Off kembali ada di tempat ini. Tempat yang selalu menghampirinya saat matanya tertutup. Sebuah taman luas dengan hamparan rumput hijau dan sebuah pohon besar berada di tengahnya. Itu taman yang selalu menjadi tempat keluarga kecilnya menghabiskan waktu di akhir pekan. Off kembali melihat Nirin yang berlarian ke taman dengan senyuman manisnya. Melihat itu membuat Off terdorong untuk melangkah maju, menghampiri anaknya yang sangat ia rindukan, memastikan jika apa yang dilihatnya bukan mimpi, membenarkan bahwa Nirinnya masih ada bersamanya. Off terus melangkah maju, tapi terhenti pada langkah kedelapan saat matanya kembali menangkap Nirin yang berdiri diam dengan darah mengucur deras dari kepalanya. Off memutuskan untuk kembali melangkah walau air mata sudah mengalir deras dari matanya, dan kembali terhenti saat lelaki yang ia cintai muncul dari balik pohon besar itu.Dia melihat Gun untuk pertama kali bersama Nirin di mimpinya.
Off bisa melihat dengan jelas Nirin berlari menuju Gun, meraih tangan Gun, dan melangkah menjauhi Off yang hanya bisa melihatnya dengan air mata. Entah kenapa kaki Off seakan tertahan di atas tempatnya berpijak, ia tak mampu menggerakan kakinya dan hanya berteriak frustasi meminta Gun dan Nirin agar tidak meninggalkannya.
"Tidak, tidak. Nirin jangan mengambil Papaa dari Papii. Kumohon, jangan tinggalkanku sendiri. Berhenti di sana, aku minta maaf. Papii minta maaf Nirin. Tolong jangan membawa Papaa!" tangisan Off makin menjadi saat matanya perlahan tak mampu menangkap dua tubuh orang yang dicintainya lagi.
••••
"Tidak, tidak. Nirin jangan mengambil Papaa dari Papii. Kumohon, jangan tinggalkanku sendiri. Berhenti di sana, aku minta maaf. Papii minta maaf Nirin. Tolong jangan membawa Papaa!"
Gun khawatir karena Off terus menangis dibalik matanya yang terlelap. Wajah Off sudah penuh dengan keringat. Gun sudah beberapa kali menenangkan Off dengan menepuk pipinya, menyuruh lelaki itu bangun tapi percuma, Off terus menginggau.
Ada rasa penasaran menyeruak di hati Gun tentang apa yang dialami Off dalam mimpinya. Ia melihat jam dinding yang menunjukan pukul 11 malam, dan berusaha kembali membangunkan Off. Sepertinya Off masih terjebak dalam mimpinya yang membuat rasa sedih perlahan menguasai hati Gun. Off sangat takut untuk ia tinggalkan.
Saat dirasa Off makin kalut dalam tidurnya dan peluh keringat terus mengalir dari wajahnya, Gun memutuskan untuk memeluk Off, mendekapnya erat, dan menaruh kepala Off di dadanya.
"Aku disini, aku disini" Gun berucap disela-sela usapannya pada punggung Off, maniknya menatap wajah Off cemas.
Lelaki yang berada didekapannya perlahan mulai tenang, tidak ada lagi kerutan diwajahnya, tidak ada lagi teriakan dari mulutnya. Gun lega, mendapatkan Off sudah mulai kembali tenang dalam tidurnya, namun ia tak ingin melepas pelukannya, terus mengusap punggu suaminya sampai matanya merasa tak mampu lagi untuk terjaga. Ia tertidur dengan Off berada dalam pelukannya.
•••
Cahaya matahari perlahan masuk melalui cela-cela jendela kamar bernuansa biru itu, membuat mata Off terbuka secara perlahan namun pasti. Dan seulas senyuman mengawali paginya saat matanya dengan jelas memandang wajah Gun yang berada sangat dekat dengan wajahnya, ia semakin bahagia saat menyadari tubuhnya berada di dalam pelukan suaminya.
Jemari Off perlahan menyelurusi setiap inci wajah indah yang sangat ia rindukan, menyingkirkan beberapa helai rambut agar tidak terlalu menganggu pemandangannya. Ia sekali lagi berharap, bahwa waktu akan berhenti detik ini juga. Membiarkan dirinya selalu dapat memandang wajah suaminya. Wajah yang membuatnya jatuh cinta. Wajah yang selalu membuat hatinya berdebar. Wajah yang akhir-akhir ini hanya mengeluarkan raut kesedihan. Sungguh, memandang wajah Gun yang terlelap dengan damai, membuat hati Off merindukan wajah ini tersenyum ceria kembali, tanpa air mata, tanpa kesedihan. Hanya kebahagian. Dan Off berjanji mulai detik ini, bahwa ia akan berusaha dengan keras membuat wajah ini kembali bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time, Please
Fanfiction[Completed] Off ingin melanjutkan waktunya. Sedangkan, Gun terus berhenti pada waktunya. Off berusaha menghancurkan penghalang. Sedangkan, Gun terus membangun penghalang itu. Keduanya ada di waktu yang sama. Tetapi dengan hati yang berbeda. Bukan te...