membawa dirinya masuk ke dalam kamar. Matanya telah mengandung air asin yang sebentar lagi terjatuh. Pikirannya sudah tak keruan, hingga tak sengaja membanting pintu kamar dan langsung menghempaskan dirinya ke kasur. Sebulir air mata terjatuh ke pipi mulus perempuan itu. Karena sesungguhnya, perkataan Athira selalu berhasil membuatnya terguncang.
Sementara itu, keadaan di ruang tengah masih cukup ribut. Athira masih mengeluarkan semua unek-uneknya.
Sedangkan, Alfa sibuk mengeluarkan semua nasihatnya. Walau pun pada akhirnya, dia juga ikutan panas dengan perkataan Athira.
Berbeda lagi dengan perempuan cantik yang sibuk dengan popcorn-nya. Mata indahnya lekat melihat kedua orang yang sedang beradu mulut itu . "Raya enggak ikutan," celetuk Arraya entah pada siapa.
Seketika aja Athira menoleh pada sumber suara itu. "Berisik aja lo!" sindirnya pada kakaknya itu.
Arraya yang tak peduli hanya mengangkat bahu dan lanjut memakan popcorn. Hanya ngomong sedikit aja langsung dibilang berisik. Lah, mereka adu mulut gimana?
"Thir, napa kamu jadi kasar begini?" tanya Alfa yang mulai frustrasi.
"Salah Abang!"
"Kenapa jadi abang?" geram Alfa sambil mengerutkan dahinya. "Yang mulai ngomong enggak bener gitu, siapa?"
"Kan emang bener! Abang belain aja terus tuh, adek kesayangan Abang."
Menyadari dengan suasana yang mulai panas, Alfa pun berkali-kali menghela napas panjang untuk menenangkan dirinya. Tak ada artinya bila dia melawan Athira dengan amarah. Adiknya yang itu, terkenal akan keras kepalanya. Lebih baik mengalah dan memujuknya dengan pelan.
"Shhh ... Udah ya," rayu Alfa dengan pelan. "Mau peluk gak?" tanya lelaki yang baru saja berulangtahun ke 19 itu. Dengan memiliki tiga adik perempuan membuatnya terpaksa harus peka. Dan, satu yang dia paham bahwa perempuan hanya ingin diperlakukan dengan lembut.
Seketika saja, Athira langsung tak berkutik. Membuat Alfa tersenyum tipis melihat wajah cemberut adiknya itu. Tanpa berlama-lama, dia langsung menarik lengan Athira; memeluknya dari samping. Dan benar seperti dugaan Alfa, Athira langsung meluluh sambil membalas pelukannya.
Arraya yang melihat itu langsung memanyunkan bibir. "Mau ikut!" serunya seraya beralih ke sisi Alfa yang satunya. Ikut memeluk Alfa seperti yang Athira lakukan.
Risih dengan kedatangan Arraya, Athira langsung memukul lengan kakaknya itu. "Apaan sih, Kak! Ganggu aja, sana!" usir Athira.
Tak mau kalah, Arraya pun menjulurkan lidahnya, "Ye ... Galak banget sih dari tadi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALNAIR
Teen FictionSelamat datang di SMA Alpha Gruis. Banyak cerita tentangnya yang menumbuhkan berbagai rasa bagi siswanya. Di sini, jalinan cinta dan derita akan sulit untuk dibedakan. Apalagi semua yang terkait oleh sang Alnair. Cinta yang seharusnya hanya untuk At...