✬ - 10 (A)

63 13 7
                                    

Athara's POV

Belakangan ini gelagat si Alnair rada mencurigakan. Enggak tau juga mengarah ke jalan yang bener atau salah, yang pasti ia sering menyelinap pergi dengan kebohongan tak berarti. Tak tahu betul apa urusannya, tapi aku tidak begitu penasaran dan hanya bisa berharap bukan hal yang aneh-aneh.

"Hari ini lo pulang sama siapa?" bisik Stilly padanya saat tengah menyatat materi penjelasan sang guru.

"Bang Alfa mau jemput katanya. Emangnya kenapa?"

"Enggak bareng Kenzo?"

Serta-merta aku menghentikan semua kegiatan dan melemparkan pandangan curiga. "Nggak, udah berapa hari ini dia sibuk nggak jelas gitu. Kenapa nanyanya gitu, Ly?" tanyaku sepenuhnya paham niat Stilly yang ingin menggibah.

"Enggak, gue curiga aja ntu anak deketin River."

"Oh, iya?" tanyaku tak begitu peduli. Karena sebenarnya, lebih baik tidak tau. Daripada tau, tapi tidak bisa berbuat apapun. "Gua kurang tau juga, Ly. Enggak pernah liat mereka gimana gitu."

"Minggu lalu gue rasa ngeliat Kenzo nganterin River. Pas kerkel di rumah Edgar. Gua nggak yakin sih, tapi keliatannya itu emang motor Kenzo," desis Stilly sangat pelan, takut terdengar River yang memang duduk di belakang mereka.

"Enggak tau deh, Ly. Gua nggak mau ikut campur."

"Tapi, aneh aja gitu kalau River mau. Gue udah pernah ngebahas segala tentang Kenzo sama ntu anak," selorohnya yang penuh kebingungan. Sungguh aku hanya bisa menggelengkan kepala. Masalahnya anak ini juga pernah begitu, udah diperingatin berkali-kali, tetap aja dulu mengeyel.

—🌙💙✨—

Saat bel istirahat berbunyi, aku mengajak River untuk ke kantin dan hanya mendapat penolakan. Alhasil, aku hanya pergi berdua dengan Zeryn karena Stilly telah lebih dahulu kabur ke sana. Sepanjang koridor menuju kantin, aku memperhatikannya. Banyak siswi yang mencari perhatiannya, tapi tidak seperti dahulu. Tidak satupun dari mereka yang berhasil membuka mulut lelaki itu. Begitu sampai di kantin, aku menghampiri Stilly yang tengah melahap semangkuk mie instan miliknya.

Sesaat aku duduk, Zeryn bertanya padaku, "Lo mau makan apa, Ra? Biar sekalian gua pesenin,"

"Gue temenin aja, ya."

Ia memegang bahuku untuk tetap duduk di tempat, "Enggak usah, nggak pa-pa. Lo tunggu sini aja. Jadi, mau apa?" tanyanya sekali lagi dengan senyuman tipis.

Ragu-ragu aku bertanya, "Beneran nggak apa?" Sebuah anggukan diindahkannya. "Nasi goreng aja, Zee. Sama es teh, makasih banyak ya," ucapku dengan sedikit tidak enak hati.

Begitu pandanganku beralih ke Stilly, ia secepat mungkin membuka mulut. "APA YANG BARU AJA TERJADI?! Lo ngasih pelet apaan ke Zeryn, Ra? Bisa-bisanya manut begitu?"

"Ly, lambemu dijaga ya, Nak," kekehku dengan menggelengkan kepala.

"Enggak deh, serius! Demi apapun ntu anak kok bisa jadi sweet begitu!"

"Emang dari dulu dia baik."

Temanku itu langsung melotot tidak terima, "Hello, Ra! Are you insane? Ntu anak bangor banget anjir dah. Kok bisa-bisanya jadi begituuu!" tukasnya begitu terpesona.

"Apaan sih, Ly? Orang dia cuman nawarin gitu doang."

Ia menggeleng, tidak terima. "Ra ... Kalau habis ni lo masih gantungin dia, gua marah sih. Fix, hari ini gue mau nyari nama couple dulu. Gue resmi jadi shipper-nya Athara-Zeryn," racaunya sambil menujukku dengan penuh peringatan.

ALNAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang