✬ - 8

67 11 5
                                    

Author's POV

"Ra, kayanya bakalan ada yang gantiin lo deh," ledek Stilly ketika mereka bertiga tengah menyantap makanan di kantin.

Sedari istirahat pertama, River selalu terlihat bersama Athara dan Stilly. Karena pernah terlibat dalam kegiatan yang sama, mereka bertiga seakan sudah seperti kenal lama hingga sulit untuk kehilangan topik pembicaraan. Bahkan si anak baru saja sudah terlihat sangat luwes bercanda dengan kedua teman barunya.

"Hah? Gantiin gimana maksudnya?" gumam Athara yang polos itu sambil kebingungan.

"Ri, lo udah tau belum? Nih," ucap Stilly melirik ke Athara. "Gini-gini, anak ini Primadona Alpha Gruis loh."

"Ly, apaan sih? Udah, ah."

"Oh, iya? Pantesan aja daritadi banyak yang ngeliatin," kekeh River sembari menyenggol bahu Athara.

Athara langsung menggelengkan kepalanya. Ia menutup mulutnya untuk menahan tawa dan membalas ledekan River. "Ri, itu mah karena gua jalan bareng lo. Makanya banyak yang liatin gitu ... Anak baru, cantik lagi, pasti jadi inceran dah."

"Nah, ntu makanya gua bilang lo bakalan keganti, Ra ... Gue curiga River bakalan jadi primadona baru. Cute banget dah, gemes!!!"

"Setuju banget sih, kalau itu. Tadi aja udah ada beberapa orang yang nanyain gua tentang lo, Ri," ungkap Athara disela makannya.

"Hidih, udah ah. Biarin ... By the way, toilet paling dekat di mana, ya?"

"Ya, udah. Gue temenin aja ya Ri," tawar Athara yang beranjak berdiri.

"Eh, enggak pa-pa, aku bisa sendiri, kok."

"Udah, enggak apa. Ini juga udah selese ... Lo tunggu sini ya, Ly! Jagain minum gue," pinta Athara seraya menautkan lengannya ke River untuk mengajak pergi.

"Sorry ya, jadi nyusahin."

"Nyusahin apaan, biasa aja kali, Ri. Gue suka jalan-jalan kok, tenang aja," ujar Athara dengan senyum meyakinkan.

Sepanjang koridor menuju toilet, banyak siswa yang terpana melihat kedua perempuan itu. Paras cantiknya memikat banyak mata, walau ada sedikit sinisan dari beberapa siswi lainnya. Athara dan River tak begitu peduli, mereka hanya berjalan lurus tanpa menghiraukannya. Namun, tetap saja. Ada beberapa orang yang dengan ramah memanggil nama Athara, bahkan ada yang berkenalan dengan River hingga memperhambat jalan mereka.

Ketika mereka hampir sampai di tujuan, ada satu suara khas yang memanggil nama Athara dari belakang. Ia hapal betul itu suara siapa, sambil menarik napas, Athara membalikan badannya. "Iya, Bu?"

"Sini, bantuin ibu dulu, Nak."

"Haduh, Ri."

River langsung mengangguk penuh pengertian, "Udah, sana. Enggak apa, aku bisa sendirian. Tuh, udah dekat toiletnya."

"Beneran, gue minta maaf ya. Ini nggak tau kenapa nih, dipanggil gini."

"Udah gih, mendingan kamu samperin Bu Marni sana, nyeremin tau nggak," bisik River cekikikan.

"Atharaaa."

"Iya, Bu. Ini saya ke sana," ujar si empunya nama selagi melemparkan pandangan penuh arti pada River yang masih tersenyum meledek.

—🌙💙✨—

Sendirian River berjalan di koridor menuju kantin tadi. Athara entah kemana semenjak dipanggil Bu Marni. Sepanjang jalan banyak siswa yang mengganggunya, entah itu sekadar kenalan atau manggil-manggil tanpa tujuan tertentu. Terlihat jelas River begitu tidak nyaman dengan situasi itu, tapi mau gimana lagi, namanya juga anak baru. Ketika ia fokus pada tujuannya, seorang siswi keluar dari perpustakaan tanpa melihatnya.

ALNAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang